Rio hanya cuek saja ketika mengetahui Dinda menelpon, baginya ini waktu khusus bersama Sisil, sudah lama mereka tidak bermesraan seperti ini.
"Mas siapa sih yang telpon?" tanya Sisil kesal.
"Biasalah..." jawab Rio enteng.
"Baru berapa jam di tinggal udah telpon terus, takut kehilangan banget sih.. aku aja yang berbulan-bulan di anggurin nyatanya sabar tuh, gak pernah bawel," ucap Sisil kesal.
"Namanya juga pengantin baru sudah gak perlu di ambil pusing.. ini kan waktuku bersamamu," rayu Rio dan akhirnya mereka melakukan penyatuan dengan penuh gairah.
Di satu sisi Dinda terus memikirkan kemana suaminya pergi hingga ia tega berbohong, Dinda jadi takut jika suaminya memiliki wanita lain, membayangkannya saja ia gak kuat.
"Dimana kamu mas..." gumam Dinda berlinang air mata.
***
Hingga tengah malam suaminya tak kunjung pulang dan Dinda semakin khawatir lalu Dinda kembali menelpon suaminya dan kali ini panggilannya berhasil di angkat.
"Halo mas kamu dimana aja?" tanya Dinda cemas.
"Maaf sayang aku lagi di kantor karena ada beberapa dokumen penting yang harus di selesaikan," alibi Rio sambil membelai rambut Sisil.
"Biasanya kamu bawa ke rumah mas?" tanya Dinda menahan sesak di dada karena suaminya berbohong.
"Nanggung sayang.. udah dulu ya biar cepat selesainya, jangan tunggu aku pulang, gak baik orang hamil begadang, kasihan anak kita," perintah Rio tak mau memperpanjang obrolan.
"Semoga kamu tidak berbohong mas," jawab Dinda mengejutkan Rio.
"APA MAKSUDMU MENGATAKAN ITU?" pekik Rio tak terima.
"Aku hanya mengutarakan isi hatiku saja mas, kalau kamu tidak mau di ganggu yasudah, aku matikan telponnya yang penting kamu di sana baik-baik saja," ucap Dinda lalu mematikan panggilan.
"SIALAN!!! KENAPA DIA TAU AKU BERBOHONG," umpat Rio kesal.
"Kenapa sih mas malah jadi marah-marah gitu," ucap Sisil heran.
"Dinda tau kalau aku bohong, apa dia tadi ke kantor ya? coba aku tanyakan sekretaris ku dulu," jawab Rio lalu menghubungi sekretarisnya dan apa yang di pikirkan benar, Dinda datang ke kantor ketika jam makan siang.
Rio langsung emosi karena semuanya kacau, padahal selama ini istrinya tidak pernah datang ke kantornya, apa yang mendasari dia datang ke sana.
"Mas tenang dong.. kenapa jadi gini sih, katanya hari ini waktumu khusus untukku, kenapa jadi terbagi sama istrimu itu, mana ucapan mu tadi pagi?" tanya Sisil kesal.
"Ini semua di luar kendali Sil, Dinda tadi datang ke kantor dan otomatis dia tau dong kalau aku berbohong, aku bingung mau ngasih alasan apa," ucap Rio kebingungan.
"Udah ketahuan bohong yasudah lanjutin aja mas, kita menginap.. masalah alasan pikirkan besok, ayo dong mas tepati janjimu," rengek Siail menggoda Rio.
"Apa nanti alasanku padanya?" tanya Rio.
"Itu mudah sayang yang terpenting kita saling memuaskan dulu, apa kamu gak merindukan aku?" goda Sisil dan Rio pun akhirnya luluh, mereka kembali melakukan penyatuan dengan penuh gairah dan sangat panas.
Sisil merasa puas karena untuk dua hari ini Rio hanya miliknya, andai dia tidak kehilangan rahim, sudah pasti Sisil sekarang jadi nyonya Rio Suganda.. nyonya besar dan satu-satunya karena Rio anak tunggal.
Setelah selesai dengan penyatuan yang sangat hebat dan bergairah, kini mereka terkulai lemas di ranjang dan saling berpelukan tanpa sehelai benang pun.
"Momen seperti ini yang gue inginkan mas, tapi sayang gue harus bersabar karena gue harus relain mas Rio sama si Dinda itu, pokoknya gue gak bisa membiarkan mereka lama bersama, pokoknya mas Rio harus menjadi milikku," batin Sisil tersenyum licik.
lalu siang harinya Rio memutuskan pulang karena ia tidak mau Dinda menaruh curiga padanya.
##
Malam hari Rio baru sampai di rumahnya dan Dinda tidak menyambutnya dengan hangat, entah dimana Dinda sekarang.. Rio mencari ke setiap sudut rumah namun tidak ada istrinya, lalu akhirnya Rio menghubungi Dinda.
"Halo mas?" ucap Dinda.
"Halo kamu dimana sayang? mas udah pulang dan mencari mu," tanya Rio khawatir.
"Aku lagi keluar sebentar membeli martabak mas, tunggu ya sebentar lagi pulang kok," jawab Dinda dengan tenang.
"Kenapa kamu gak memberitahu jika ngidam martabak? kan bisa aku bawakan sekalian perjalanan pulang," ucap Rio geram.
"Aku pikir mas Rio gak pulang lagi makanya lebih baik beli sendiri," sindir Dinda lalu mematikan telepon.
"Dindaaa kenapa sekarang kamu sedikit galak sih, ah lebih baik aku mandi dulu," gumam Rio lalu bergegas mandi.
Ketika Rio sudah mandi kini Dinda menunggunya di meja makan.
"Hai sayang.. i miss you," rayu Rio memeluk Dinda dari belakang.
"Makan dulu mas mumpung masih hangat, maaf aku gak masak karena aku gak tau kalau kamu pulang, takut makanannya mubzair jadinya aku seharian jajan," ucap Dinda ketus dan tidak menatap wajah Rio.
"Hai sayang apa kamu marah?" tanya Rio lembut.
"Tidak, makan dulu aku lapar mas," bantah Dinda lalu segera mengambil makanan.
"Gue harus alasan apa ya? aduh gue lupa lagi nanya ke Sisil," batin Rio gusar.
"Kenapa gusar begitu mas? kalau belum siap membicarakan alibi mu lebih baik segera makan dan istirahat, aku tidak menuntut penjelasan," sindir Dinda dan Rio hanya tertunduk malu.
"Lagi-lagi dia menyindir gue terus, ahh pusing gue jadinya.." batin Rio kesal dan melanjutkan makan dalam diam.
Setelah selesai makan kini mereka berada di kamar, Rio sudah siap menjelaskan pada Dinda.
"Sayang maafkan aku kalau kemarin aku gak bilang padamu, aku ada urusan mendadak yang harus segera di handle, memang kemarin tiba-tiba aku izin cuti sama sekretaris ku, ini semua karena urgent sayang," ucap Rio memasang wajah sedih.
"Sepenting apa mas sampai kamu membohongiku? dan darimana kamu tau kalau aku datang ke kantor lalu menanyakan pada sekretaris mu?" tanya Dinda semakin membuat Rio pusing.
"Penting sekali sayang, ada proyek di kantor cabang yang bermasalah dan mau gak mau aku harus turun sendiri, kalau gak percaya bisa aku telpon kan kepala cabang sana," ucap Rio lalu menelpon kan anak buahnya.
"Untuk apa mas? biar aku percaya? kalau memang kamu beneran ada proyek di kantor cabang mu seharusnya ya sekretaris mu itu tau dong mas, mana ada sekretaris sampai luput dari masalah pekerjaan, masalah proyek kan masalah pekerjaan dan berlaku di jam kerja jadi ya masalah seperti ini harusnya dia tau lah," sindir Dinda tersenyum kecut.
"Aku sudah menjelaskan padanya, apa dia tidak memberitahu?" tanya Rio.
"Tidak," jawab Dinda singkat.
"Berarti dia ingin merusak rumah tangga bosnya sendiri, udah jelas-jelas aku mengatakan kalau cuti karena ada masalah proyek malah dia tidak mengatakan apapun, besok aku pecat dia," ucap Rio geram.
"Sudahlah mas mau kamu punya seribu sekretaris pun kalau dia memang tidak kamu sampaikan sesuatu ya mereka akan berkata demikian, jangan mengkambing hitamkan dia.. kerja dia bagus kok, aku aja suka sama kinerjanya, udah lah mas aku kan udah bilang kalau kamu belum bisa memberikan alibi ya gak papa, aku tidak menuntut penjelasan," ucap Dinda menahan emosi lalu pura-pura tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments