"Bella.. bella.. bella. Hentikan tamara kasian bella. Apa kau ingin membunuhnya?".
"Ponakan kesayanganmu ini sudah melakukan kesalahan, aku harus menghukumnya".
"Tapi jangan seperti ini tamara, kasian bella. Dia pasti punya alasan".
Bibi tamara pun tersenyum getir menanggapi ucapan suaminya, kini ia memandang sinis ke arah bella dan menatap tajam sembari berlalu pergi.
Paman arya pun memeluk bella dan membawanya ke tempat yang lebih aman hingga memberikannya handuk untuk menghangatkan tubuh sang ponakan.
"Apa yang sebenarnya terjadi bella, mengapa bibimu sampai semarah itu?".
"Aku hanya rindu kepada ayah dan ibu, itu sebabnya aku berziarah ke makam mereka. Bibi marah karna aku pulang terlambat paman, maafkan aku".
Bella pun kembali ke kamar untuk mengganti pakaian sedangkan paman arya dan bibi tamara sedang bertengkar hebat di ruang tengah karna bella. Paman arya menganggap jika istrinya itu sudah sangat keterlaluan dan tidak seharusnya ia menghukum bella seperti itu, namun bibi tamara justru tersulut emosi mendengar ucapan sang suami.
"dia pulang terlambat dan pekerjaannya belum selesai bagaimana aku tidak marah. Lagi pula hukuman yang kuberikan itu setimpal dengan apa yang telah dia lakukan".
"Tamara, bella dari kecil sudah ditinggal kedua orang tuanya. Apa kau tidak sedikit merasa iba padanya".
"Untuk apa? Kita selama ini yang telah membesarkannya dan seharusnya dia memiliki rasa malu tinggal disini secara gratis".
"Selama ini dia sudah membantumu melakukan pekerjaan rumah hingga ia tidak bisa pergi sekolah layaknya anak anak pada umumnya, masihkah itu belum cukup bagimu?".
Mendengar suaminya terus membela sang ponakan membuatnya membanting vas ke lantai hingga suara pecahan itu mengngagetkan viona yang baru saja pulang bekerja.
"Ada apa ini? mengapa ibu menghancurkan vas bunga itu".
"Tanyakan itu pada ayahmu yang selalu membela keponakan kesayangannya itu".
"Ada apa ayah? Apa yang bella lakukan hingga ibu marah".
"Sudahlah viona kamu pasti capek, istirahatlah nak".
"Begitu istimewanya bella dimata ayah, hingga membuat ayah sangat menyayanginya daripada aku, anak kandung ayah sendiri".
Paman arya pun tidak membalas ucapan sang anak, ia memilih meninggalkannya dan pergi keluar rumah untuk menetralkan suasana hati. Sedangkan viona merasa sangat kesal pada bella hingga ia berjalan menuju kamar bella yang berada di sisi paling ujung rumah.
"Bella.. bella.. bella. Dimana kau?".
Brakk..
Viona menendang pintu kamar bella dengan kasar hingga mengatai gadis polos itu dengan berbagai kata kasar dan memakinya tanpa henti.
"Lihatlah bella, karna kau ibu dan ayah ku bertengkar. Sebenarnya apa maumu ha?".
"Kau hanya membawa musibah dalam keluarga kami".
"Semenjak kehadiranmu di rumah ini, keluargaku jadi berantakan".
Bella hanya bisa terdiam tanpa membalas ucapan sang sepupu karna merasa jika ini memang kesalahannya, meskipun pernyataan itu sangat menyakiti hatinya namun bella memilih bungkam sembari meneteskan air mata hingga viona jengkel dan meninggalkan kamar bella.
Malam ini hati bella sangatlah hancur, tiada satu orang yang bisa ia jadikan teman untuk mencurahkan isi hatinya dan mendengarkan keluh kesahnya. Bella berdiri di belakang jendela sembari memandang langit yang penuh bintang dan berdoa meminta agar penderitaannya segera usai.
Tanpa sadar salah satu bintang jatuh tepat setelah bella mengucapkan permohonan yang membuat hati gadis polos itu berbinar.
"Semoga apa yang aku ucapkan menjadi kenyataan".
Sedangkan di kediaman kakek arbani, larasati bertamu tanpa permisi. Dirinya mulai menyuruh beberapa pelayan membuatkan makanan layaknya sang tuan rumah. Melihat tingkah sang bibi begitu mengesalkan membuat askara angkat bicara.
"Untuk apa kau datang kemari?".
"Bukan urusanmu, lagi pula ini juga rumahku".
"Sejak kapan ini menjadi rumahmu? Setelah kau angkat kaki dari sini tidak ku izinkan lagi kau kembali kerumah ini".
"Askara kau jangan keterlaluan".
"Sudah hentikan".
Suara kakek arbani pun menghentikan pertengkaran kedua nya, hingga menyuruh askara meninggalkan mereka berdua dan larasati mulai menyampaikan maksud kedatangannya.
"Ayah, bisakah kau menyuntikan dana ke perusahaanku. Aku sudah tidak bisa berpikir jernih, hutang perusahaan membuat kepalaku ingin pecah. Aku membutuhkan bantuanmu".
"Bisa saja ayah memberimu uang, tapi anggaplah ini seperti pinjaman dan kau harus mengembalikannya".
"Ayah, aku ini anakmu. Mengapa kau sekejam ini padaku".
"Laras, ku kira kau sudah dewasa tapi ternyata kau harus banyak belajar dari askara".
"Jangan bandingkan aku dengan askara".
"Jika kau tidak ingin aku bandingkan maka jualah rumahmu dan bayar hutangmu".
"Apa? Lalu aku dan suamiku harus tinggal dimana ayah".
"Kau bisa kembali kerumah ini".
Ucapan singkat dari sang ayah itu membuat larasati terdiam, diri kembali kerumah dengan perasaan sendu dan saat tiba dirumah suaminya sudah menyambutnya dengan gembira.
"Bagaimana sayang, apa ayahmu memberimu uang?".
"Uang..uang..uang dan uang saja dipikiranmu. Kau tau bagaimana harga diriku jatuh karena harus mengemis di hadapan ayah?".
"Mengapa kau menyalahkanku, ini semua demi perusahaan".
"Jika saja kau tidak memakai uang perusahaan, aku tidak akan menjual harga diriku".
Bagas tetap mengelak jika ini bukan salahnya namun kenyataan tidak bisa ditutupi, bagas telah menguras habis aset perusahaan untuk kebiasaan berjudinya hingga ia dijebak dan kalah. Beratus ratus juta bahkan milyaran hutang yang harus keduanya bayar membuat pertiangkaian itu semakin memanas.
"Lalu bagaimana sekarang?".
"Jalan satu satunya adalah kita harus menjual rumah ini dan kembali ke rumah ayah".
"Apa? Kembali kerumah itu. Aku tidak sudi satu rumah dengan askara".
"Aku juga tidak mau mas, tapi ini adalah solusi terbaik daripada kita harus berhutang pada ayah dan hidup seperti gelandangan".
Kesunyian yang terjadi setelah laras mengatakan semua obrolannya dengan sang ayah. Hati larasati pun merasa lelah jika harus berdebat lagi dengan suaminya dan ia lebih memilih pergi menuju kamar untuk merebahkan tubuhnya. Bagas sang suami pun juga merasa kesal mengapa mertuanya itu sangat pelit kepada anaknya sendiri dan lebih menyuruhnya untuk menjual rumahnya.
Bagas pergi dari rumah untuk menetralkan pikirannya namun justru ia menuju bar untuk mendinginkan isi kepala.
Kebiasaan judi bagas membuat larasati harus membayar hutang yang suaminya tanggung ditambah sang suami menguras habis aset yang dimiliki perusahaannya. Perusahaan Askara pun tidak menyetujui untuk bekerja sama dengan perusahaannya membuat laras sangat kebingungan dengan masalah keuangan saat ini.
Sedangkan di kamar terlihat askara tertawa kecil melihat bibinya pergi dengan perasaan sendu dan mulai menebak apa yang akan dilakukan wanita itu jika semua orang tidak mau membantunya.
*
*
*
*BERSAMBUNG.
HAY GAES GIMANA NIH PERASAAN KALIAN SETELAH MEMBACA EPISODE 2 ?? TERUS DUKUNG NOVEL SANG PEWARIS YA DENGAN CARA VOTE, KOMEN DAN LIKE. TERIMAKASIH. SALAM SAYANG DARI AUTHOR ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
devi egcha
up. lanjut 😍😍
2022-10-09
1