Alina Mustofa menatap manik Samuel tanpa beranjak dari ia berdiri. "Bisa kah saya mengenakan pakaian pribadi saya sendiri? " Tanya Alina Mustofa.
"Tidak kau pendamping ku, jadi sudah selayaknya kau harus berdandan layaknya ladies. " Tegas Samuel.
"Dandani dia buat sentuhan pada rambutnya juga agar sedikit lebih indah. Dan aku ingin melihat koleksi gaunnya. "
Para pegawai butik bergegas menunjukkan koleksi yang terbaru. Samuel menatap dan menelisik detailnya. Pilihan nya jatuh pada gaun berwarna krem dengan shoulder rendah.
Dengan belahan dunia bawah menunjukkan kaki yang jenjang bagi si pemakai. "Berikan padanya lekaslah, waktumu hanya 20 menit lagi. " Perintah nya.
Benar saja Alina Mustofa di antar mereka sesuai waktu yang diberikan oleh Samuel. Dan lelaki itu memaki keputusannya. Alina Mustofa nampak menjadi wanita yang cantik dan seksi. Akan banyak perkelahian malam ini memperebutkan nya.
Mereka sudah di dalam mobilnya Samuel, lagi ia ingin menghentikan waktu atau membawa nya kabur. Tapi sang kakak akan datang menemuinya. Memberikan penilaian atas kinerjanya selama satu tahun ini.
"Ini bahaya jika ia melihat sekretaris nya bisa jadi ia akan memakannya. Bahkan akan mengurung wanita itu di istana megahnya hingga puas. " Batin Samuel berkecamuk.
"Apa ada masalah dengan mesinnya Pak? " Tanya Alina Mustofa tanpa menoleh, wanita itu menatap jalanan di depannya duduk tegap tanpa reaksi.
"Yah, aku malas ketemu dengan kakakku. " Kilah Samuel karena takut kehilangan sabg sekretaris yang menjelma seperti bidadari surga.
Memikirkan dirinya membuat Samuel berkhayal dan liat celananya terasa sesak. Butuh pelampiasan. "Nanti kau harus menggandeng lenganku dan jangan jauh-jauh!" Tekan nya.
"Baik Pak. Sesuai dengan keinginan Anda. " Jawab Alina Mustofa. "Jika aku meminta permintaan lain apa kau menjalankan tugasnya? " Tanya Samuel ragu.
"Selama ini menyangkut pekerjaan. sesuai dengan prosedur yang ada dan tiada unsur-unsur pribadi. Maka akan saya jalankan". Jawab Alina Mustofa.
Samuel hanya memejamkan mata sejenak saat mereka tiba di lampu merah. Kesal iya tentunya. Wanita itu tak mengerti atau tak peka karena kurang pembelajaran tata bahasa.
Mereka sampai lah ke tempat tujuan yakni hotel Carlton. Yang berada di pusat kota mereka langsung ke ballroom, menyapa tuan rumah dan berbasa-basi menyapa.
Tatapan lapar para pria dan decak kagum para wanita iri dengan penampilan Alina Mustofa yang sempurna. "Saya sungguh hampir tak mengenali Nona Alina. Jika tidak disapa dulu. " Ucap Kenzo.
Salah satu relasi Samuel, lelaki itu menjawab dengan tertawa garing. Merasakan ketertarikan Kenzo pada sekretaris nya.
"Maafkan saya. Mohon undur diri, saya mau ke toilet. Permisi. " Alina Mustofa meninggalkan bos dan relasi nya.
Wanita itu berjalan menyelusuri lorong dan membuka setiap pintu yang dijumpainya. Mencari letak toiletnya.
Akhirnya dia sampai pada sebuah ruang mewah, melihat ujung nya pintu terbuka ada toilet. Ia pun bergegas ke tempat tersebut.
Tidak melihat ada sosok lelaki berdiri di sudut sedang menerima telepon membelakangi nya. Karena tubuh nya terhalang rak berisi buku juga benda-benda yang terpajang.
Setelah menuntaskan hajat nya Alina keluar sebelum nya menarik tuas pembuangan. Berjalan santai keluar dari sana. Ia melihat dia yang berdiri di sudut ruangan. Mematikan ponselnya menghampiri Alina Mustofa.
"Maafkan aku menggunakannya, saya sudah mencari tempat lain dan hanya menemukan tempat Anda. Sekali lagi maaf. " Ucap Alina.
Langkah nya di hadang beberapa kali. "Bisakah kita bersenang-senang dahulu baru.. " Lelaki itu menawarkan diri pada Alina Mustofa.
Alina Mustofa menggeleng. " Maaf, saya rasa Anda salah paham. " Tolak nya sopan.
Lelaki itu mencekal nya dan Alina menggunakan gerakannya untuk mengelaknya. Beberapa kali gerakan kecil mereka saling menyerang dan mengelaknya.
"Nampaknya kau bisa beladiri. Cantik, aku suka. " Puji lelaki itu. Sreet. Alina mampu membalikkan lelaki itu dan mengikatnya dengan dasinya.
Kedua tangannya di putar ke belakang dan diikat mati kuat. Lelaki itu tersenyum miring. "Boleh juga kekuatan nya. Ia tak menggunakan kekuatan penuh karena takut melukai kulit Alina Mustofa yang mulus.
Alina Mustofa menghampiri bos nya. " Kenapa lama, aku hampir saja mau mencari mu! " Seru Samuel. "Maaf." Alina menganggukkan kepala, meringis menatap Samuel.
Nampak menggemaskan di mata Samuel. "Apa kabar mu Sam." Sapa Suara bariton yang dikenali Alina Mustofa.
"Kak apa kabarnya. " Samuel memeluk lelaki itu dan tersenyum lebar. Alina Mustofa terbelalak menatap nya.
"Kenalkan dia sekretaris aku. Orang kepercayaan Daddy ingat kan? " Samuel memberikan kode lewat kedipan mata.
Alina Mustofa menatap nya tak berkedip, lelaki itu yang menyerang nya di ruang tadi adalah anak tertua bos nya. "Ini gila. Dasar lelaki mesum. " Umpat Alina Mustofa dalam hati.
"Pantas saja Daddy memujinya selain confident, competent, smart juga ahli bela diri. " Puji Reynold menatap nya lekat.
"Jangan pernah menyentuh nya, ia aset perusahaan dan kau hilang kan niatan mu! Atau aku lapor ke Daddy. " Samuel memperingatkan sang kakak.
Reynold hanya menyeringai menatap lapar pada Alina Mustofa. Wanita itu cuek saja sambil sesekali mengangguk pelan pada beberapa relasi perusahaan yang mengenali nya.
"Berapa lama kakak di sini? " Tanya Samuel menatap sang kakak. "Entah, kita lihat saja. " Jawab Reynold acuh.
"Maaf, tuan ini sudah jam 10 saya boleh undur diri. Saya mau pulang karena saya kira acara ini hampir selesai. " Pamit Alina Mustofa.
"Aku akan mengantar mu. " Seru keduanya serempak. Alina Mustofa menarik alis matanya sebelah menatap keduanya.
"Maaf, saya sudah memesan taxi online lima menit lalu. Permisi. " Ucap Alina Mustofa berlalu saja tanpa menatap keduanya.
"Aku rasa dia rabun aku harus membawanya ke dokter spesialis mata. " Gumam Reynold menatap kepergian wanita incarannya.
"Dia wanita tak normal. Aku sudah memberikan kode beberapa kali namun di acuhkan juga. " Sahut Samuel menatap kepergian Alina Mustofa.
"Entah. Mungkin aja pesona mu sudah waktunya untuk di perbarui. Karena sudah luntur dan tak memiliki pamor! " Ucap Reynold berlalu.
"Dasar player. Beraninya ia meremehkan kekuatan ku meraihnya. " Umpat Samuel mengikuti langkah sang kakak yang meninggalkan tempat tersebut.
Alina Mustofa sampai di rumah kecil nya dan menggantikan baju tidur nya. Menghilangkan riasan dengan micellar water, serta membilas dengan sabun muka lalu menggosok gigi.
Merebahkan tubuh nya yang letih dari semua kegiatannya hari ini. Menggenakan high heels tinggi, padahal ia biasanya menggunakan heels rendah.
"Semoga lelaki itu tak membuat hidup nya yang rumit ini semakin sulit. " Batinnya letih. Tak lama ia memejam kan mata mengistirahatkan keseluruhan jiwa dan raga nya. Berdoa semoga besok ia dapat melewatkan kesempatan yang membuat nya tak nyaman.
Dan esok menjadi hari yang indah membuat ia bertambah lagi kuat. Tidak ada menangis lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments