Seperti biasanya, setiap hari Senin akan diadakan Upacara Bendera di SMA Bhakti Luhur.
Tapi di karenakan hari ini bertepatan dengan hari pertama masuknya seluruh siswa termasuk siswa baru kelas 10, jadi untuk upacara bendera hari ini di tiadakan.
Tidak seperti di SMA lain, acara MOS atau Masa Orientasi Siswa di SMA Bhakti luhur memang tidak di selenggarakan.
Hal itu disebabkan karena pihak sekolah ingin menghindari terjadinya aksi pembulyian oleh siswa senior kepada siswa junior yang biasanya terjadi saat acara MOS berlangsung.
Rhea dan shasa yang sudah memasuki halaman SMA Bhakti Luhur sekitar lima menit yang lalu masih tetap berdiri ditempatnya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru sekolah.
" Wah...sekolahnya bagus banget ya Rhe!"
Shasa menatap takjub pada sekolah yang akan menjadi tempat mereka menimba ilmu selama tiga tahun yang akan datang.
" Iya sha, bagus dan luas banget. Kalau kita nggak hati hati bisa nyasar ni! Lo jangan tinggalin gue ya sha. Awas Lo!!"
Rhea memberi ancaman pada Shasa karena gadis itu suka menghilang secara tiba-tiba seperti ninja.
" Iya bawel. Siapa juga yang ninggalin elo. Lo tu yang kadang-kadang suka budeg. Gue udah bilang sama elo gue mau pergi kemana, Lo masih sibuk aja baca novel-novel Lo itu. Ya gue tinggal lah elo nya!!"
Shasa memberikan alasan yang membuat Rhea memonyongkan bibirnya lima centi.
" Sialan lo. Gue di bilang budeg. Ya udah yok kita kumpul di barisan itu."
Rhea menunjuk sudut lapangan yang sudah terisi dengan siswa kelas 10 seperti mereka.
Rhea dapat mengetahui bahwa mereka teman seangkatan karena melihat warna pin sekolah yang mereka gunakan sama persis dengan yang Rhea pakai.
Sedangkan siswa yang menggunakan pin dengan warna berbeda, menandakan mereka adalah siswa senior di sekolah itu.
" Oke, yuk rhe. Gue nggak sabar, mudah mudahan banyak cowok cakepnya. Supaya malming gue nggak ngenes bareng sama Lo lagi."
Shasa menarik lengan Rhea agar segera menghampiri barisan tersebut.
" Awas Lo ya, gue sumpahin susah dapet cowok. Biar jomblo seumur hidup."
Rhea menatap Shasa dengan garang tapi tetap mengikuti Shasa menuju barisan mereka.
"Ihhh..amit-amit!! Jahat banget sih mulut Lo rhe."
Shasa mencubit mulut Rhea dengan gemas lalu lari meninggalkan Rhea sendiri.
" Awww...sakit sha. Awas ya nanti gue bales Lo!"
Rhea mengusap bibirnya yang perih karena di cubit Shasa lalu ikut berlari untuk mengejar Shasa.
Setelah Rhea dan Shasa sampai, mereka langsung berbaris dengan rapi sambil menunggu upacara yang akan segera di mulai.
Selama kurang lebih 20 menit pak Kepala Sekolah memberikan pidato singkat yang menceritakan tentang kesuksesan yang sudah diraih oleh semua siswa yang berprestasi di sekolah.
Selain itu, pak Kepala Sekolah juga memberikan motivasi kepada seluruh siswa agar mereka juga mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka sendiri. Sehingga mereka juga dapat merasakan kesuksesan seperti teman mereka yang lain.
Setelah pidato pak Kepala sekolah berakhir, semua siswa kelas 11 dan kelas 12 berhamburan meninggalkan lapangan menuju ke kelas mereka masing-masing untuk melaksanakan kegiatan bersih-bersih.
Sedangkan Siswa kelas 10 di minta untuk tetap tinggal di lapangan guna memulai acara ramah tamah bersama guru dan semua anggota OSIS.
Serta pembagian kelompok untuk tur mengelilingi sekolah agar semua siswa kelas 10 dapat mengetahui apa saja fasilitas yang tersedia di sekolah mereka tersebut.
Dan disini lah Rhea berada sekarang, di kelompok 3 sedangkan Shasa berada di kelompok 5.
Kelompok rhea sudah berkeliling sekolah selama hampir 30 menit.
Dibimbing langsung oleh kakak pembina mereka yaitu kak Arga yang merupakan salah satu dari anggota OSIS.
Yang dengan baik hati dan ramah mengantarkan para seniornya untuk berkeliling serta menjawab mengenai beberapa pertanyaan seputar sekolah dan pertanyaan random lainnya. Seperti contoh nya...
" Kak, mau tanya dong, kakak makan apa sihhh??? Kok cakep banget..???"
" Kak, zodiak nya apa sih!?? mana tau jodoh sama aku!!!!"
"Kak, masih jomblo ngak???? Aku jomblo lohh!!! Mau ngak jadi pacar aku???"
Kak Arga yang mendapat berbagai pertanyaan mengenai dirinya itu cuma bisa tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya.
Hingga mereka semua akhirnya sampai di lapangan basket sekolah. Mereka kompak beristirahat di tepi lapangan, karena cuaca hari ini cukup panas.
"Kak, ada minuman ngak??? Haus ni!!!"
"Kak, mau makan juga, laper!!!"
Semua siswa kelas 10 yang berada di kelompok kak Arga kompak mengeluh karena mereka semua kelaparan dan kehausan.
"Oke, ayo kita langsung ke kantin aja!"
Kak Arga mengajak semua siswa kelas 10 untuk segera menuju kantin karena dia juga merasakan hal yang sama.
Tapi ketika mereka semua hendak berdiri dan akan meninggalkan lapangan, tiba-tiba mereka dibuat tercengang dengan kedatangan empat cowok yang seperti nya hendak bermain basket di lapangan tersebut.
Siapa lagi kalau bukan geng "The Devil", yang berisikan 4 cowok tampan yang bisa membuat hati semua gadis ambyarrrr.
Dengan langkah yang tenang dan santai, mereka berempat melalui pinggir lapangan dan berhasil membuat semua gadis berbisik-bisik ingin mengetahui siapakah mereka itu.
Tetapi tanpa mereka sadari, sebenarnya ada seorang gadis yang sudah mengenali mereka berempat.
Gadis itu adalah Rhea. Rhea memandangi seorang pemuda yang sangat dia kenali dulu dan pernah memiliki kenangan bersamanya.
Seorang pemuda yang kelihatan dingin dan cuek dari luar, padahal sebenarnya dia berhati lembut dan perhatian. Pemuda itu adalah Gavin Ardana Wijaya.
Rhea memperhatikan penampilan Gavin yang terlihat lebih dewasa dan tentu saja lebih tampan sejak mereka terakhir bertemu.
Rhea yang tidak ingin terlihat oleh Gavin dan teman-teman nya, memilih bersembunyi di barisan belakang. Lebih baik meghindar dari pada bertemu untuk saat ini.
"Kita ketemu lagi vin"
Monolog Rhea dalam hati dan tersenyum getir ke arah cowok itu.
"Semoga perasaan aku nggak akan kembali seperti dulu lagi."
Rhea menyentuh dada nya yang masih berdebar akibat melihat Gavin dari dekat. Rhea sudah bertekad tidak akan menampakkan diri di hadapan Gavin.
Semoga usaha Rhea akan berhasil. Mengingat Rhea tidak ingin berurusan dengan Gavin lagi.
Dan pada akhirnya semua siswa kelompok Rhea beserta kak Arga pergi meninggalkan lapangan menuju kantin.
" Bro, anak kelas 10 pada cakep-cakep ya?"
Azka memberikan komentar terhadap Adek kelas yang dia lihat saat berpapasan di tepi lapangan tadi.
" Lumayan lah, tapi lebih cakep cewek gue."
Alex tersenyum jumawa karena membanggakan pacarnya di hadapan Azka.
" Yee, elo ma udah kena virus bucin makanya cuma Felice yang paling cakep di mata Lo!!"
Azka tersenyum mengejek karena melihat tingkah laku Alex yang terlalu bucin pada pacarnya.
" Udahlah bro, kita kan kesini mau main bukannya mau debat."
Dhafi mulai menengahi "tom dan Jerry" yang mulai berdebat nggak jelas di pinggir lapangan.
Gavin yang melihat tingkah laku mereka hanya mendengus dengan keras dan lebih memilih mendribble bolanya nya sendiri menuju ring.
Melihat Gavin yang mulai bermain sendiri membuat mereka bertiga menghampiri Gavin dengan segera.
" Bro"
Tepukan ringan di bahu menghentikan kegiatan Gavin mendribble bola.
" Gue perasaan tadi liat Rhea diantara adek kelas yang tadi. Lo liat nggak?"
Azka bertanya pada Gavin karena penasaran dengan apa yang dia lihat tadi.
"Nggak"
Gavin menjawab pertanyaan Azka dengan singkat dan membuat mereka bertiga terdiam untuk sesaat.
" Lo salah liat kali ka. Mungkin cuma mirip. Ayo main lagi bro!!"
Dhafi mencoba mengalihkan topik pembicaraan dengan mengajak kembali mereka semua untuk bermain basket karena melihat perubahan di wajah Gavin setelah nama Rhea disebutkan.
Mungkin bukan hanya Dhafi yang menyadari perubahan gavin tapi Alex dan Azka juga. Jadi mereka memilih untuk tidak melanjutkan pembahasan tentang Rhea.
Mereka bertiga takut membuat mood Gavin berantakan dan berimbas juga nanti nya pada mereka sendiri.
"Panas banget bro!"
Azka mengibaskan baju nya karena kegerahan setelah bermain basket selama 15 menit.
" Yoi bro, kita ke kantin yok! Gue haus pengen minum yang dingin-dingin.
Alex yang juga merasa kepanasan mulai menepi ke pinggir lapangan.
"Yok vin, gue juga haus."
Dhafi menepuk pundak Gavin agar dia berhenti mendribble bola.
" Kalian duluan aja ntar gue nyusul."
Gavin menatap Dhafi sekilas lalu melanjutkan kembali permainannya.
Dhafi yang tidak menerima penolakan, menepis bola basket Gavin dan menarik lengan nya untuk menepi ke pinggir lapangan.
Gavin yang ditarik Dhafi akhirnya hanya bisa pasrah. Setelah mereka berada di pinggir lapangan Gavin menepis tangan dhafi dengan kasar.
" Gue bisa jalan sendiri"
Gavin mendahului mereka bertiga berjalan menuju kantin sekolah.
" Lo sih, bahas nama Rhea di depan Gavin tadi."
Alex bicara pelan sambil menunjuk muka Azka. Yang ditunjuk cuma bisa nyengir nggak jelas.
" Sorry bro, keceplosan."
Azka mengatupkan tangan di depan dada agar Alex tidak marah lagi padanya.
" Yok, Gavin udah makin jauh tu. Ntar dia tambah bad mood lagi."
Dhafi menyadarkan keduanya agar tidak larut dalam perdebatan.
Akhirnya Mereka bertiga berlari agar bisa menyusul langkah kaki Gavin yang lebar menuju kantin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments