Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam, namun suasana didalam salah satu ruangan di sebuah rumah, penuh dengan perasaan cemas dan gelisah.
Seorang pria berumur 30an, duduk dalam diam bersama dua orang anak laki-laki yang masih kecil dengan ekspresi wajah yang sulit dijelaskan. Ada perasaan cemas yang tercetak jelas disana, namun tak bisa dipungkiri guratan kebahagiaan ikut terpancar dari wajah ketiganya.
Indera penglihatan mereka berfokus pada satu titik, pada wanita berwajah cantik dengan rambut panjang terurai yang sedang duduk manis didepan ketiganya.
Sambil membaca sebuah buku ditangannya, sesekali tak lupa wanita itu mengelus perutnya yang buncit dengan penuh kasih sayang.
Perempuan cantik berwajah Jepang itu bernama Natsume Ayane, yang kemudian berganti nama menjadi Natsume Bramanthyo sejak dirinya menikah. Natsume tersenyum penuh kebahagiaan, bagaimana tidak, penantiannya selama 9 bulan akan segera berakhir dan ia akan segera bertemu putri kecil yang sekarang berada dalam perutnya.
Natsume mengalihkan padangannya pada ketiga orang yang selama ini sudah menemani, dan menghiasi hidupnya dengan berbagai warna, hartanya yang paling berharga didunia, yaitu suami Dan kedua putra kecilnya.
"Kalian lucu deh, bunda sampai pengen ketawa. Kenapa sih liatin bunda sampai segitunya? kamu juga mas!" ucap natsume akhirnya bersuara juga pada ketiga manusia dihadapannya itu.
Sebenarnya Natsume enggan berbicara dan ingin lebih lama mendiami ketiganya, namun perasaan lucu yang ditahan sejak tadi dengan susah payah, akhirnya tak lagi dapat ditahan dan Natsume pun tertawa.
"Hahaha... hahaha.. udah dong Arya sama Arkana, jangan liatin bunda kayak gitu lagi, bunda nggak tahan. Kamu juga mas, wajahnya jangan gitu, coba dikasih rileks dikit"
Arkana bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah bundanya "bunda udah nggak ngerasa sakit lagi yah? dedeknya udah nggak nakal lagi? bunda jangan sakit yah, Arkana sedih kalau bunda sakit kayak tadi"
" Bunda udah nggak apa-apa kok sayang, bunda udah nggak ngerasa sakit lagi karna adik dalam perut bunda udah diem. Bunda ngerasa sakit tadi, karna adiknya udah mau lahir dan ketemu sama kita semua" Natsume mengusap puncak kepala Arkana perlahan, berusaha menenangkan anaknya yang mulai kembali menangis.
"Adik kenapa bikin bunda sakit? kan kasihan bunda. Kalau bunda sakit karna adiknya mau lahir, boleh nggak kalau bunda nggak jadi lahirin adik aja, biar bunda nggak sakit lagi?"
"Yah tidak bisa begitu! Kan adiknya juga mau lahir ke dunia buat ketemu sama bunda dan ayah, sama kamu dan juga kak Arya, masa tidak diperbolehkan! Wajar kalau bunda kesakitan, namanya juga mau melahirkan seorang anak, memangnya Arkana pernah liat orang melahirkan anak tidak kesakitan?" protes Arya yang mendengar pertanyaan polos dari sang adik.
" Kok kak Arya marah-marah sama Arkana sih? kan Arkana nanya kayak gitu karna kasihan sama bunda, emangnya kak Arya nggak kasihan liat bunda kesakitan?"
"Dimana-mana orang kalau melahirkan anak yah pasti sakit Arkana! Kamu pikir mau BAB makanya tidak sakit? nih dengar yah, kak Arya juga kasihan liat bunda kesakitan, tapi itu memang sudah resiko buat para ibu hamil pas mau melahirkan. kalau Arkana kasihan liat bunda kesakitan, yah berdoa saja biar sakitnya bunda dikurangi sama tuhan, dan semoga adiknya bisa lahir dengan selamat! Bukannya minta bunda jangan melahirkan adik, bagaimana sih kamu?!"
" Arya kok bicaranya kasar begitu ke adiknya sendiri? kan Arkana adiknya Arya, harusnya nggak boleh gitu" kali ini Pradana Bramantyo yang angkat bicara, sebagai kepala keluarga dan ayah dari kedua anak kecil didepannya yang sedang ribut.
" Habisnya Arkana bodoh yah, masa begitu saja tidak tahu! Kan tadi bunda mengalami kontraksi, jadi wajarlah kesakitan seperti itu" jawab Arya acuh tak acuh menanggapi perkataan ayahnya.
Kini, Natsume dan Pradana sukses dibikin tak bisa berkata-kata oleh Arya, dan hanya bisa saling pandang dengan tatapan heran. Bagaimana tidak, anak pertama mereka baru berumur 7 tahun, tapi sudah mengerti tentang perihal orang hamil.
Natsume dan Pradana sadar betul, bahwa arya agak berbeda dibandingkan adiknya dan anak-anak lain seusianya karna memiliki otak genius. Sebenarnya mereka sudah mulai menyadari hal itu saat Arya berumur 5 tahun dan sering dititipkan ke tempat penitipan anak.
Waktu itu, Natsume harus bekerja dan tidak bisa mengasuh dua orang anak sekaligus. Saat itu Aryalah yang lebih sering berada di tempat penitipan, sedangkan Arkana lebih sering dibawa ke kantor atau dititipkan pada ibu Pradana yang notabenenya adalah mertua Natsume, karna umur Arkana baru 3 tahun.
Sebenarnya bisa saja Natsume menitipkan kedua anak itu pada mertuanya, namun ia tak enak hati karna harus menyusahkan wanita itu. Cukuplah sesekali beliau mengasuh Arkana, meskipun sebenarnya mertuanya tak merasa keberatan untuk mengasuh kedua cucunya sekaligus.
Kembali kepada perihal Arya, disaat anak lain sibuk berebut permainan saat berada ditempat penitipan, Arya malah meminta sebuah buku dan pensil untuk menulis.
Tulisan Arya pun bukan sembarang coretan, namun benar-benar tulisan yang memiliki arti. Dalam buku itu, Arya menuliskan hal-hal yang tidak ia mengerti dari buku yang pernah dibacanya, dan saat ditanya oleh seorang pekerja disana apa yang sedang dilakukannya? Arya menjawab:
"Arya sedang menulis tentang hal yang tidak Arya mengerti, dari buku milik ayah yang Arya baca"
"Memangnya Arya sudah bisa membaca dan menulis? Siapa yang mengajarkan?" tanya pekerja lain penasaran.
" Kenapa harus diajarkan, kalau bisa belajar sendiri? bukankah manusia itu adalah ciptaan tuhan yang istimewa, karna bisa beradaptasi dan belajar mengenai sesuatu dengan sendirinya? dan untuk pertanyaan apakah arya bisa membaca dan menulis? jawabannya adalah iya!"
Kedua pekerja itu pun terkejut mendengar jawaban Arya, keduanya kemudian menyadari bahwa Arya adalah anak genius. Mereka menceritakan hal itu pada pemilik tempat penitipan, kemudian pemilik menceritakannya pada Natsume dan juga Pradana.
Sejak saat itu, semakin banyak hal mengejutkan yang Arya ucapkan dan juga lakukan. Namun sebagai orang tua, Natsume dan Pradana sebisa mungkin memperlakukan Arya seperti anak kecil pada umumnya.
Meskipun begitu, mereka tetap tak bisa menyembunyikan rasa heran serta kagumnya pada Arya. Seperti saat ini, bagaimana bisa anak mereka tau perihal ibu hamil.
" Arya dengarin bunda yah, Arkana nggak bodoh. Arkana memang belum tau dan mengerti soal hal itu, karna arkana masih kecil. Arya mengerti kan?" Natsume mencoba menjelaskan secara lembut pada Arya.
Arya cuman bisa mengangguk pelan, ia tak pernah bisa menjawab atapun membantah bundanya, meskipun ia bisa saja melakukan hal itu.
" Nah, sekarang Arya minta maaf sama adiknya, karna sudah bicara dengan nada kasar dan karna sudah ngatain Arkana bodoh"
Arya melihat bundanya dengan tatapan kesal, namun saat melihat senyuman bunda, Arya langsung luluh dan menjulurkan tangannya ke arah Arkana serta memasang senyum manis.
"Kakak minta maaf sama Arkana karna sudah bicara seperti tadi. Arkana mau kan memaafkan kakak?"
" Iyah, Arkana mau maafin kakak. Tapi janji yah kak Arya nggak akan begitu lagi?. Kalau Arkana nggak tau, tolong dikasih tau, jangan dikatain bodoh" jawab Arkana tersenyum dan menjabat uluran tangan kakaknya sebagai pertanda mereka sudah berbaikan.
" Iyah kakak janji sama Arkana"
Natsume dan Pradana tersenyum senang melihat kedua putranya kembali akur. Pradana memeluk kedua putranya dengan sayang sambil memberikan kecupan di kening istrinya.
Tiba-tiba matanya menangkap pergerakan diperut istrinya, "Si dedek barusan gerak kan sayang?" tanya Pradana antusias yang dijawab anggukan oleh Natsume.
Pradana pun menunduk sejajar dengan perut Natsume, kemudian menciumnya pelan sambil membisikkan kata-kata manis penuh cinta.
"Aduh...! Aduh mas, sakit! Kayaknya aku mau lahiran deh mas, sakit banget mas..! Aduh!" Natsume berteriak kesakitan yang langsung membuat panik Pradana dan kedua putranya.
" Oke sayang, kita ke rumah sakit sekarang yah, kamu tahan sebentar. Arya tolong telpon tante Safira, bilang kalau sebentar lagi kita akan menuju ke sana. Telpon kakek dan nenekmu juga, bilang kalau bunda sudah mau melahirkan"
" Iyah ayah" jawab Arya segera berlari ke arah telpon rumah dan mulai sibuk disana.
Sedangkan Arkana cuman berdiri diam dengan tubuh gemetar dan wajah khawatir melihat bundanya kesakitan.
Namun segera ia ingat ucapan Arya untuk berdoa agar rasa sakit bundanya dikurangi oleh tuhan, dan dengan sungguh-sungguh, Arkana meletakkan tangan didada kemudian menutup matanya dan mulai berdoa.
" Aduh mas...! Sakit...! Sakit banget mas! Hu...Hu...Hu... Sakit mas!"
" Sabar yah sayang, aku panggil Sarip dan bi Inah, yah" Pradana berlari untuk membangunkan supir dan juga asisten rumah tangganya.
Tak butuh waktu lama, Pradana telah kembali diikuti seorang perempuan paruh baya dan seorang pemuda.
"Bi Inah, tolong bawa semua barang-barang istri saya dan perlengkapan baby yang sudah disiapkan ke mobil. Kamu sarip, tolong siapkan mobil dan parkir di depan pintu rumah kita"
" Baik tuan" jawab wanita paruh baya dan pemuda itu kompak.
" Ayahhhhhhhhh...! Bunda ngompol ayah! Bunda kesakitan sampai ngompol!" teriak Arkana histeris saat melihat banyaknya air yang jatuh membasahi bagian bawah tubuh bundanya, serta lantai dibawah tempat bundanya berdiri.
Mendengar hal itu, Pradana segera menghampiri istrinya dan mencoba untuk menguatkannya.
" Ayah, Arya sudah menelpon semuanya. Kata tante Safira, udah stand by disana dan menunggu kedatangan kita. Kakek sama nenek juga akan langsung berangkat menuju ke rumah sakit"
" Bagus Arya. Sekarang Arya bawa Arkana ke mobil, kita harus cepat ke rumah sakit" Arya mengangguk dan meraih tangan adiknya menuju mobil, Arkana cuman bisa mengikuti dengan air mata penuh membasahi kedua pipinya.
" Tuan, semua barang-barang sudah bibi masukkan ke bagasi mobil, dan mobilnya juga Sudah siap"
" Sekarang bibi bantu saya menuntun istri saya ke mobil yah"
Mereka membantu Natsume dengan hati-hati menuju mobil. Di dalam mobil sudah ada Arya yang duduk di samping supir mereka dan Arkana di kursi penumpang.
Natsume masuk kedalam mobil diikuti Pradana, mereka duduk berdampingan dengan Arkana. Natsume kemudian meraih tangan anak keduanya itu yang gemetaran, mencoba tersenyum dan mengatakan bahwa dirinya akan baik-baik saja.
Perjalanan menuju ke rumah sakit terasa sangat lama bagi Natsume, namun wanita itu berusaha untuk tetap kuat. Sesekali Natsume merintih kesakitan yang teramat sangat sambil mencoba tetap fokus berdoa dalam hati, agar dirinya serta bayi dalam kandungannya baik-baik saja.
Sesampainya di depan pintu rumah sakit, Natsume perlahan kehilangan kesadarannya, namun ia masih sempat mendengar suara-suara yang meneriakkan namanya agar tetap sadar. Tapi sayangnya, Natsume benar-benar tak sanggup membuka matanya lagi.
*****
Pradana bangun karna sinar matahari yang mengenai wajahnya, ia tertidur dikursi samping ranjang istrinya berbaring. Ia membelai pelan wajah istrinya yang tertidur pulas karna kelelahan.
Kejadian beberapa jam lalu kembali terlitas, semuanya terjadi begitu cepat, dan Pradana nyaris berteriak histeris saat istrinya pingsan dalam keadaan hendak melahirkan.
Namun ia kembali mendapatkan kontrol dirinya berkat adiknya Safira, yang merupakan dokter kandungan dirumah sakit itu yang dengan cepat mengambil alih untuk membawa istrinya ke ruang bersalin bersama para rekannya.
Untung saja dalam perjalanan ke ruangan bersalin, istrinya kembali sadar dan bisa melewati proses bersalin dengan lancar.
Pradana menunduk dan mengucapkan syukur kepada tuhan dalam hatinya, namun tak lama ia kembali mengangkat wajahnya karna merasakan adanya pergerakan diujung ruangan.
Benar saja, Arya sudah bangun dari tidurnya. Kedua anak laki-lakinya itu memang memilih untuk tidur disofa yang ada diruangan bundanya semalam, setelah menolak mati-matian untuk pulang bersama kakek dan nenek mereka.
Arya tersenyum manis pada ayahnya, namun sedetik kemudian senyuman di wajahnya semakin melebar, hingga menunjukkan gigi-giginya yang imut dan ia tampak begitu bahagia.
Pradana mengikuti arah pandang Arya pada sesuatu yang ada dibelakang dirinya. Saat membalikkan badan, Pradana baru mengerti kenapa Arya berekspresi seperti itu, ternyata seorang perawat baru sajamemasuki ruangan dengan seorang bayi dalam gendongannya.
Perawat itu tersenyum pada Pradana dan juga Arya, serta Natsume yang entah sejak kapan sudah bangun. Pradana berbalik dan menatap wajah wanita yang amat sangat ia cintai itu, kebahagiaan terpancar diwajahnya dan kemudian berbalik lagi melihat putri kecilnya yang masih berada dalam dekapan perawat.
"Silakan pak, digendong bayinya. Bayi bapak dan ibu sangat cantik dan sangat sehat sekali" ucap perawat, dan dengan semangat memberikan bayi dalam dekapannya kepada Pradana, dan langsung disambut oleh pria itu.
" Terima kasih sus"
" Sama-sama pak, apakah bapak dan ibu sudah menyiapkan nama untuk putri kecil ini?" tanya perawat penasaran.
" Iyah, sudah suster. Namanya Nisa, Arnisa Putri Bramanthyo" jawab Pradana seketika menjadi antusias.
" Nama yang cantik sekali, semoga anak bapak dan ibu sehat selalu. Kalau begitu, saya pamit keluar"
"Iyah, terima kasih banyak sus"
Setelah suster keluar dari ruangan, Pradana menyerahkan putrinya kepada Natsume untuk digendong. Arkana yang baru saja bangun dan melihat bayi itu, langsung menghampiri bundanya diikuti Arya dibelakangnya.
Arkana langsung bercelonteh ria disamping adik barunya seolah sedang mengajak bayi mungil itu bicara, yang langsung mengundang tawa dari kedua orang tuanya. Sedangkan Arya, ia menyentuh jemari mungil adiknya dan meneteskan air mata bahagia.
" Arnisa Putri Bramanthyo, kakak janji akan selalu menjaga Nisa apapun yang terjadi. Kakak akan menjaga dan melindungi Nisa dari dunia luar yang berbahaya, bahkan dengan nyawa kakak sendiri" ucap Arya dalam hatinya, dan air mata semakin banyak turun membasahi kedua pipinya.
Arya jatuh cinta pada bayi mungil didepannya, cinta seorang kakak yang begitu besar telah ia jatuhkan pada adiknya, bahkan lebih besar dibanding cintanya pada bundanya sendiri.
Tanpa ia sadari, tatapan kedua orang tuanya terarah padanya, mereka tak pernah mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh anaknya yang satu itu.
Arya tidak pernah menangis setelah adanya Arkana dikeluarga mereka. Bahkan saat ia terjatuh ataupun sakit, serta apapun kondisinya, Arya tak pernah menangis sekalipun.
Namun melihat dirinya sekarang menangis hanya dengan melihat bayi mungil dihadapannya, Pradana dan Natsume mengerti bahwa cinta Arya sudah, dan mungkin hidupnya sekarang telah ia jatuhkan sepenuhnya untuk Nisa, putri kecil mereka.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments