Pagi ini Sindi terlambat bangun, dia masih merasakan nyeri di bagian paha akibat ulah David yang kasar semalam. Perlahan Sindi bangkit dan menuju kamar mandi. Melepas semua pakaikan dan mengguyur tubuhnya.
Kenikmatan yang seharusnya ia peroleh semalam tak sesuai dengan apa yang ia impikan.
Hari ini ia akan menemui Lina dan ingin meminta nasehat padanya. Selesai berdandan, Sindi ke luar kamar.
David sedang menikmati kopi panas sambil membaca artikel di ponselnya.
"Sarapan untuk aku mana?" tanya Sindi setelah mendekat.
David menghentikan pergerakannya dan menatap Sindi. "Nggak keliru kamu bertanya begitu, di sini tidak ada pembantu, jangan bilang kalau kamu menyuruhku untuk memasak. Kamu itu wanita, seharusnya bangun pagi dan memasak."
Sindi memperlihatkan kukunya yang baru di cat. "Kalau aku masak, kukuku yang cantik ini jadi rusak, aku nggak mau. Cari kan pembantu untukku!"
"Dasar manja, aku tidak suka dengan orang asing di dalam apartemenku. Kalau kamu ingin seorang pembantu, cari dan jangan tinggal di sini!"
"Mas David jahat!" Sindi menghentakkan kedua kakinya bergantian.
"Kenapa, kamu nggak suka, mau lapor sama papi kamu agar aku dipenjara, hah!"
"Kok Mas David nuduh aku gitu, siapa yang mau menjebloskan kamu ke penjara," Sindi tak tahu soal ancaman papi Adam.
"Jangan pura-pura bego kamu, dasar manja !" David berdiri menggebrak meja membuat Sindi bergidik ngeri, menatap tajam.
Sindi meringkuk, "Aku benar -benar tak tahu, " ujar Sindi lirih.
David tak ingin membahas lagi dan memilih pergi.
Sindi mengejar David dan meraih tangannya. "Tunggu Mas David!"
David menoleh menatap tangannya. "Lepaskan tanganku!"
Sindi segera mengangkat kedua tangannya, "Maafkan aku, aku sungguh tak tahu apa yang sebelumnya terjadi dan aku tak ingin mengetahuinya juga. Yang ingin aku ketahui adalah perasaan kamu, mengapa kamu begitu kasar padaku? Aku juga ingin diperlakukan baik seperti kamu memperlakukannya pada Lina. Atau mungkin kamu ada perasaan khusus padanya. Lina bilang kamu dan dia seperti adik kakak, tapi sepertinya tidak mungkin."
"Bukan urusanmu." David segera berbalik dan pergi.
Pagi ini David sedang ada rapat dengan klien dari perusahaan JeJe Group. Sebuah perusahaan besar yang berada di bawah kekuasaan papi Adam. Tentu David tak bisa menolak kerja sama itu jika selama kerja sama itu menguntungkan perusahaannya.
Sementara Sindi merasa bosan jika terus berada di dalam apartemen. Dia baru teringat kalau Lina dan David satu lokasi. "Bodoh, kenapa tadi aku tak bareng saja sama mas David." Sindi menepuk jidatnya dan segera meraih tas lalu pergi.
Sindi menunggu taksi cukup lama, sebuah mobil kuning berhasil ia hentikan dan begitu akan masuk ia melihat seekor kucing yang tertabrak. Sindi begitu penasaran dengan keadaan kucing tersebut. Sindi tak jadi masuk ke dalam mobil. Dia berjalan ke arah terjadinya perkara.
"Hai, kamu punya mata atau tidak!" teriak Sindi sambil menggendong kucing. Tampaknya kucing tersebut baik-baik saja.
Si sopir segera keluar dan marah. "Jangan membentak ku Nona! Aku bisa berlaku kasar padamu, untung saja kamu cantik, kalau tidak sudah aku hajar mukamu."
"Oh, kamu meremehkan aku meski aku seorang wanita. Kamu sadar tidak, mobilmu hampir saja membunuh hewan yang menggemaskan ini!"
"Cih, menggemaskan apa nya, mendingan aku." si sopir tak mau kalah.
Banyak orang menonton keributan itu.
Seorang Pria tampan dari arah seberang yang merasa penasaran dengan keributan yang Sindi ciptakan datang mendekat. Pria itu terkesima dengan aksi Sindi yang begitu peduli dengan binatang.
Dia mencoba bernegoisasi agar urusan cepat kelar.
"Hai Bung, apa yang kamu lakukan terhadap Nona ini?" tanya nya sambil melepas kacamata.
Sindi dan si sopir itu kompak menoleh.
"Dia yang salah!" si sopir menuding Sindi.
Sindi tak terima dan meninggikan suaranya. "Enak saja kamu bilang aku yang salah, kamu belum tahu siapa aku hah! Aku bisa memperkarakan masalah ini ke hukum." ancam Sindi.
Rupanya si sopir itu tak takut dan malah tertawa. "Kamu mau mempermalukan dirimu sendiri Nona, mana ada hukum yang mau menerima perkara sepele seperti ini."
Sindi semakin geram. "Kamu!" Sindi memperlihatkan tinjunya. "Kamu benar -benar tidak punya hati nurani ya, cepat minta maaf!"
"Minta maaf, aku tak melakukan kesalahan apa pun kenapa harus minta maaf," si sopir menyangkal.
Pria tampan yang sejak tadi memperhatikan mereka kini angkat bicara. "Hai Bung, mengalahkan pada seorang wanita!"
Si sopir masih enggan dan melakukan penyerangan pada pria tampan di depannya. Beruntunglah pria itu cepat menghindar dan berhasil menekuk tangan di sopir ke belakang punggungnya.
"Awww ...! Sakit, lepaskan tanganku!" rengeknya.
"Penuhi permintaan Nona ini!"
"Ba-baik, Nona aku minta maaf padamu."
"Minta maaf padaku? Kamu salah," Sindi tak terima.
"Lantas, aku minta maaf pada siapa?" tanya si sopir bingung.
Sindi menunjukkan seekor kucing yang sejak tadi ia elus. "Nih!"
"Hah ...!"
***
"Terima kasih, akhirnya kucing ini bisa tenang sekarang!" ujar Sindi setelah memastikan kucing putih itu turun dari gendongannya dengan aman.
"Kamu santai saja, aku heran deh, di zaman modern ini masih ada seseorang yang peduli pada hewan liar."
"Eh, kamu salah, kucing itu bukan hewan liar!" Sindi menggoyangnya jarinya.
Hampir saja Sony menahan tawanya, tapi terlanjur sudah ia lakukan.
"Kok malah tertawa!" Sindi tak terima.
"Kamu lucu deh, ya udah aku pergi kerja dulu. Atasanku bisa ngamuk jika aku terlambat." pamit Sony.
"Eh iya, siapa nama Kakak?"
"Sony, kamu?"
"Sindi."
Sony hanya tersenyum dan segera masuk ke dalam mobilnya.
Sindi menatap kepergian Sony, merasa berhutang budi atas pembelaan barusan.
Sindi menghentikan taksi lain karena taksi yang tadi sudah pergi. Ia menuju kampus.
Sindi dan Lina satu jurusan di bidang Ekonomi Akutansi, karena Lina ulet dan gigih dia bisa magang di perusahan Hero Market, perusahan milik David.
Hari ini Lina ambil kuliah sore jadi paginya ia bisa masuk kerja.
Berita pernikahan Sindi belum banyak orang yang tahu. Sindi ingin pamer tapi ia tak punya dokumentasi pernikahannya. Setelah kuliah selesai, Sindi menuju apartemen Lina.
Sindi segera masuk dan menyandarkan tubuhnya di sofa. "Katanya pulang jam 3, lah ini sudah kelewat setengah jam," Gerutunya sambil melihat jam di dinding. Ponsel Lina juga tak aktif beberapa menit yang lalu.
"Haus banget, ada minuman dingin nggak ya," Sindi bangkit dan menuju dapur. Dibukanya kulkas dua pintu itu. Dan dia menemukan sebotol minuman dingin.
Sindi segera membuka tutup botol dan meneguknya.
"Ah, seger banget!" Sindi menutup botol dan saat akan kembali ke ruang depan matanya menatap pintu kamar Lina yang terbuka sedikit.
Sudah sering Sindi menginap di apartemen Lina, jadi sudah biasa ia keluar masuk.
"Kebiasaan buruk deh, masa pintu kamar nggak ditutup," Sindi menuju kamar berniat menutup pintu.
Begitu menyentuh handel pintu, matanya tak berkedip menatap pemandangan kamar Lina.
Seprei yang berantakan dan ada noda darah di atas seprei.
Sindi tak habis pikir bagaimana seorang Lina yang biasanya suka kerapian menjadi seperti ini.
Sindi tak merasa curiga dan mengabaikan pemikirannya. Dirasa yang ditunggu nggak pulang-pulang, Sindi segera keluar apartemen.
Saat sampai di luar ia melihat Lina berjalan sempoyongan dengan David yang memapahnya.
"Mas David, kenapa kamu tega padaku," rancaunya setengah tak sadar.
"Aku tak kan kemana -mana, bertahanlah aku akan mengantar ke kamarmu!"
Sindi terperangah dan segera bersembunyi. Mengintip dua pasangan manusia yang memiliki hubungan begitu dekat dengannya.
"Apakah mas David sering mengunjungi Lina ke sini?" batinnya. Matanya terasa panas dan ia pun menitikkan air mata.
Sindi mengutuk perasaannya yang tak terbalas.
"Kecurigaan apa ini, tidak, itu tidak mungkin, pasti mas David hanya mengantar Lina setelah itu dia akan pulang menemuiku. Aku tak boleh curiga lebih dalam mengenai hubungan mereka." Sindi mengusap pipinya.
Ingin rasanya ia menyapa keduanya tapi sepertinya situasi seperti ini tidak meyakinkan.
Sindi bergegas pulang dengan membawa hati yang berdenyut sakit.
Sampai di apartemen ia mencoba menghubungi David. Namun ponsel David tak diangkat. Sindi merasa gelisah dan membayangkan hal yang tidak -tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Semoga Sindi tepat tahu Luna dan Dave itu udh pacaran
Setelah itu Sindi menghancurkan mereka berdua
Sindy ama Soni aja
Perjuangan Ucup mampir
2022-10-21
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Sindi kok bodoh banget sih
2022-10-21
0