Lamaran

Waktu satu Minggu yang dijanjikan telah datang, dan nyatanya Deanra harus dikecewakan dengan kenyataan bahwa sampai saat ini kekasihnya tak kunjung datang kerumah untuk melamarnya.

Sesuai janjinya pada sang Ayah, mau tak mau sekarang ia pasrah dengan keputusan orang tuanya. Sekarang keputusan jika dirinya akan dijodohkan telah ditentukan oleh ayahnya, dan Deanra tak bisa menolak lagi, meskipun harus bersimpuh pada kaki ayahnya.

"Dean, kenapa wajahmu pucat begitu?" Deanra terkesiap saat mendengar Dila sang karyawan ditokohnya bertanya.

"Ngak kenapa-kenapa, Mbak." Deanra tak bisa terbuka pada orang lain, jika ia ingin berbicara tentang masalahnya, ia lebih memilih untuk bersama keluarga saja. Karena baginya orang lain tak bisa dipercaya, dikemudian hari ia tak ingin aibnya akan dijadikan senjata untuk orang lain menyakitinya.

Dila memaklumi sikap tertutup bosnya itu. Sebagai bawahan mana berani ia bertanya lagi, pada akhirnya Dila hanya tersenyum simpul dan meninggalkan sang bos yang kembali asik dengan lamunannya.

Waktu telah berlalu, hari telah tampak mulai gelap. Deanra segera mengambil tas jinjingnya, dan pamit pulang duluan pada Dila yang terlihat masih sibuk merangkai bunga.

"Mbak, aku pulang duluan ya."

"Oh, tentu saja, Dean. Biar aku yang akan menutup toko nanti," Dila tersenyum. Setelah itu Deanra segera pergi dengan motor metik kesayangannya untuk menuju rumah.

Hari ini ia diperintahkan oleh ayahnya untuk kembali lebih cepat dari biasanya. Dengar-dengar dari obrolan ibunya waktu ia menguping, calon suami yang dijodohkan dengannya akan datang hari ini. Deanra jadi tak sabar seperti apa pilihan yang orang tuanya untuk masa depannya.

Sebenarnya Deanra masih sangat kecewa dengan keputusan Dilo yang lebih memilih karier dari pada dirinya. Tapi benci itu juga tak mampu menghapus rasa cinta yang masih untuk pria egois itu. Padahal ia sudah begitu bahagia, berpikir jika dirinya tak akan mungkin ditolak, tapi kenyataannya menamparnya sehingga hatinya lumpuh karena menahan bertapa sakitnya kenyataan ini.

Saat motor yang dikendarainya telah memasuki pekarangan rumah orang tuanya, Denara mengeluh pelan. Ternyata sudah ada mobil lain didepan rumah mereka, pasti pihak pria itu telah datang kembali.

"Apa aku benar-benar harus menikah dengan orang yang tak aku cintai?" deanra bergumam lirih, tak bisa ia bayangkan bagaimana hidupnya nanti setelah menikah, pasti sangat menyeramkan hidup dengan orang tak dikenal.

Saat ia tahu jika tamu telah datang, Deanra memilih untuk masuk lewat pintu belakang. Tak ingin mengangu, ia ingin sampai di dalam kamar dan segera membersihkan dirinya dan keluar nanti dengan tampang yang telah segar.

Meskipun ini perjodohannya, tapi ia juga tak ingin bikin malu ayah dan bundanya. Dia bukan anak-anak yang jika proses akan membuat kekacauan, dicukup dewasa memahami situasi sulit ini. Meskipun hatinya tidak suka, tapi ia akan mencoba untuk rela.

*****

Setelah segar, Deanra segera memilih pakaian yang sopan untuk dirinya keluar menemui sang bunda dan para tamu yang tidak ia ketahui siapa.

"Kamu sudah pulang, Dean?" Sang Ibu terkejut melihat anak gadisnya sudah terlihat segar keluar dari kamarnya.

"Iya, Bu."

"Kalau begitu turunlah, keluarga calon suami mu telah menunggu."

Dengan langkah malas Denara mengikuti ucapan ibunya. Di ruang tamu itu telah duduk sang ayah dan juga dua orang paruh baya yang sepertinya pernah Denara temui. Tapi ia tak ingat, tapi meskipun begitu ia mencoba seramah mungkin.

"Ayah...,"

"Hay, putriku. Lihatlah siapa yang telah datang ... Ayo salam dulu dengan calon mertua mu," Ucapan Abas disambut tawa oleh Aisyah dan juga Abi.

Deanra segera menyalami mereka sesuai yang diperintahkan sang ayah. Ia juga tersenyum sopan pada kedua orang tua itu.

"Apa ini putri mu, Abas. Sungguh gadis yang manis," Abi memuji dengan perubahan yang terjadi pada anak sahabatnya itu.

Deanra yang merasa dipuji terasa tersanjung. Ternyata calon ayah mertuanya tak terlalu buruk, mudah-mudahan saja ini langkah yang baik untuk hubungan yang tak jelas ini. pikirnya.

Tak lama datang Syakira yang membawa minuman dan juga makanan untuk sang tamu. "Silahkan diminati, Mbak."

"Terima kasih, Sya. Kamu gak perlu repot-repot seperti ini,"

Syakira tersenyum pada sahabatnya itu, "bagaimana mungkin aku tak akan sibuk. Selain hubungan sahabat nanti kita juga akan jadi besan, bagaimana mungkin aku bisa berlaku sembarangan."

Suara tawa kembali pecah diruang tamu itu. Bahkan Denara ikut tersenyum melihat bertapa akrabnya kedua orang tua ini bercerita.

Setelah beberapa menit, orolan mereka terhenti sejenak. Abi menatap calon menantunya dengan intens, dan saat pria paruh baya itu akan angkat bicara Aisyah langsung memotong duluan.

"Deanra ... Om sama Tante mau mengatakan ... Kamu pasti telah mendengar kabar ini dari orang tua mu bukan?" Aisyah terlihat ragu untuk mengatakannya. Ia takut jika Denara akan menolak, bagaimana pun gadis manis ini benar-benar tak pantas bersanding dengan anaknya yang tak sempurna.

Deanra menganguk, "iya. Aku tahu Tante."

"Bagaimana? Apa kamu bersedia ... Menikah dengan anak Tante?"

Mendapatkan pertanyaan yang tak terpikirkan oleh Deanra tadi, ia menjadi sedikit bimbang. Tak ia sangka pendapatnya akan ditanyakan seperti ini, tapi sekarang ia juga sudah tak bisa menolak, ia tak mungkin lupa dengan janjinya pada sang Ayah.

Tapi ada satu yang mengusik dalam pikiran Deanra. Kenapa yang dijodohkan dengannya tak datang? Apa pria itu juga tak setuju dengan perjodohan ini?

Seperti cerita novel yang sering ia baca, banyak pihak pria juga akan menolak perjodohan, dan jika sampai itu terjadi pasti hidupnya akan sangat sensara nanti.

******

Yuk tinggalkan jejak terbaik kalian☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!