Aku terbengong mengingat jumlah uang di ATM bang Parlin, sungguh tidak pernah aku bayangkan suamiku memiliki uang sebanyak itu, dan ayah dulu waktu menjodohkan aku dengan bang Parlin juga tidak bercerita kalau bang Parlin seorang jutawan bahkan milyader jika semua hartanya dijadikan satu, ayah hanya bilang dia anak teman ayah yang sudah tahu akhlaknya baik dan cocok untuk aku.
Seandainya ayah dulu bilang kalau suamiku banyak uang sudah pasti aku minta pesta tujuh hari tujuh malam, di hotel bintang tujuh, di hibur dengan penyanyi tujuh orang, makanan pun berasal dari tujuh restoran, gaun pengantin ganti tujuh kali ah pokoknya mewah dan terdahsyat pestanya tapi itu hanya mimpi karena semua sudah terlewati.
"Kok malah bengong Dik!" ucap bang Parlin.
Dia menepuk pipiku pelan dan menyadarkan aku dari pikiran ngawur.
"I..iya Bang adik akan mengambil uangnya," ucapku sambil segera berlalu meninggalkan bang Parlin menuju mesin ATM lagi.
Akhirnya aku hanya mengambil uang tiga juta yang aku rasa cukup untuk belanja keperluan sehari-hari dan ya beli skincare juga bajunya cukup satu set saja seperti yang dikatakan bang Parlin belanja sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan. Sungguh suamiku hari ini mengajarkan sesuatu yang sangat penting yang selama ini tidak pernah aku sadari. Dasar suami unikku aku jadi semakin cintrong sama dia.
Setelah jalan jalan mutar mutar perut ini terasa lapar akhirnya aku mengajak suamiku makan dan aku membawanya ke tempat ayam bakar langganaku , aku rasa dia belum pernah merasakan ayam negeri bakar pasti barbeque pasti dia senang aku ajak ke sini.
Tidak beberapa lama setelah aku memesan makanan pun siap dihidangkan aku pun memakannya dengan lahap, beberapa menit kemudian makananku sudah tinggal tersisa separuh ku lirik suamiku yang ternyata makanannya tidak tersentuh sama sekali, dia hanya minum saja.
"Kok tidak dimakan bang makanannya?" tanyaku.
"Ini ayam tidak sehat Dik! banyak mengandung obat karena ayam ini dipaksa cepat besar menggunakan obat-obatan," ucap suamiku.
"Benarkah?" tanyaku sambil menatapnya penasaran.
"Ya benar dan kami di desa tidak makan ayam seperti ini kami hanya makan ayam kampung saja," ucap suamiku.
Oh iya aku sampai lupa kalau suamiku seorang peternak dari desa yang lebih tahu seluk-beluk peternakan, kemana lagi harus aku ajak suamiku agar bisa menikmati hidup ala modern ala kota, tapi ya sudahlah dari pada ini ayam bakar jatah bang Parlin sia sia lebih baik aku habiskan saja sekalian.
Kami pun berjalan menuju tempat maticku di parkir setelah menghabiskan makanan lebih tepatnya setelah aku menghabiskan semuanya karena bang Parlin tidak makan apapun di hanya menikmati minuman saja.
Ketika kami hampir tiba di dekat maticku tiba tiba sebuah klakson kencang dibunyikan dari arah belakang kami dan itu membuat kami kaget reflek kami pun berbalik arah menatap asal suara klakson itu.
Ketika aku ingin marah pada pemilik motor ninja yang tadi membunyikan klakson kencang, pengemudinya pun membuka helm dan ternyata orang menyebalkan ini adalah temanku si Zubair yang sejak dulu suka sekali usil.
"Hai sintal, ternyata kamu sangat mencintai Mio jadulmu itu sampai sekarang kamu masih memelihara dan setia membawanya jalan jalan," ucap Zubair sambil tertawa cekikikan.
"Hai jeber aku kira kamu sudah pindah alam ternyata kamu masih bernafas gratis," ucapku pada Zubair.
Kami biasa saling memelesetkan nama satu sama lain, Zubair biasa memanggil namaku sintal dan aku memanggilnya jeber kami bersahabat sejak kecil karena rumah kami bersebelahan tapi beberapa tahun ini dia pindah ke solo dan kami sudah lama tidak bertemu.
"Siapa lekong di sampingmu itu?" tanya Zubair sambil menatap ke arah bang Parlin.
"Dia suamiku ayo kenalan dulu," ucapku.
Bang Parlin dan Zubair saling menjabat tangan mereka saling berkenalan dan setelah mereka berkenalan bang Parlin pamit mau ke toilet sebentar.
"Dari mana kamu bisa kenal pria model jadul seperti itu?" tanya Zubair.
"Dia pilihan ayah dan dia anak teman ayahku," jawabku santai
"Kamu ini memang teman laknat Sintal menikah tidak bilang bilang tidak undang aku pula," ucap Zubair kesal
"Ah sudahlah! oh ya aku pamit dulu ya masih banyak kerjaan," ucapku sambil segera pergi meninggalkan Zubair ketika aku lihat suamiku sudah keluar dari toilet aku menghampirinya karena aku tidak mau jika suamiku beranggapan yang macam-macam tentang aku dan Zubair.
"Ayo pulang Bang!" ajakku sambil menggandeng tangannya.
"Dik ambil lagi uangnya dan beli motor yang seperti itu," ucap bang Parlin ketika tiba di tempat parkir dia menunjuk sebuah motor PCX.
"Tapi Bang kebutuhan kita hanya motor sebagai alat transportasi yang bisa kita pakai kemana mana dan aku rasa motor ini masih bisa," jawabku.
"Tidak Dik ambil lagi uangnya dan ayo kita beli motor, Abang sakit hati motor kita dihina orang apa lagi dia bilang sepeda butut dan jadul, ayo kita beli motor terbaru," ucap bang Parlin semangat." Dan yang terpenting tidak ada yang boleh menghina atau meremehkan istri Abang biarlah orang menghina atau mencemooh abang asal jangan adik yang di rendahkan," lanjut bang Parlin.
Aku merasa tersanjung dengan kata kata suamiku, sungguh suamiku keren dia terima jika dirinya di hina tapi dia tidak akan terima jika istrinya di hina dan direndahkan, suami jadulku sungguh membuatku semakin cinta.
Keesokan harinya bang Parlin mengajakku ke bank untuk mencairkan uang guna membeli motor, hatiku berbunga-bunga karena motor yang aku miliki sudah sangat lama menemani perjalanan hidupku dan aku rasa dia sudah layak pensiun. Kata bang Parlin dia akan membeli motor baru bukan bekas.
Setelah uang kami terima bang Parlin pun mengajakku menuju Dealer motor, dia pun menyuruhku untuk memilih motor yang aku inginkan sedangkan dia duduk manis sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang di sana. Sebenarnya aku ingin sekali memilih motor matic besar keluaran terbaru kurasa uang yang ada di tangan cukup untuk membeli model matic besar dan nanti jika aku bertemu teman laknat ku itu akan ku pameri dia kalau motorku tidak kalah bagus darinya.
Aku berputar putar mengelilingi dealer motor itu melihat lihat motor mana yang ingin aku bawa pulang, aku sudah ingin menjatuhkan pilihan ke PCX merah maroon yang sudah aku impikan selama ini tapi tiba-tiba aku teringat perkataan bang Parlin kalau kita belanja sebaiknya sesuai kebutuhan jangan sesuai keinginan akhirnya aku pun menjatuhkan pilihanku pada Beat hitam saja setidaknya motor ini pun sudah bagus aku pakai kemana saja dan sisa uang yang kami ambil masih bisa di gunakan untuk kebutuhan yang lainnya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NANGGUNG BANGET MOTOR BEAT KECIL, JOK JUGA KECIL, KNP GK VARIO ATAU SCOOPY SAJA, KN LUMAYAN..
2023-06-21
0