Sejenak Vallerie melupakan ucapan omong kosong yang membuat suaminya terlihat kebingungan sekarang. Berusaha untuk beradaptasi di dunia berbeda ini dan memperlakukan suaminya seperti biasa saja.
Elliot bingung apa yang dikatakan Vallerie semakin terdengar tidak masuk akal. Rasanya sudah muak mendengarkan semua ucapan omong kosong yang disampaikan Vallerie mengenai ingatan.
“Aku sibuk di tanggal lain. Tentu saja tanggal itu yang terbaik bagiku!” Elliot membentak, mengibaskan kerah kemeja.
Vallerie tersenyum manis memeluk Elliot erat, meski Elliot berusaha melawannya. “Terima kasih sudah memilih tanggal bagus, Elliot. Awalnya kalau kamu memilih tanggal lain, mungkin aku yang akan menentukannya sendiri.”
Dengan sekuat tenaga, Elliot melepas pelukan. “Kamu puas sekarang?”
“Tidak. Justru aku ingin meminta sesuatu darimu lagi.” Vallerie bersikap angkuh berkedip mata.
Elliot memutar bola mata. “Kamu mau apa?”
“Aku ingin bekerja di perusahaanmu sebagai perancang busana eksekutif.”
Pertama kali mendengar orang lain meminta pekerjaan di perusahaannya membuat Elliot tersentak.
“Kamu bercanda?”
Vallerie melangkah anggun mengelilingi Elliot. “Aku baca artikel mengenai dibalik kesuksesan Clarity Star Company Limited. Ayahmu hanya pendiri perusahaan kecil, sedangkan kamu yang berhasil menyukseskan perusahaan ayahmu menjadi besar dan terkenal. Selain itu, kamu selalu dikenal sebagai direktur eksekutif utama terbaik dalam hal memecahkan masalah setiap ada badai besar menimpa perusahaanmu. Itulah sebabnya ayahmu tidak ragu memberikan wewenang sepenuhnya untukmu mengelola perusahaan. Clarity Star juga sedang membuka lowongan posisi perancang busana eksekutif, karena itu aku sangat tertarik bekerja di perusahaanmu.”
“Tapi, tetap saja tidak masuk akal kalau tujuanmu ingin bergabung denganku hanya karena artikel itu!”
Langkah kaki Vallerie terhenti, sejenak memancarkan senyuman percaya diri. “Sebenarnya tujuan utamanya untuk mempermudahkan aku melindungimu.”
Darahnya semakin mendidih melihat Vallerie semakin terkesan egois di matanya. Pada akhirnya, Elliot sungguh terjebak dalam lamaran aneh ini.
Entah kenapa rasanya Elliot tidak bisa membentak Vallerie terlalu kasar. Hatinya terus menolaknya. Mustahil hanya karena rayuan ini berhasil membuat hatinya luluh. Apakah karena sepotong ingatan tadi? Rasanya ingin menggila. Elliot tidak bisa berkata-kata selain menuruti perkataan Vallerie.
Embusan napas pasrah dikeluarkan dari mulut. “Baiklah, aku turuti keinginanmu. Sebelum itu, aku harus minta izin keluargaku. Mereka pasti juga gila mendengar permintaanmu apalagi kamu melamarku tiba-tiba.”
“Pakai nama Bridal Boutique saja. Itu nama butik ibuku.”
“Aku tidak peduli kamu adalah putri dari kenalan ayahku!”
Lagi-lagi Elliot merasa hatinya tidak nyaman setiap kali mengucapkan perkataan menohok pada sang tunangan. Alisnya sedikit menurun, ia duduk di tepi ranjang merenungkan ucapannya dari tadi mungkin membuat Vallerie sakit hati, meski ia masih sebal. Hatinya sangat campur aduk seolah-olah memperingatkannya jangan berbuat kasar pada Vallerie sejak pertemuan pertama mereka.
“Omong-omong, maaf dari tadi aku bicara kasar, apalagi saat di ballroom tadi.”
Vallerie tersenyum simpul. Akhirnya ada sedikit sikap lembut pada suaminya tidak berubah. “Tidak apa-apa. Wajar kamu kasar karena memang kita tidak saling mengenal. Tapi, setidaknya ada sikapmu memang tidak berubah sejak dulu.”
Elliot menghela napas lemas. “Habisnya … ada alasan tertentu aku bersikap seperti ini.”
“Alasan apa?”
Tatapan Elliot kembali tajam, meski sebenarnya ia tidak bermaksud ingin membentak. Karena sikapnya selalu dingin sulit dikendalikan. “Nanti ada saatnya aku terbuka padamu. Sebaiknya kamu pulang saja, bahaya kalau kamu pulang sendirian malam-malam begini.”
Senyuman bahagia terpampang pada wajahnya. Meski tidak diantar pulang, tapi Vallerie sangat bersyukur mendapatkan perhatian sederhana begini setelah berdebat sengit mengenai masalah lamaran. “Baiklah, aku akan pulang sekarang. Hati-hati di jalan, Elliot.”
Seketika Elliot sampai di kediamannya, ia langsung menceritakan semua kejadian konyol yang dialaminya pada keluarganya. Kedua orang tuanya sangat syok mendengarnya apalagi mereka selama ini mengatur perjodohan untuk Elliot.
“Kamu sungguh akan menikah?” Sang ayah meyakinkan putranya tidak akan berubah pikiran.
“Aku memang mencintai Vallerie. Maka dari itu, aku sudah batalkan perjodohan dengan Rachel. Dia wanita sangat memuakkan!” Sebenarnya Elliot terpaksa mengatakan kata cinta itu terang-terangan karena pernikahan ini hanya sandiwara.
“Baguslah kalau kamu akhirnya memutuskan menikah dengan wanita yang sangat kamu cintai. Kami tidak usah pusing memikirkan masa depanmu lagi.” Sang ayah melebarkan senyuman menepuk-nepuk punggung putranya.
“Sama satu hal lagi, Ayah. Vallerie ingin bekerja di perusahaan kita sebagai perancang busana eksekutif.”
“Tentu saja, ayah sangat mengizinkannya.”
Bola mata Elliot terbelalak. Baru pertama kali ayahnya tidak tegas dalam hal pemilihan pegawai padahal selama ini selalu selektif. “Ayah serius? Padahal ayah tidak mengenal dia.”
“Memang Vallerie sangat bisa diandalkan. Sejak dulu ayah memang ingin merekrutnya. Kamu saja yang tidak peka pada keinginan pacarmu sama sekali!” Sang ayah mengelus kepala putranya berkali-kali hingga terlihat berantakan rambut putranya.
Padahal dalam lubuk hatinya, Elliot masih tidak menginginkan pernikahan ini demi menghindari Rachel. Tapi, ia masih penasaran apa yang dimaksud ingatan disampaikan Vallerie dari tadi. Padahal selama ini ia tidak mengalami kecelakaan, kenapa bisa amnesia? Lalu, saat ciuman tadi, kenapa bisa ada sepotong kenangan manis dengan Vallerie bisa terlintas dalam pikirannya? Sungguh menjadi banyak misteri dalam kehidupannya sejak bertemu Vallerie.
Seminggu kemudian, hubungan Vallerie dan Elliot masih terkesan kaku karena Elliot belum terbiasa bersikap lembut terhadap wanita. Vallerie mendatangi gedung Clarity Star Company Limited untuk membaca surat kontrak kerja sebagai perancang busana eksekutif. Apalagi Elliot merupakan direktur eksekutif perancang busana, hati Vallerie semakin bermekaran bisa berinteraksi dengan Elliot lebih mudah.
“Kamu langsung tanda tangan saja? Tanpa baca isi kontraknya dulu?” Elliot bingung melihat Vallerie tidak membuka belasan lembar kertas kontrak sama sekali, padahal masih dalam draft.
“Aku memang memercayaimu. Untuk apa baca kontrak bersusah payah?” Vallerie menutup map dengan santai.
“Padahal ini hanya draft, setidaknya kamu harus baca dulu. Kalau isi kontraknya memberatkan gimana?”
Vallerie menggeleng. “Aku tahu kamu bukan tipe direktur kejam. Mustahil kamu membuat isi kontrak berat.”
Pipinya sedikit memerah mendengarkan sebuah kalimat pujian yang tidak pernah didengarkannya dari orang lain sepanjang hidup. Sejenak Elliot mengeluarkan sebuah cincin berlian dari saku jas mewahnya, kemudian memakaikan di jari manis Vallerie.
Mata Vallerie sedikit berkaca-kaca melihat cincin lamaran ini ukirannya sama seperti cincin lamaran yang dipakainya di kehidupan sebelumnya. Ia merasa ingatan calon suaminya sungguh mulai pulih.
“Semoga kamu suka cincinnya. Aku sengaja belikan untukmu karena aku tidak mau kita digosipkan hal buruk!” Elliot membuang muka sambil mengambil map berisi surat kontrak kerja Vallerie.
“Kenapa kamu memilih model cincin ini?” Vallerie bertanya tiba-tiba membuat gerakan tangan Elliot terhenti.
Elliot menggaruk malu sengaja mengalihkan pandangan membaca draft surat kontrak ditandatangani Vallerie. “Entah kenapa aku merasa cincin ini sangat cocok denganmu.”
Vallerie tersenyum girang terfokus mengamati cincinnya. “Aku sangat suka cincinnya.”
“Sebenarnya kebetulan saja aku tahu seleramu.” Elliot tersenyum malu menutup wajahnya dengan beberapa lembar kertas digenggamnya.
“Bukan kebetulan, tapi hatimu memang masih terikat denganku.” Vallerie mengelus cincin lamarannya.
Tatapan Vallerie menjadi iba terhadap suaminya. Memakai cincin lamaran teringat adegan menyakitkan dialaminya terakhir kali di kehidupan masa lalu, sehingga ada sebuah ide cemerlang muncul dalam pikirannya demi memastikan suaminya bisa berumur panjang.
“Bolehkah aku menanyakan kabarmu setiap hari?”
Deg..
Jantung Elliot berdebar-debar. Pertama kali mendengar seorang wanita menampakkan sisi perhatian membuat hatinya bahagia. Ingin menolak, tapi ia juga tidak tega dan rasanya ingin dipedulikan seseorang. Tanpa disadari senyuman menawan terbit di sudut bibirnya, tapi matanya tidak berani menatap mata Vallerie.
“Boleh. Tapi kamu jangan mengeluh bosan melakukan rutinitas itu setiap hari. Selain itu, aku selalu sibuk. Percuma kamu melakukannya tapi aku jarang meresponsmu.”
“Tujuanku untuk memastikan kamu masih hidup sehat. Meski kamu sibuk, kamu harus luangkan waktu membalas pesan singkatku. Kumohon, Elliot.”
Karena Elliot masih ada agenda rapat, terpaksa Vallerie mengakhiri pertemuannya kemudian memutuskan berjalan santai di pusat perbelanjaan sendirian. Awalnya ia ingin mengajak sahabat terbaiknya bernama Whitney, tapi juga sibuk urus pekerjaan sebagai reporter.
Seketika Vallerie memasuki kafe di dalam pusat perbelanjaan, tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang pria yang membuatnya syok. Pria itu sempat ia tolak di kehidupan sebelumnya dan kehidupan sekarang. Entah kenapa Tuhan mempertemukan mereka kembali. Membuat Vallerie sedikit tidak nyaman, meski mereka memutuskan hanya berteman.
“Vallerie, sudah lama tidak berjumpa.”
“Tidak kusangka kita bertemu di tempat seperti ini, Bertrand.” Vallerie membalasnya ramah, ia merasa deja vu karena di kehidupan sebelumnya, situasi ini pernah terjadi tapi tanggal dan lokasinya berbeda.
Bertrand menunduk. “Kabarmu baik-baik saja selama ini?”
“Aku baik-baik saja. Tidak kusangka kamu baru menjabat sebagai direktur penjualan di perusahaan milik ayahmu.”
“Kamu pasti baca artikel pengangkatan jabatanku.” Bertrand menggaruk lengan sedikit malu.
Sorot mata Bertrand terpaku pada cincin berlian yang terpasang di jari manis Vallerie, membuat hatinya sedikit teriris seperti terkena goresan pisau. “Kamu akan menikah?”
Vallerie tersipu malu sambil mengelus cincinnya. “Aku akan menikah dua bulan lagi.”
“Selamat, ya,” ucap Bertrand dengan nada paksa.
“Kamu tidak sedih, ‘kan? Dulu aku pernah menolakmu dan sekarang aku akan menikah dengan pria sangat kucintai.”
Bertrand berusaha menahan air mata ingin membasahi kelopak matanya. Dengan menampakkan senyuman paksa, ia tidak ingin wanita yang ia sukai mencemaskannya karena permasalahan bodoh di masa lalu. “Aku justru mendoakan kehidupan pernikahanmu akan bahagia seterusnya. Mustahil aku memaksamu mencintaiku.”
Dua bulan kemudian…
Tidak terasa waktu berjalan cepat. Hari ini adalah hari pernikahan Vallerie dan Elliot kedua kali di tanggal yang sama. Pesta pernikahan kali ini jauh lebih mewah dibandingkan kehidupan sebelumnya, dikarenakan di kehidupan sekarang mereka berasal dari keluarga kaya.
Pesta pernikahan diadakan di sebuah ballroom hotel bintang lima. Semua tamu undangan bersorak meriah menyambut pengantin wanita berjalan menuju altar pernikahan, didampingi sang ayah mendatangi sang pengantin pria telah menunggu sendirian.
Langkah kaki Vallerie dan ayahnya terhenti, kemudian kedua tangan Vallerie berpindah menggenggam tangan suaminya erat dengan tatapan bahagia.
“Elliot Sinclair dan Vallerie Emerald berjanji di hadapan Tuhan dan semua saksi pernikahan kami hari ini bahwa kami akan saling mencintai baik suka maupun duka, saling mendukung dan berjanji tetap saling menyayangi jika ada musibah menimpa kehidupan pernikahan kami.”
Seketika mengucapkan janji pernikahan di hadapan semua tamu undangan, entah kenapa Elliot terus menitikkan air mata haru, meski ia masih ragu menginginkan pernikahan ini.
Vallerie sebenarnya menyadarinya, dengan cara halus mengusap air mata suaminya dengan jempol kanan.
Setelah itu, memasuki sesi pemakaian cincin sepasang pengantin baru. Pertama, Elliot yang memakaikan cincin untuk Vallerie, kemudian dibalas Vallerie memakaikan cincin untuk Elliot.
Untuk mempermanis suasana pesta pernikahan, Elliot mendaratkan kecupan manis di puncak kepala istrinya selama beberapa detik. Entah kenapa semakin lama bibirnya semakin candu ingin merasakan manisnya kening sang istri membuatnya sangat nyaman.
Sebenarnya Elliot malu melakukan ciuman bibir dengan istrinya mendengar semua tamu undangan menyorakinya mencium bibir istrinya.
“Cium! Cium!”
Elliot menyerah juga. Pada akhirnya ia menautkan bibirnya dengan bibir merah istrinya sangat menggodanya dari tadi.
Sepasang bibir baru bersentuhan, tiba-tiba sepotong ingatan terlintas di pikirannya. Kali ini ingatannya memperlihatkan momen pernikahannya dengan Vallerie di kehidupan sebelumnya berlangsung meriah.
Air matanya semakin mengalir deras. Elliot langsung melepas pelukan dan memeluk tubuh Vallerie erat seolah-olah takut kehilangannya. Hatinya yang awalnya dingin sekarang menjadi hangat berkat ciuman manis itu berhasil menjinakkan hatinya.
Melihat tingkah suaminya berubah drastis, Vallerie sedikit curiga ingatan suaminya kembali lagi satu per satu. Namun, untuk sekarang ia tidak ingin mempertanyakannya dulu. Yang ia inginkan sekarang pernikahannya kali ini harus terkesan bermakna dibandingkan sebelumnya.
“Vallerie ….”
“Kamu kenapa?” Vallerie bertanya cemas.
“Entah kenapa aku merasa sedih sekarang. Saat mengucapkan janji pernikahan tadi, aku merasa pernah melakukannya bersamamu.”
Awalnya Vallerie mengira sebelumnya hanya sebuah kebetulan mengenai ciuman pertama dan pemilihan tanggal pernikahan. Mendengar keluhan suaminya seolah-olah seperti mengalami deja vu, Muncul teori konspirasi terbaru dalam benak Vallerie. Apakah ingatan suaminya sungguh masih terbawa dari masa lalu, meski sekarang hidup sebagai orang berbeda?
Memikirkan teori konspirasi belakangan saja, Vallerie hanya ingin pesta pernikahannya di dunia sekarang berjalan lancar, meski suaminya tidak sepenuhnya bahagia menikahinya.
Vallerie melepas pelukan sejenak, tangan kanannya merangkul lengan suaminya erat dengan senyuman bahagia. “Urusan itu belakangan saja. Yang terpenting kita tunjukkan pada semua orang bahwa kita sudah resmi menikah.”
Elliot tersenyum tipis. Berjalan perlahan bersama sang istri menginjak karpet merah, disambut ledakan confetti meriah menghiasi suasana pernikahan terkesan sangat manis di mata semua saksi pernikahan. Lengkungan bibirnya semakin mengambang, sorot matanya memandangi senyuman bahagia istrinya, menambah hatinya berbunga juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
pelan pelan ingatan Elliot kembali
2022-11-09
1
Herlina Lina
akhirnya menikah juga ya kalian
2022-11-03
1
Yanni Anthonio
sedih 😭
2022-10-28
1