Heran

Sindi menggebrak meja, Lina yang tengah membalas chatnya mendorong kaca matanya ke belakang.

“Sindi, bagaimana pertemuan kamu dengan David?” Lina tahu semua yang ia katakan kemarin adalah bohong. Begonya Sindi mau saja menurut tanpa cari informasi dulu.

Sindi duduk di samping Lina dengan wajah ditekuk. “Aku ditolak lagi. Sial, baru kali ini aku gagal mendapatkan cowok.” Sepertinya Sindi tak merasa curiga dengan saran Lina yang menipunya.

Ketika SMA dulu, Sindi sangatlah mudah mendapatkan cowok dan tak satupun yang menolak  permintaannya. Dan baru kali ini ia ditolak cowok hingga dua kali.

“Emang David sialan, biar aku hajar pria itu! Dia nggak tahu sedang berlawanan dengan siapa,” ujar Lina geram seolah membenci David.

“Eh, jangan! Aku nggak rela ya jika cowok yang aku suka babak belur. Emangnya kamu mau hajar dia pakai apa?”

Lina menunjukkan deretan giginya. “Ditimpuk pakai sandal jepit.”

Sindi tersenyum dengan ulasan Lina yang baginya lucu. Lina sedikit lega karena tak mendapat amukan dari Sindi. Biasanya jika Sindi sedang marah, Lina bisa saja menjadi sasarannya. Disuruh ini itu lah. Sindi tak menyerah sampai detik ini. Ia memikirkan cara agar bisa dekat dengan David, meski sedang menunggu bantuan dari papi Adam.

“Aku heran deh sama kamu, kok David bisa akrab banget sama kamu?” tanya Sindi yang pernah memergoki Lina tertawa bersama David.

“Kamu lupa, mas David itu temen kak Felik saat SMA. Mas David sering pinjam montor waktu itu, dan karena aku lagi ada jadwal ulangan pagi, yah terpaksa aku dibonceng dia. Nah, dari situ aku dan mas David kenal.”

Felik adalah kakak kandung Lina.

Sindi manggut -manggut menyimak cerita Lina tentang David.

Sindi merasa kurang beruntung saja, ia pikir cowok yang menolong dirinya dua tahun lalu menyimpan rasa padanya, nyata nya salah.

Sindi ingat betul saat dirinya hampir tertabrak mobil ketika menyeberang, David mendorong tubuh Sindi menepi yang menyebabkan siku David berdarah. David menanyakan keadaan Sindi. Merasa diperhatikan, Sindi berasumsi kalau David menyukainya. Dari situ Sindi merasa pangeran hidupnya telah datang menghampiri dia.

Tiba-tiba ponsel Lina berdering. Lina minta izin untuk mengangkat ponselnya.

Lina berbicara sambil tertawa yang membuat gadis berkacamata itu terlihat bahagia.

“Lina lagi ngobrol sama siapa, sepertinya asyik sekali,” gumam Sindi memperhatikan Lina dari jauh.

Lina datang dan memasukkan ponsel ke dalam tas.

“Seru banget, lagi ngobrol sama siapa sih!”

“Mas David,” sahut Lina yang membuat hati Sindi merasa iri. Kenapa bukan dirinya yang berada di posisi Lina.  Begitu bahagia dan terlihat sangat akrab.

“Mas David hubungi kamu?” tanya Sindi seolah tak yakin dengan apa yang dia dengar barusan.

Lina hanya mengangguk tanpa dosa.

Sindi ingin bertanya tapi terlihat sangat kepo. Biarlah asal dapat informasi.

Hampir saja Sindi membuka mulutnya tapi Lina sudah terlebih dahulu menjawab rasa penasaran Sindi.

“Mas David cerita kalau baru saja ketemu sama orang gila.”

“Orang gila, kok bisa?”

“Iya, sepatunya mas David diminta gegara warnanya coklat. Mas David tentu saja nggak mau. Terus mas David nyuruh asistennya buat mengusir orang gila itu.”

“Kok mas David bisa cerita hal kayak gini ke kamu. Kamu sering ya curhat sama dia,”

“Nggak juga kok, emang dasarnya aja dia teman kakakku, jadi mungkin dia anggap aku adiknya juga.” Jangan sampai Lina salah berucap yang membuat Sindi cemburu.

Cemburu? Sudah pasti satu kata itu membuat sakit hati wanita. Bagaimana mana tidak, seorang pria yang kita sukai malah terlihat dekat dengan wanita lain yang tidak lain adalah sahabat kita.

Selesai ngobrol banyak tentang David, mereka masuk ke kelas.

“Eh, tuh lihat, si pirang datang!”

“Nggak bener, jadi cewek tuh punya harga diri, masa mau ngelamar cowok.”

“Untung saja ditolak, coba kalau diterima sudah pasti dunia rasa kiamat.”

Bagaimana mereka bisa tahu hal ini?

Sindi merasa dipermalukan dan ingin menangis. Gadis manja itu tak bisa berkutik jika sudah disudutkan seperti ini.

Lina menggenggam erat tangan Sindi dan memastikan akan baik-baik saja.

“Hei kalian, punya mulut di jaga ya! Cepat bubar sebelum aku timpuk pakai sandal jepit!” Lina merogoh tas dan hendak mengeluarkan sesuatu. Mereka yang baru saja mencibir segera bubar.

“Emang kamu bawa sandal jepit?” tanya Sindi yang mulai agak tenang.

Lina mengeluarkan tangannya yang kosong. “Ya enggak lah!”

Sindi pun tertawa. Dia merasa aman jika selalu berada dekat dengan Lina.

Sepanjang mata kuliah, Sindi tak fokus, matanya terus menatap keluar jendela. Mencari ide agar bisa memiliki David bagaimana pun caranya.

Minggu pagi udara sangat sejuk membuat banyak orang betah duduk-duduk di bawah pohon yang rindang. Termasuk Sindi.

Sudah satu jam yang lalu Sindi menunggu seseorang datang. Tapi sosok yang ditunggu belum juga terlihat batang hidungnya. Sindi mengangkat ponselnya.

“Datanglah sekarang, ada Lina juga di sini!” Setelah mengatakan itu Sindi mengirim pesan pada Lina untuk membelikan snack.

Dan benar saja, lima menit kemudian pria tampan dengan kaos warna biru tua senada dengan celana jeans datang menghampirinya.

Dugaan Sindi benar, pria dengan hobi bermain basket ini datang karena tahu ada Lina juga di sini.

Sindi memperhatikan David yang sepertinya mencari sosok lain selain dirinya.

“Lina sedang ke mini market, duduklah sebentar lagi dia pasti datang!”

David mengangguk dan duduk di samping Sindi. Tak banyak obrolan selain hanya menjawab iya dan tidak.

“Apa kamu sudah sarapan?”

“Iya,”

“Langit tampak cerah ya, beda dengan kemarin yang mendung di pagi hari.”

“Iya,”

“Kamu mau minum?” Sindi menyodorkan botol berisi air mineral.

“Tidak.”

Sungguh obrolan yang membosankan. Sindi ingin langsung ke topik permasalahan begitu Sindi mulai ambil suara, Lina berteriak dari jauh yang membuat David menoleh ke arahnya.

“Sindi, Mas David maaf ya menunggu terlalu lama!” ujar Lina sambil menyerahkan bungkusan.

“Enggak juga kok!” sahut David yang membuat hati Sindi terdepak.

Sindi membuka bungkusan. “Kita makan snacknya dulu baru jalan-jalan!”

Setelah menghabiskan 3 bungkus snack. Mereka bertiga bangkit.

“Bentar, aku buang dulu bungkusan ini ke tong sampah!” ujar Lina yang tak terpikirkan oleh Sindi untuk melakukan hal itu. Tentu saja poin ini menambah rasa kekaguman David.

Mereka bertiga berjalan bersama mengitari taman yang begitu indah. Banyak pasangan juga yang datang ke taman ini.

Sindi berada di tengah di antara Lina dan David. Sindi banyak bicara yang membuat David merasa bosan. Terlebih yang Sindi ceritakan hanyalah tentang dirinya sendiri. Cerita tentang Sindi waktu kecil.

David melirik Lina seolah memberi kode. Lina merespon. Tangan David terulur ke belakang menggapai tangan Lina. Mereka berdua saling bergandengan tangan. David menggenggam lembut tangan Lina. Wanita mana yang bisa menolak, tentu saja tak ada, bahkan mereka akan iri dengan perlakuan David.

“Coba deh tebak, apa yang aku takutkan saat aku kecil!” tiba-tiba Sindi melompat sambil berbalik. Menatap kedua pasangan yang ternyata sejak tadi bermesraan di belakangnya.

Mata Sindi menatap dua tangan bergandengan.

David segera melepas tangannya. Dengan sedikit gugup ia berkata. “Kamu jangan salah sangka, tadi ada semut di tangan Lina. Aku berusaha menghilangkan rasa sakitnya.”

“Rasa sakit apa yang David katakan? Tidak kah dia tahu betapa aku mencintaimu. Sakit hati ini melihat dirimu bergandengan mesra seperti itu.” Batin Sindi. Sindi menatap Lina.

Lina tak bisa berkutik untuk menyangkal.

Terpopuler

Comments

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Makin Seru Kk
Sindi jgn percaya ama mereka ber2
Jijik banget ngelihat model kyk mereka
Time Travel Lia mampir

2022-10-10

0

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

David itu pacaran ama Lina
Kasihan Sindi cuma di bodohin ama mereka berdua

2022-10-10

0

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Ternyata Lina itu jahat sekali
Jijik mah lihat parasit model Lina

2022-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!