Rio melamar Dinda
"Dinda maukah kamu menjadi pendamping hidupku? Jujur saja semakin lama aku mengenalmu, semakin besar dan yakin pula hatiku memilihmu menjadi pendamping hidup, terimalah cintaku Din.. Aku serius denganmu," ucap Rio dengan lembut.
"Tapi kita baru kenal beberapa bulan, apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu itu? Menikah bukan permainan Rio," ucap Dinda ragu.
"Percayalah hatiku sudah mantap untukmu, tak perlu waktu yang lama untuk memantapkan hati ini," rayu Rio dengan lembut.
"Tapi ini terlalu cepat," ucap Dinda ragu.
"Kamu meragukan keseriusan ku? apa selama ini pembuktian yang aku berikan itu kurang?" tanya Rio.
"Bukan begitu tapi aku terkejut karena kamu tiba-tiba melamar ku," ucap Dinda.
"Ini lamaran belum resmi, makanya aku mau melamar mu secara empat mata dulu nanti kalau sudah diterima baru aku datang ke rumahmu beserta kedua orang tuaku," ucap Rio sangat meyakinkan.
"Baiklah aku terima pinanganmu, tapi sebelum itu mintalah restu dari orang tuaku dulu," jawab Dinda akhirnya luluh.
"Pasti Dinda.. Besok aku akan membawa kedua orang tuaku menemui keluargamu, jadi persiapkan semuanya dengan baik, terima kasih Dinda.. Aku senang mendengarnya," ucap Rio bernafas lega lalu memeluk Dinda erat.
"Iya setelah ini akan aku beritahu orang tuaku, semoga ini awal yang baik untuk kita," harap Dinda.
"Iya.. semoga setelah ini kita di lancarkan segala urusannya," ucap Rio.
"Akhirnya gue sudah temuin rahim untuk Sisil.. Tunggulah sayang sebentar lagi kita akan menjadi keluarga yang sempurna," batin Rio lalu mereka pulang ke rumah masing-masing.
***
Besok harinya Rio datang ke rumah Dinda dengan membawa kedua orang tuanya beserta Sisil, ia memperkenalkan Sisil sebagai sepupunya.
"Ini rumahnya mas?" tanya Sisil heran.
"Iya, yasudah yuk turun," jawab Rio lalu mereka turun dari mobil mewah.
"Sil ingat ya kamu disini di perkenalkan Rio sebagai sepupu, jadi bersikaplah bak saudara, jangan membuat mereka curiga," ucap Mayang memperingatkan.
"Sebenarnya papah tidak setuju mengajak Sisil ke acara lamaran anak kita, papah takut dia merusak acara," sindir Suganda melirik Sisil.
"Sudah pah yang penting mamah sudah memperingatkan, masuk yuk.. pasti mereka sudah menunggu," ajak Mayang lalu mereka masuk bersamaan.
"Selamat sore Pak dan ibu.. selamat datang di rumah sederhana kami, mari masuk," sapa Sri dengan ramah lalu bersalaman.
"Sore Bu.. perkenalkan saya Mayang dan ini suami saya Suganda, kami orang tua dari Rio dan yang ini adalah sepupu kami namanya Sisil, kebetulan dia menginap disini jadi kami ajak sekalian," ucap Mayang mengenalkan.
"Oh iya bu, perkenalkan saya Sri.. saya orang tuanya Dinda, senang bertemu dengan kalian semua," jawab Sri sangat bahagia.
"Kami juga senang bisa bersilaturahmi dengan anda," jawab Suganda ramah dan mereka duduk.
"Mas mana calon mu?" bisik Sisil tak sabar.
"Mungkin masih di dalam, sabar dulu," jawab Rio pelan.
"Ehem.. maksud dan tujuan kami datang kemari adalah kami ingin meminang anak anda yang bernama Dinda untuk menjadi pendamping hidup anak saya Rio, apakah anda berkenan menerima lamaran kami?" ucap Suganda dengan tenang.
"Saya merasa bahagia ketika diberitahu oleh anak saya jika dia di lamar oleh laki-laki yang dia suka, saya sebagai orang tua merasa bahagia karena anak saya mendapatkan pasangan yang sama-sama saling memiliki rasa, untuk jawaban lamaran anda akan saya serahkan semuanya kepada Dinda, dialah yang nantinya akan menjalani," ucap Sri lalu memanggil Dinda.
"Kelamaan banget sih banyak basa-basinya," ciri Sisil tak suka.
"Sil bisakah kamu itu bersikap layaknya saudara?" gertak Mayang geram.
"Sudahlah sabar dulu, kalau bukan permintaan mamah kamu mana mau aku mencari wanita pengganti supaya bisa memiliki keturunan," jawab Rio kesal karena Sisil terus berceloteh.
"Mas.." bisik Dinda geram dan mengepalkan kedua tangan.
Tak lama kemudian Dinda keluar dan menemui calon suami dan keluarganya. Semua yang melihat Dinda merasa takjub akan kecantikan alami yang dimiliki Dinda.
Mayang dan Suganda menjadi tak tega harus mengorbankan Dinda sebagai rahim pengganti Sisil, mereka langsung tau jika Dinda adalah perempuan yang baik-baik.
"Selamat sore om, tante, mas Rio, dan maaf ini siapa mas?" sapa Dinda ramah.
"Oh perkenalkan ini Sisil, dia sepupu ku," jawab Rio berbohong dan Dinda menyapa Sisil dengan ramah namun sayang Sisil sudah di landa cemburu buta jadinya ia memasang wajah masam.
"Ada apa dengan sepupu mas Rio? apa dia tidak menyukaiku?" batin Dinda heran.
"Astaga.. Sisil ini benar-benar ya, sudah di bilangin untuk bersikap layaknya saudara, awas aja," batin Mayang menatap Sisil kesal.
"Selamat sore Dinda, saya Suganda, orang tuanya Rio.. pastinya kamu sudah tau tujuan kami datang kemari kan? bagaimana? sudah ada keputusannya?" tanya Suganda tak sabar.
"Sore om.. iya Dinda sudah tau maksud dan tujuan kalian kemari, kemarin mas Rio sudah mengatakannya.. dan untuk jawaban, hmm.. Dinda menerima lamaran mas Rio om, Dinda bersedia menjadi istri mas Rio," jawab Dinda mantap.
"Syukurlah.. kami lega dan bahagia mendengarnya," ucap Suganda senang dan Mayang tersenyum bahagia.
"Terima kasih Dinda sudah mau menjadi pendampingku," ucap Rio senang.
"Iya mas.. semua ini berkat kegigihan mu meyakinkanku," ucap Dinda tersipu malu.
"Sialan!! apa-apaan sih ini!! kenapa semuanya jadi terbawa suasana, gak ini gak boleh di biarkan!!! jangan sampai Dinda mengambil alih perhatian dan hati mereka, gak.. gak boleh terjadi," batin Sisil kesal.
"Berhubung lamaran sudah di terima, silahkan di nikmati dulu suguhan yang ada di meja, maafkan jika menunya hanya sederhana," ucap Sri lalu mengajak besannya makan bersama.
Di sana semuanya sangat bahagia karena sebentar lagi akan menjadi besan, Rio dan Dinda pun terlihat mesra duduk bersebelahan di meja makan sambil saling menyuapi.
Lama kelamaan Sisil tidak kuat melihat adegan mesra sang kekasih hingga secara refleks Sisil memukul pisau dan garpu secara keras di meja makan, semua orang yang sedang bercengkrama merasa terkejut akibat ulah Sisil, semua orang sekarang tertuju pada Sisil dengan tatapan heran.
"Ada apa mbak? anda tidak suka dengan hidangan yang kami sajikan?" tanya Dinda mencoba berpikir positif.
"Kamu ini kenapa Sil?" bisik Mayang geram.
"Gak.. masakannya enak, sudah lanjut makan semuanya, tadi saya sedang memikirkan sesuatu yang tidak menyenangkan," jawab Sisil ketus dan kembali makan.
Lalu mereka memilih cuek akan ulah Sisil, di satu sisi Dinda merasa heran dengan ulah sepupu Rio. Apa salahnya sampai dia tidak suka padanya,
"Mas aku mau berbicara sesuatu, bisakah kita ke belakang sebentar?" tanya Dinda serius.
"Bicara apa?" tanya Rio penasaran.
"Yuk ikut aku," ajak Dinda lalu mereka menuju belakang rumah.
"Ada apa Dinda?" tanya Rio penasaran.
"Apa benar Sisil itu sepupumu mas?" tanya Dinda to the point dan Rio langsung kaget.
"Ya jelas Sisil itu sepupu aku, memangnya ada apa?" tanya Rio penasaran.
"Sepertinya dia memiliki rasa padamu mas, makanya dia tidak menyukaiku," ucap Dinda sedih.
"Kamu ngomong apa sih, ya enggak lah.. dia memang begitu orangnya kalau ketemu orang asing, jangan negatif thingking ya," bujuk Rio dan Dinda lebih memilih mengalah.
"Iya mas maaf, itu hanya perasaanku saja," jawab Dinda mengalah.
"Semoga perasaanku ini salah mas kalau sepupumu itu memiliki rasa padamu, dari awal saja dia sudah memasang wajah tidak bersahabat apalagi nanti kita menikah mas," batin Dinda menaruh curiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments