Sudah 6 bulan Dinda dan Rio merasakan bahligai rumah tangga, selama itu pula Rio bersikap manis, lembut dan meratukan Dinda. Perempuan mana yang tidak tersentuh hatinya di perlakukan seperti itu pada sang suami.
Seperti pagi hari ini Dinda bangun kesiangan karena kurang enak badan, ia buru-buru bangun dan ingin menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat kerja.
"Mas.. Maaf aku bangun kesiangan," ucap Dinda merasa bersalah.
"Iya sayang tidak masalah, kamu kurang enak badan kan? istirahat gih jangan terlalu capek," ucap Rio mencoba mengerti.
"Tapi mas belum sarapan.. sebentar aku buatkan dulu ya, belum terlambat kan mas?" ucap Dinda lalu cekatan berkutat di dapur.
"Sayang jangan di paksa, aku bisa makan di luar.. sana istirahat, aku gak mau loh kamu tambah sakit terus nanti di omelin mamah, aku berangkat kerja dulu ya," pamit Rio mencium kening Dinda.
"Tanggung mas, tunggulah sebentar," bujuk Dinda.
"Stop.. Jangan membangkang perintah suami," perintah Rio tegas lalu Dinda memilih patuh. Ia melepas apron masaknya dan mengantar suaminya sampai ke depan.
"Jangan banyak gerak dan istirahatlah dengan cukup, nanti setelah pulang kerja dan badanmu tak kunjung enakan, kita periksa.. aku usahakan pulang cepat, aku kerja dulu ya," pamit Rio lalu menerima tas kerjanya yang dibawa oleh istrinya.
"Hati-hati mas.." ucap Dinda lalu Rio hanya tersenyum sekilas dan bergegas masuk ke mobil.
Yang Dinda tau suaminya hari ini bekerja dan sarapan diluar, padahal Rio sedang perjalanan menuju rumah Sisil untuk berjalan-jalan ke area puncak.
"Hahaha emang dasarnya punya istri baperan, dibaikin dikit langsung luluh.. Memang gak salah gue pilih Dinda jadi pengganti rahimnya Sisil," guman Rio tersenyum licik.
Rio sudah tiba di kediaman Sisil dan disambut pelukan hangat oleh kekasih tercintanya.
"Mas Rio.. I miss you so much," ucap Sisil manja dan memeluk Rio erat.
"I miss you too sayang," jawab Rio membalas pelukan Sisil.
"Masuk yuk.. Udah sarapan belum?" tanya Sisil memastikan dan Rio menggelengkan kepala.
"Tugas istrimu itu apa mas? siapin sarapan aja gak becus, kasihan dong kamu kelaparan, sarapan bareng yuk kebetulan aku masak udang asam manis, makanan favoritmu mas," ucap Sisil lalu mengajak Rio ke ruang makan.
Di sana ada mamah Ira yang kebetulan akan sarapan sehingga kini mereka bertiga sarapan bersama.
"Rio.. tumben kamu pagi-pagi gini udah datang," ucap Ira heran.
"Kita mau ke puncak mah jadi memang sengaja berangkat pagi, kebetulan mas Rio belum sarapan jadi ya aku ajak makan sekalian, kasihan kan mah harusnya pagi hari itu suaminya di urus dengan baik bukannya malah di biarkan makan di luar," ucap Sisil penuh perhatian.
"Wah kalian mau ke puncak gak ajak mamah nih?? nanti kamu mau alasan apa ke istrimu?" tanya Ira pemasaran.
"Hmm itu nanti bisa di pikirkan lagi mah yang terpenting hari ini waktuku khusus untuk Sisil," ucap Rio menatap Sisil dengan senyum.
"Kamu memang yang terbaik mas," puji Sisil tersipu malu.
"Apapun untukmu sayang karena kamu sudah berkorban demi keselamatan mamahku," ucap Rio mengusap pelan tangan Sisil.
"Makasih mas.. Aku bersyukur setidaknya kamu masih ada disini dan menerimaku apa adanya," ucap Sisil bahagia lalu mereka sarapan dengan tenang.
Setelah selesai sarapan kini mereka memutuskan segera berangkat ke puncak, di sana ia akan menikmati waktu hanya berdua tanpa di ganggu siapapun termasuk Dinda-istri sah Rio.
Tiba-tiba Dinda berinisiatif ingin mengantarkan makan siang untuk suaminya sebagai menebus kesalahannya karena lalai menyiapkan sarapan.
"Hmm bentar lagi jam makan siang, lebih baik aku masakin mas Rio biar dia senang, mas Rio selama ini selalu baik padaku," gumam Dinda lalu berkutat di dapur.
Setelah selesai memasak dan berdandan kini Dinda siap melajukan mobil menuju kantor suaminya.
***
Di kantor Rio.
"Maaf mencari siapa?" tanya sekretaris Rio dengan sopan.
"Ini ruangan mas Rio kan?" tanya Dinda memastikan.
"Benar bu.. ada yang ingin di sampaikan? Atau anda sudah membuat janji?" tanya sekretaris memastikan.
"Belum.. tapi saya ini istrinya mas Rio, bisakah saya bertemu dengannya? suami saya ada di dalam kan?" tanya Dinda.
"I.. istri? sejak kapan pak Rio menikah? lalu tempo hari non Sisil masih disini? ah gimana ini jadi pusing sendiri," batin sekretaris.
"Halo mbak? suami saya ada di dalam kan?" tanya Dinda sedikit kesal.
"Maaf Bu hari ini bapak tidak ada di kantor, tadi bapak berpesan jika hari ini ambil cuti untuk beberapa hari," ucap sekretaris sungkan.
"Gak mungkin.. suami saya tadi berpamitan berangkat kerja kok," ucap Dinda tak percaya.
"Beneran bu.. tadi pagi bapak berpesan seperti itu," ucap sekretaris jujur.
"Saya mau cek sendiri di dalam," ucap Dinda lalu masuk ke ruangan Rio dan benar apa kata sekretarisnya bahwa suaminya tidak ada di sana.
"Lalu kamu kemana mas? kenapa kamu berbohong kepadaku? dimana kamu sekarang?" gumam Dinda berlinang air mata karena telah di bohongi suaminya.
"Maaf Bu bukannya saya berbohong atau apa, tadi memang bapak berpesan begitu, makanya itu saya kaget ketika ibu datang kemari dan menanyakan bapak, sekali lagi saya meminta maaf," ucap sekretaris tak enak hati.
"Tidak apa kamu sudah menjalankan tugasmu dengan baik, kalau boleh tau apakah suami saya menanyakan dimana dia pergi dan dengan siapa?" tanya Dinda penuh harap.
"Maaf Bu bapak tidak bilang apapun, bapak hanya mengatakan jika mengambil cuti, hanya itu saja," ucap sekretaris dengan sopan.
"Yasudah kalau begitu ini makanan untukmu saja soalnya saya membawanya kebanyakan daripada dibawa ke rumah nanti mubazir," ucap Dinda lalu menyerahkan kotak makan.
"Wahh terima kasih banyak bu memang kebetulan saya mau makan siang eh udah ibu bawakan, terima kasih bu.. pasti masakannya enak" puji sekretaris.
"Ahh tidak perlu berlebihan seperti itu, tolong kalau ada kabar tentang suami saya segera kabari ya mbak, kalau begitu saya permisi," ucap Dinda mencatatkan nomornya di secarcik kertas.
"Baik bu.. sekali lagi terima kasih banyak," jawab sekretaris membungkuk hormat.
"Punya bu bos sebaik itu bisa membuat semua karyawan betah, malang sekali nasibnya memiliki suami yang masih sering main di belakang, aku yakin pak Rio pasti masih memiliki hubungan dengan non Sisil, secara dia sudah lama menjalin kasih tiba-tiba menikahnya dengan bu Dinda," batin Sekretaris sambil melihat kepergian istri bosnya.
Setibanya di rumah Dinda menelpon suaminya, 3 kali dering tidak kunjung diangkat membuat Dinda semakin cemas memikirkan dimana keberadaan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments