"Aku heran kenapa bola ini selalu ada di tas aku, apa dia punya kaki? Tapi bola kan menggelinding."
Nuha mengeluarkan bola pantulnya yang tiba-tiba sudah berada di dalam tasnya lagi. Entah kenapa, awal ia kuliah dan pergi ke kampus bola itu selalu ada bersamanya.
Bola itu terlepas dan menggelinding lagi. Menggelinding menuju ke arah seorang pria yang sedang duduk di kursi bawah pepohonan taman kampus. Nuha mengikutinya.
"Apa karna aku memberinya nama sehingga dia jadi punya nyawa" Gumam Nuha sambil meraih bola itu yang sudah berhenti di depan sepatu yang dikenakan oleh pria berstelan jas dan celana formal.
Nuha pun mengarahkan pandangannya kepadanya.
...*****sekeping puzzle lain berakhir*****...
Hari demi hari, Nuha menjalani profesi barunya sebagai sales counter meski hanya sementara. Tapi, keadaan itu memberinya banyak pengalaman baru. Terutama bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. Nuha, mulai bisa membuka diri.
"Siang ini panas banget. Huh"
Sambil menyeruput es tellernya dengan sendok, Nuha mengeluhkan pekerjaannya yang kian hari kian menyibukkan. Jari jemarinya terasa mau patah karena tak berhenti mengetik dan matanya lelah memandang layar komputer.
Di sisi lain, ada Wisnu bersama temannya yang bernama Rio juga sedang berada di warung es teller tempat Nuha berada. Warung tersebut tidak jauh dari tempat kerja Nuha. Di jam istirahat ini Nuha menikmati sendiri es tellernya sambil memakan makan siangnya.
..."Elo gak mau mendekatinya?" tanya Rio yang melihat keberadaan sales counter dari ekspedisi Pak Eko itu....
"Males ah!"
"Kenapa? Kalo gak mau gue aja kalo gitu"
Meski menjawab dengan cuek, Wisnu memiliki rasa perhatian kepada Nuha. Dia langsung menarik tangan Rio untuk memberinya penolakan. Wisnu sedikit tersentuh hatinya. Melihat gadis manis itu, ingin sekali dia mendekatinya, namun dia berusaha untuk menahan perasaannya tersebut.
"Udah biarin aja dia. Inikan waktu istirahatnya. Jangan mengganggunya" Ucap Wisnu membuat alasan.
"Iya iya gue ngerti"
Rio kembali duduk dan mulai memakan makanannya sendiri dengan perasaan kecewa. Wisnu tetap tenang menghadapi temannya tersebut dan kembali mengarahkan pandangannya kepada Nuha.
Curi-curi pandang melihat gadis itu yang sedang menyandarkan sejenak kepalanya di atas meja. Menikmati kesendiriannya sambil memainkan ponselnya.
Nuha Membuka WA dan melihat status teman-temannya. Wisnu sedikit tergelitik dan tersipu melihat bibir Nuha yang bergerak berbicara tanpa dia dengan suaranya.
"Asa ternyata online shopnya juga laris manis. Enggak heran kalo semua ekspedisi selalu penuh dengan para pengirim paket."
"Ah, ini Sifa. Dia sudah langsung kuliah setelah lulus dari SMK. Aku sedikit iri padanya, tapi aku senang dan bangga kepadanya. Dia begitu cerdas dan berbakat"
"Fani juga. Dia sedang memfoto buku-buku di tempat dia bekerja. Dia sama sepertiku. Aku dan dia harus mengumpulkan uang sendiri untuk menambah biaya kuliah nanti."
"Haa ah.. Sabar ya Nuha"
Nuha menasehati dirinya sendiri. Kak Emeli pun datang menjemput. Seolah mengganggu waktu istirahatnya saja. Padahal es teller dan makan siangnya belum Nuha habiskan.
Emeli memandangi seluruh ruangan warung es teller dan mendapati Wisnu berada disana bersama temannya. Wisnu kepergok karena curi-curi pandang terhadap Nuha. Emeli pun melirikkan matanya dan terkikik geli.
"Udah nih kak. Aku langsung balik sekarang ya"
"Eh Nuha, tadi masih ada tinggalan beberapa paket yang belum aku ketik. Tolong kamu lanjutkan lagi ya"
"Iya kak"
"Terima kasih Nuha"
Nuha berjalan meninggalkan Emeli dan kembali ke tempat kerjanya. Benar-benar tidak ada waktu untuk meluruskan boyoknya lagi setelah istirahat makan siangnya. Nuha langsung pasang badan untuk segera menyelesaikan pekerjaannya lagi.
Nuha berjaga sendiri di counter sambil melanjutkan mengetiknya. Mengemas dan merapikan paket di keranjang paket. Seorang wanita cantik datang membawa paket.
"Permisi Kak"
"Iya Kak, selamat datang di Ekspedisi Pak Eko"
"Ini saya mau kirim paket Kak. Isinya kue kering"
"Kue kering? Tapi, kalo paket kue kering sampe ditujuannya hancur gimana?"
"Gak papa Kak, aku sudah biasa kok kirim lewat sini"
"Baiklah, saya tulis sekarang ya"
"Iya, tolong segera ya. Aku tunggu"
Ada enam paket kue kering yang wanita itu titipkan. Nuha segera membuatkan resi pengirimannya meskipun harus ditunggui.
"Jangan lupa tolong nanti diberi stiker fragile ya kak"
"Baik kak. Akan aku tempelin nanti"
"Jadi totalnya berapa?"
"Ini"
Nuha menyerahkan semua resi dan menyampaikan total biaya keseluruhan pengiriman paket. Wanita cantik itu pun beranjak pergi. Seorang pria paruh baya datang.
"Siang mbak"
"Siang pak. Selamat datang di ekspedisi Pak Eko"
"Iya. Ini saya mau kirim paket produk skincare"
"Skincare ya pak. Sudah aman ini pak pengemasannya?"
"Sudah donk mbak. Sudah saya bungkus dengan bubble wrape dan kardus. Udah saya lakban penuh juga kok"
"Baik pak, saya tulis sekarang ya"
"Silahkan"
Pria paruh baya itu memandangi serius Nuha yang sedang fokus mengetik. Ia memperhatikan gerak gerik Nuha dari ujung rambut dan kulit tubuhnya. Dengan sengaja pria itu melakukan sesuatu yang tidak sopan kepadanya.
"Kulit kamu mulus sekali mbak"
Ucap pria itu sambil menyentuh kulit tangan Nuha yang sedang mengetik. Pria tersebut pun juga berganti menyentuh pipi Nuha. Seketika Nuha terperanjat kaget dan berdiri.
"Eh, ada apa mbak?"
"Ma-maaf pak. Sa-saya permisi sebentar"
Nuha langsung berlari masuk dan mencari pak Eko. Ia sedikit ketakutan menghadapi pria paruh baya itu sehingga mencari Pak Eko untuk mendapatkan perlindungan.
"Pak Eko tolong saya"
"Ada apa Nuha?"
"Pria itu.. Saya gak berani menghadapinya"
"Kenapa?"
"Umm.." Nuha terdiam ketakutan.
"Ya sudah. Kamu tunggu disini. Biar bapak yang atasi"
"Terima kasih Pak Eko"
Pak Eko berganti menyelesaikan pekerjaan Nuha. Beliau yang akan menghadapi pria paruh baya tersebut. Hati Nuha masih berdebar-debar dan gemetaran. Pria tersebut akhirnya selesai dan pergi.
Ekspresi ketakutan Nuha masih belum bisa ia sembunyikan. Pak Eko mencoba menenangkannya. Beliau pun juga mengatakan bahwa kalo Nuha bertemu dengan pria itu dia bisa langsung memanggil Pak Eko lagi, supaya Pak Eko saja yang akan menghadapinya.
Karena, pria paruh baya itu memang sedikit banci dan penggoda. Dan ini kali pertama Nuha mendapatkan suatu perbuatan yang kurang sopan sehingga dia sedikit ketakutan. Lain halnya dengan Pak Eko dan Emeli, mereka berdua malah sudah akrab dengan pria tersebut.
Emeli pun telah kembali. Dia heran melihat ekspresi Nuha. Wisnu bersama temannya pun juga datang membawa paket.
"Ada apa denganmu Nuha?"
"Gak papa kok kak Emeli, hehe"
"Oh.. Kok kayak takut gitu"
"Enggak, gak papa kok. Kak, ada yang datang"
"Iya. Yuk kita kerja lagi"
"Baik Kak"
Nuha dan Emeli mulai siap badan di mejanya masing-masing lagi. Bukan Wisnu saja yang membawa paket, temannya pun juga membawa paket. Wisnu menyerahkan paketnya kepada Emeli, sedangkan temannya yang bernama Rio itu menyerahkan paketnya kepada Nuha.
"Enggak sama Kakak yang disebelah aja" Sindir Emeli untuk Wisnu.
"Enggak" Jawab Wisnu singkat.
"Okei, aku tuliskan resinya dulu ya. Mohon ditunggu"
Wisnu duduk bersantai menunggu paketnya dibuatkan resi oleh Emeli. Rio mulai mengajak Nuha mengobrol.
"Baru ya Kak?"
Wisnu mencoba tenang namun perasaannya mulai bergejolak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Miu Nih.
Ada beberapa poin yang bisa diperbaiki:
1. Pengembangan Karakter: Saya melihat ada upaya untuk mengembangkan karakter Nuha dan orang-orang di sekitarnya, tetapi mungkin Anda bisa memberikan sedikit lebih banyak latar belakang atau ciri khas pada masing-masing karakter untuk membuat mereka lebih hidup dan terasa lebih nyata.
2. Pembicaraan dengan Teman: Dialog antara Nuha dan teman-temannya terkadang terasa agak formal atau kurang alami. Anda bisa mencoba membuat dialog lebih santai dan lebih sesuai dengan gaya bicara remaja pada umumnya.
3. Konflik: Munculnya pria paruh baya yang tidak sopan menambahkan elemen konflik yang menarik. Namun, cara penanganan konflik tersebut bisa diperluas lagi untuk menunjukkan reaksi dan dampak yang lebih mendalam bagi Nuha. Misalnya, bagaimana perasaan dan pikirannya setelah insiden tersebut? Bagaimana cara dia mengatasi ketakutannya?
4. Deskripsi dan Narasi: Beberapa bagian cerita mungkin bisa diperkaya dengan deskripsi yang lebih detail untuk membantu pembaca membayangkan suasana dan emosi yang dialami karakter. Misalnya, bagaimana Nuha merasakan kepanasan dan kelelahan saat bekerja? Bagaimana ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya saat dia merasa takut atau cemas?
Pertimbangkan sendiri saran ini ^_^
2024-02-09
0
Sa Kura
Duh, takut juga ya kalo ketemu orang yang gak sopan gitu.. Enggak banget deh untuk seumur hidup gw 😰🥺
2024-02-08
1
Call me Peri
Wkwkwk, kenapa cewek kalau belanja lebih suka belanja skincare daripada barang lain ya, aku juga suka beli skincare sama make up🤭😂
2023-08-21
1