Suami Yang Tak Sempurna

Suami Yang Tak Sempurna

Tak sempurna

Ares menatap lurus ke depan dengan pandangan kosongnya. Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang sekarang ia sedang merasa sedih karena sesuatu yang membuat amarahnya meledak.

Ditangan dan wajahnya telah terdapat banyak luka, luka itu didapatkan karena dirinya sendiri yang kehilangan kendali dan menyakiti tubuhnya sendiri. Selalu seperti itu, apa ada rasa sakit diraut wajahnya? tidak.

Ares bahkan tak peduli luka-luka ditubuhnya mengeluarkan darah, meskipun tak banyak tapi cukup perih jika dirasakan di tubuh.

Tak begitu lama, seorang wanita paruh baya datang mendekatinya sambil membawa kotak obat. Dia bundanya Ares, wanita yang paling dihormati dan ditakuti oleh pria pemarah itu. Meskipun moodnya sedang buruk, tapi ia tak akan menghindari sang ibu seperti orang lain.

"Sini, bunda obati." Aisyah mengambil tangan sang anak dan mulai mengobati goresan-goresan kuku di tubuh anaknya.

"Bunda, dia pergi dengan pria lain." Akhirnya gumamnya terdengar lirih.

Aisyah menarik nafas panjang, ternyata masalahnya masih hal yang sama. Deanra, gadis manis yang dari dulu menarik perhatian anaknya. Tapi siapa yang mau dengan putranya ini, orang-orang bahkan takut berdekatan dengannya.

Penyakit autisme yang diderita putranya ini telah membuat kehidupan mereka terlihat begitu menyedihkan di mata orang lain. Meskipun tak cukup parah, tapi terkadang jika Ares sedang emosi ia sering kali bertindak di luar nalar.

"Ares, dia hanya pergi bersama teman-temannya. Kamu jangan marah lagi, ya?"

Ares hanya diam tak menyebut perkataan ibunya lagi. Rasa cemburunya melihat Gadis yang disukainya telah membutakan hati dan pikirannya. Andaikan dia sempurna, andaikan dia mempunyai keberanian ,sudah dari dulu akan ia kejar gadis itu untuk dirinya miliki.

Setelah selesai mengobati luka sang anak, Aisyah kembali pergi meninggalkan sang anak sendirian. Ares putranya yang sangat tertutup, selain itu ia juga yang mempunyai kekurangan membuat keluarga yang lain sering kali membicarakannya.

Aisyah tak malu punya anak penderita autisme, tapi ia selalu sedih melihat anaknya yang selalu menyendiri. Yang putranya inginkan hanya satu, dan itu sangat sulit untuk didapatkan.

Deanra, bocah kecil yang dulu sering bermain bersama Ares. Gadis itu sekarang mungkin sudah lupa dengan kenangan itu, tapi bagi putranya itu kenangan indah yang tak mungkin ia lupakan.

****

Deanra melangkah dengan bahagia diiringi dengan senandung kecil yang keluar dari bibir tipisnya. Berlahan ia mulai membuka pintu toko bunga miliknya dengan senyum yang penuh semangat.

Diumur nya yang ke dua puluh dua ia telah memiliki sebuah usaha yang sangat disukainya. Memiliki tokoh bunga adalah suatu impian, siapa sangka doanya akan terkabulkan dengan begitu cepat. Tanpa bantuan kedua orang tuanya ia bisa memilikinya, meskipun kata orang-orang tak seberapa, tapi ini cukup luar biasa baginya.

Baru juga masuk, ponselnya telah bergetar didalam tasnya. Deanra semakin tersenyum lebar melihat siapa yang menelponnya sepagi ini.

"Sayang ... Kenapa menghubungi ku sepagi ini?" Berucap dengan manja, membuat seseorang yang suaranya masih terdengar serak disebrang sana tertawa kecil.

"Aku rindu," ucapnya disela tawanya.

