Deanra melangkah kakinya dengan begitu semangat, datang ke restoran yang telah dijanjikan oleh sang kekasihnya, hari ini ia akan menyampaikan kabar gembira yang ia dengar dari ayahnya tadi malam.
Menikah dengan Dilo, satu impian Deanra dari dulu. Ia tahu kekasihnya pasti akan sangat bahagia mendengar Restu orang tuanya ini. Dan ia akan dengan senang hati akan menolak perjodohan yang akan ditawarkan orang tuanya.
Senyum Deanra mengembang melihat Dilo membuka pintu restoran, dan langsung melambai tangan padanya.
"Sudah lama menunggu, sayang?"
Deanra tersenyum lembut, "Tidak, aku bahkan baru sampai juga. Ayo duduk, kita harus pesan makanan, aku sudah sedikit lapar dan kamu pasti juga kan? Ini sudah siang, dan kamu masih sibuk di studio mu."
Dilo tersenyum lebar, ia memang sibuk akhir-akhir ini karena ada pekerjaan yang cukup banyak harus ia selesaikan dengan cepat.
Setelah beberapa menit, pesanan mereka datang. Deanra tak langsung menyantap makanannya, ia lebih dulu ingin berbicara dengan sang kekasih tentang rencana pernikahan yang ia pikirkan ini.
"Dilo, aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Deanra tersenyum misterius.
Dilo mengeryit heran, tak biasanya kekasihnya ini main rahasia seperti ini, "kamu mau ngomong apa?"
Deanra tau ini sedikit konyol saat dirinya sebagai seorang wanita meminta lebih dulu untuk menikah. Tapi ia juga tak punya pilihan lain, ia tak ingin dijodohkan dengan pria yang tak dicintainya.
"Dilo, aku ingin bertanya padamu ... Bagaimana pendapatmu tentang pernikahan?"
Dilo terkesiap. Pria itu menatap Deanra dengan bingung. Kenapa kekasihnya tiba-tiba bertanya tentang pernikahan.
"Maksudnya gimana, sayang? Aku tak mengerti."
Deanra mengusap tengkuknya yang tidak gatal, "itu ... ayah memintaku membawa calon suami dalam waktu satu Minggu ini. Dan kamu kekasihku, tentu saja kau orang yang ku maksud untuk datang melamar ku."
Dilo mengeleng tak percaya. Menikah belum terlintas dalam pikiran pria itu disaat umurnya masih 27 tahun ini.
"Kamu jangan bercanda, sayang. Bagaimana mungkin kita menikah dalam waktu mendadak seperti ini. Lagi pula kamu tahu kalau sekarang karirku sedang dalam keadaan yang sangat baik ... Aku belum berpikir akan menikah dalam waktu dekat ini." Dilo berucap dengan penuh penyesalan. Ia tahu, gadisnya tak akan keberatan, hanya butuh menuggu sedikit lagi, dan semuanya akan sesuai dengan impiannya.
Tapi pemilik mereka berbeda. Deanra terkejut mendengar Jawaban Dilo yang kelewat santai. Ia berpikir apa Dilo menganggap dirinya sedang bercanda sekarang?
"Dilo ... Apa kamu baru saja menolak ku barusan?" Dilo mengeleng, bukan begitu maksudnya.
"Aku tak menolak mu, sayang. Tapi untuk sekarang aku benar-benar belum bisa melamarmu. Beri aku waktu, tunggu sampai masalah dan pekerjaan ku selesai, aku pasti akan menikahimu."
Menunggu? Deanra mengeleng tak ingin. Jika dalam satu Minggu ini ia tak bisa menyakinkan Dilo untuk menikah dengannya, makan perjodohan itu akan terjadi. Dan dirinya tak akan bisa menghentikan semua itu terjadi.
"Aku tidak bisa menunggu, Dilo." Denara berucap serak. "Karena jika kamu menolak mungkin ... Mungkin lebih baik kita putus saja."
Deanra dapat melihat kemarahan yang muncul di mata Dilo setelah mendengar perkataannya. Tapi ini bukankah keputusan yang tepat, jika tak bisa maka lebih baik berpisah, toh setelah ini ia tak tahu hidupnya akan seperti apa setelah perjodohan itu berhasil.
"Kamu ingin putus dengan ku? Kenapa?" Dilo menatap Deanra kecewa, "Aku hanya meminta menunggu sebentar, lalu kau langsung ingin pergi. Apakah kamu benar-benar mencintai ku atau tidak Deanra?"
"Kenapa kamu bilang begitu. Kamu yang tak serius dengan hubungan ini, Di. Asal kamu tahu saja, jika kamu tak datang melamar ku dalam waktu satu Minggu ini aku akan dinikahkan dengan pria lain!" Deanra mengeraskan suaranya. Kemarahannya membuat ia tak tahu malu.
Meskipun restoran masih terlihat seperti dari pengunjung, tapi tetap saja bertengkar ditempat orang lain itu cukup memalukan.
"Kamu ... Kamu dijodohkan?" Dilo merasa tercekat. Ia menatap mata Deanra yang telah meneteskan air matanya.
"Iya,"
"Tapi, Dean. Minggu ini aku benar-benar tak bisa ... Besok aku harus berangkat keluar kota untuk urusan pekerjaan. Apa ayahmu tak bisa memberi kita waktu lebih banyak lagi?"
Deanra mengeleng. Ternyata karir lebih penting bagi Dion dari pada dirinya sekarang ia mengerti, dan ia sedang jika berada disini sekarang ia ingin segera pergi.
"Aku mengerti ... Meskipun begitu aku masih mengharapkan kedatangan mu, Di. Tapi jika akhir Minggu ini tak datang ... Maaf, hubungan kita benar-benar harus berakhir." Setelah itu Deanra segera pergi meninggalkan Dion sendiri.
Mereka berdua bahkan tak sempat menghabiskan makanannya. Karena masalah ini Deanra benar-benar kehilangan seleranya, ia bahkan tak bisa merasakan apa-apa selain rasa sakit dan kecewa dengan jawaban yang diberikan kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments