Eps.3

Pagi itu Bella melakukan aktifitas seperti biasa, diawali dengan membersihkan rumah hingga mencuci baju membuat gadis polos itu seperti layaknya asisten rumah tangga.

"Bella.. Bellaa".

Teriakan Viona membuat Bella terkejut dan bergegas menuju sumber suara, terlihat sepupunya itu sedang duduk di meja makan menunggu sarapan.

"Ada apa kamu memanggilku Viona".

"Buatkan aku sarapan".

Bella pun menganggukan kepala dan mulai mengambil roti beserta selai untuk membuatkan sepupunya sarapan namun Viona justru marah karena merasa bosan.

"Buatkan aku yang lain, aku tidak mau sarapan roti".

"Tapi semua persediaan makanan di dapur sedang kosong, bibi belum memberiku uang untuk belanja".

"Seharusnya kamu yang berinisiatif untuk membeli, jangan bisanya cuma numpang".

Bella terdiam mendengar ucapan sang sepupu, pertengkaran di ruang makan itu membangunkan bibi Tamara yang sedang terlelap.

"Ada apa Viona? Mengapa kau marah marah".

"Aku bosan hanya sarapan roti, aku ingin makan daging".

"Jika kau ingin makan daging maka beri Bella uang untuk membelinya, ibu sedang tidak ada uang".

"Kenapa harus uangku?".

"Kau inikan bekerja pasti dapat gaji kan?".

"Iya tapi masalahnya bulan ini gaji ku belum turun, tau gak bu kenapa?".

"Memangnya kenapa?".

"Perusahaan tempatku bekerja akan segera bangkrut, karena terbelit hutang yang sangat besar bahkan sampai milyaran".

"Bos mu itukan kaya raya, bahkan dia anak dari pengusaha terkenal. Mengapa bisa bangkrut?".

"Entah lah bu, yang ku dengar perusahaan ayahnya menolak bekerja sama dengan perusahan kami".

Mereka sedang asyik bercengkrama tiba tiba Bella datang membawa tiga potong roti. Viona Mengambil dua potong roti untuk dibawanya ke kantor sedangkan satu yang tersisa dibawa bibi Tamara sembari bersantai di teras rumah. Bella hanya bisa terdiam ketika tidak mendapat jatah sarapan pagi.

Setelah viona pergi ke kantor bibi Tamara memanggil Bella untuk menyuruhnya membeli keperluan dapur ke pasar.

"Beli keperluan dapur sebelum paman mu kembali, dan beli juga daging untuk Viona. kasian anakku jika terus makan roti".

"Tapi bi, uang 100 ribu mana cukup untuk beli daging dan keperluan lainnya".

"Bibi gak mau tau, bagaimana kamu mengatasinya yang pasti kau harus bisa mendapatkan semua yang dibutuhkan".

Bella pun berjalan menunduk menyusuri jalan, hatinya bingung harus bagaimana namun saat dirinya tengah menyebrang ia hampir tertabrak sebuah mobil.

"Aaaaa..aaaa.aa".

Teriakan wanita cantik itu mengejutkan sang sopir hingga berhenti secara mendadak. 

"Astaga".

"Maaf tuan, ada seseorang yang menyeberang".

"Coba kau lihat jamal, barangkali dia terluka".

Sopir itu menganggukan kepala dan segera menjalankan perintah dari sang majikan. Ternyata mobil yang melintas kencang hingga hampir menabrak Bella itu adalah mobil kakek Arbani.

sontak saja mengenali sosok gadis yang pernah ia temui di pemakaman tempo hari membuat lelaki tua itu turun mobil untuk memastikan sendiri jika Bella baik baik saja.

"Bella?".

"Kakek Arbani".

"Apa kau baik baik saja nak, maaf sopir kakek mungkin tidak melihatmu menyebrang".

"Tidak kek, aku yang salah. Bella yang tidak melihat jalan".

Melihat kerendahan hati wanita cantik itu membuat kakak Arbani merasa haru, ia pun menanyakan kemana Bella akan pergi. 

"ke pasar kek, Bella ingin membeli beberapa kebutuhan dapur".

"Masuklah. kakek akan mengantarmu".

"Tidak perlu kek, Bella bisa jalan kaki".

Kakek Arbani pun meminta agar Bella tidak menolak ajakannya hingga gadis polos itu mengiyakan permintaannya. Disepanjang jalan wanita cantik itu hanya menunduk meratapi kertas berisi daftar sayur apa saja yang harus dibeli.

"Bella apa kau baik baik saja?".

Tanpa mengucapkan sepatah kata Bella hanya mengangguk namun lelaki tua itu menyadari jika ada hal yang membebani pikirannya.

"Katakan pada kakek apa yang sedang kau pikirkan nak, tidak baik menyimpan masalah sendiri. Siapa tau kakek bisa membantumu".

Mendengar ucapan kakek Arbani, Bella pun menjelaskan jika ia harus membeli berbagai sayur dan daging dengan uang seadanya hingga membuat hati lelaki tua itu terkejut dan merasa iba. 

tiba dipasar kakek Arbani memberi 10 lembar uang 100 ribu yang membuat Bella terkejut. Seumur hidup belum pernah ia menerima uang sebanyak itu hingga Bella tampak bingung harus menolak atau menerima.

"Belilah kebutuhan keluargamu serta keperluanmu".

Tidak punya pilihan lain Bella pun menerima uang itu tetapi hanya mengambil secukupnya, yaitu 2 lebar uang saja dan meninggalkan sisanya.

"Terimakasih kek, ini sudah lebih dari cukup".

"Ambilah sisanya untuk kau simpan Bella, siapa tau suatu saat kamu membutuhkannya".

Kakek Arbani pun tersenyum dan wanita cantik itu menerimanya dengan rasa bahagia. Tak henti henti Bella ucapkan kata terima kasih pada lelaki tua itu hingga melambaikan tangan saat mobil kakek Arbani melaju.

Bella pun bergegas membeli semua keperluan rumah dengan riang gembira hingga ia membeli sarapan untuk dirinya. Tak lupa Bella membeli sebuah buku untuk menambah wawasan. Selama ini dirinya hanya bisa meminjam buku di perpustakaan kota tapi sekarang salah satu buku itu dapat ia miliki.

Meskipun ia tidak melanjutkan sekolah tetapi pengetahuannya tidak kalah dengan sepupunya itu, justru IQ Bella lebih tinggi dibandingkan Viona sebab ia sungguh sungguh belajar meskipun hanya membaca buku di perpustakaan kota.

Siang itu Bella pulang dengan rasa penuh kegembiraan dan sesampainya dirumah bibi Tamara merasa terkejut melihat barang belanjaan sang keponakan yang sangat banyak.

"Uang dari mana kamu bisa belanja sebanyak ini?".

"Bukannya bibi yang memberiku uang tadi".

Bibi Tamara pun merasa bingung karena tidak mungkin Bella bisa membeli banyak barang seperti ini dengan uang seadanya, namun ternyata wanita cantik itu mampu membelinya.

Sedangkan kakek Arbani merasa kasihan dengan nasib Bella dan menyuruh salah satu pengawalnya untuk menyelidiki seperti apa keluarga Bella. 

Di Kantor saat Askara tengah bersantai sambil menikmati secangkir kopi tiba tiba Bayu yang dipercaya untuk menjadi asisten pribadinya itu memberitahukan jika nyonya Larasati sudah membayar sebagian utang kepada beberapa rekan kerja nya.

"Dari mana dia mendapatkan uang. Apa kakek yang memberinya?".

"Tidak tuan. Nyonya Laras telah menjual rumahnya".

Askara pun terkejut dengan ucapan Bayu hingga tiba tiba suara ponsel membuyarkan lamunannya. tertera nama kakek Arbani di layar ponsel hingga Askara bergegas untuk mengangkatnya.

"Kosongkan jadwal mu sore ini, kita harus makan malam bersama".

Pesan singkat telah dilontarkan sang kakek hingga membuat Askara terpaksa menyetujuinya tanpa bisa membantah. Sesampainya dirumah ia melihat bibi Larasati dan paman Bagas sudah berada di meja makan, tak lupa kakek Arbani pun juga sudah berada disana.

"Askara duduklah".

Lelaki tampan itu menggeser kursi di dekat kakek dan mulai bergabung dengan ketiga nya. 

"Kakek menyuruhku pulang lebih awal  apa karna kita kedatangan seorang tamu?".

"Askara bisakah kau sedikit menghormatiku sebagai bibimu".

"Ow..tidak perlu khawatir. Aku tipikal orang yang selalu menjunjung tinggi sikap profesional. Ada perlu apa kau kemari".

"Baguslah, itu memang perlu dilakukan oleh seorang pebisnis yang hebat. Aku akan tinggal disini".

"Sudah sudah apakah kalian akan terus bertengkar? Askara mulai malam ini bibi dan paman mu akan tinggal disini seperti sebelumnya".

"Aku sudah tau. Bibi pasti akan kembali kerumah setelah berhasil menjual rumah itu, namun rumah ini memiliki aturan. Semua di bawah komando ku. Dan satu hal lagi, aku tidak mengizinkan siapapun yang tinggal di sini keluar malam. Apa kau mengerti paman?".

"Apa maksud kamu Askara? Apa selama ini bagas selalu keluar malam". 

"Tidak ayah mertua, saya tidak pernah keluar malam. Mungkin yang dimaksudkan Askara adalah pulang larut malam karena lembur kerja".

Mendengar pernyataan sang paman membuat Askara tersenyum sinis, ia melihat jika pamannya itu merasa panik karena ucapannya dan hal itulah yang membuat Askara merasa bahagia. Dari dulu ia tidak pernah menyukai paman Bagas, karena Askara sudah mengetahui sikap asli dari lelaki bejat itu. Suka bermain judi, mabuk mabukan hingga memiliki banyak wanita diluar sana namun anehnya hanya karna sebuah rasa cinta sang bibi menutupinya dari kakek Arbani. 

*

*

*

*BERSAMBUNG..

Terpopuler

Comments

devi egcha

devi egcha

lanjut😍

2022-10-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!