"Baru juga ketemu tadi malam, bagaimana mungkin masih rindu. Kamu benar-benar pembohong," Deanra tertawa geli. Meskipun pria ini hanya berkata gombal padanya, ia akan tetap bahagia, karena sepertinya ia benar-benar telah jatuh pada cinta kekasihnya ini.

"Apa kamu tidak tahu, sayang. Dengan kamu itu jangankan semalam, satu menit saja berbisah aku sudah sangat rindu. Jadi jangan bilang begitu lagi, ya? atau aku akan marah padamu."

Ucapan itu sangat manis, Deanra bahkan sampai mengigit bibirnya menahan gejolak dalam hati yang terlampau bahagia. Pertama kali mencoba menjalin hubungan dengan seorang pria, siapa sangka akan semanis ini pacaran. Ia bahkan sangat bersyukur mendapatkan pria yang begitu baik dan lembut padanya, dan ia mulai berpikir, mungkin Dia memang jodoh yang dikirimkan tuhan padanya.

"Baiklah, baiklah ... Aku akhiri dulu ya, Kai. Aku harus buka toko, kau tahukan aku ini wanita yang sangat sibuk."

"Ya, aku tahu. Karena itu kamu sering kali mengabaikan ku karena bunga-bunga jelek itu!" Kiran berucap penuh kekesalan. Semenjak berpacaran dengan Deanra pria itu mendadak membenci tanaman cantik itu, itu semua karena bunga-bunga yang menurutnya tak berguna itu telah mencuri perhatian kekasihnya.

"Kai ... Mereka begitu indah, bagaimana bisa kau katakan mereka jelek, sayang. Aku bahkan tak bisa sedetikpun mengabaikan mereka, terlihat begitu menyegarkan mata." Deanra berucap dengan penuh kasih sayang sembari mengelus sayang bunga Lily di tangannya.

"Tak bisa sedetik mengabaikan mereka, tapi kamu mengabaikan ku lama-lama, sayang." rajuk manja Kiran, lagi-lagi hanya dibalas dengan tawa renyah sang kekasih di sebrang sana.

"Dasar manja,"

"Hanya padamu."

"Aku tau. Dan berharap akan selalu seperti itu," gumam Deanra pelan. Harapannya takdir akan membuat mereka berdua bersama, hanya itu saja, Deanra tak ingin yang lainnya.

Setelah itu mereka mengakhiri panggilan itu dengan senyum yang masih sama-sama mengembang di bibir mereka. Sederhana, tapi cukup mereka dimabuk kepayang. Deanra kembali sibuk membuka tokoh bunganya, sebenarnya ia punya satu karyawan, tapi dia tak masuk hari ini karena sakit.

Deanra tersenyum manis saat satu pelanggannya datang, tapi hanya sesaat, saat ia tahu siapa yang datang senyumnya langsung menghilang.

"Kak Aras," gumam Deanra pelan. Ia melihat tatapan mengerikan pria itu, Deanra bergidik ngeri, entah mengapa ia jadi takut begini.

Meskipun ia telah lama mengenal pria ini, tapi tentang rumor yang menyebar tetap saja ia ketakutan. Ia mendengar jika Ares mengidap penyakit gangguan jiwa, meskipun awalnya ia tak percaya, tapi setelah melihat saat pria itu lepas kendali ia tak bisa lagi menolak kenyataan itu. Pria yang pernah kenal dengannya waktu kecil, siapa sangka akan jadi begini.

Ares mengambil setangkai mawar merah, lalu tanpa berkata membayarnya pada Deanra dengan tampang dinginnya. Selalu seperti ini, hampir setiap hari dia datang ke toko ini hanya untuk membeli setangkai bunga mawar. Tentu saja alasan lainnya datang kesini bukan hanya untuk membeli mawar, tapi melihat sang pemilik mawarnya.

Terpopuler

Comments

komar udin

komar udin

lanjut thoooooor 💪💪💪

2022-10-10

0

komar udin

komar udin

lanjut thoooooor 💪💪💪💪 jangan sampai putus tengah jalan

2022-10-10

1

Evi

Evi

semangat ya thor

2022-10-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!