beberapa hari berlalu.....
Andin tetap pada aktivitas nya, benaknya tak pernah berhenti memikirkan seseorang yang tidak memberikan kabar atau mengirim pesan singkat seperti hal yang selalu ia lakukan dulu, kenapa semua terjadi saat rasa sayang itu teramat besar.
"kamu mau enggak jadi pacar aku?"
ujar Adnan, malam malam datang ke rumah hanya untuk meminta nya menjadi pacar nya.
"kamu lagi enggak ngantuk kan?"
tanya Andin terkekeh menyembunyikan wajahnya yang merona.
"kamu datang lagi aja besok, ini udah malam...!"
sambung Andin yang tak berani menatap wajah tampan Adnan.
"aku enggak bisa tidur kalau kayak gitu din, aku butuh jawaban kamu sekarang, aku suka sama kamu....!"
Andin tertegun menatap wajah Adnan penuh harap.
"aku harus jawab apa?"
tanya Andin senyum.
"ya... jawab ya, biar aku tidur dengan nyenyak...!"
Andin tak menjawab ia hanya mengangguk sambil tersenyum, Adnan langsung berjingkrak senang membuat Andin terkekeh, semenjak itu hubungan kedua nya dekat, pergi bersama, makan bersama, menghabiskan waktu akhir pekan bersama hingga cinta itu menyemai dengan sendirinya.
"gantung nya hubungan cinta dengan mu membuat ku sakit, hingga Mungkin ku tak sanggup lagi dan meninggalkan dirimu......wuooo....!"
Siva bernyanyi di hadapan Andin yang tengah melamun.
"jangan dipikirin din, enak dia dong.. belum tentu mikirin kamu!"
ujar Siva merangkul pundak Adnin yang hanya tersenyum menanggapi nya.
"enggak mikirin dia kok....!"
"ya sekarang, cuma tadi doang...."
Siva terkekeh mencoba menghibur Sahabat nya itu, Candra menghampiri kedua nya lalu memberikan keduanya minuman dingin.
"ya jangan galau terus dong beb, aku jadi ikut galau nih...!"
ujar Candra mengusap kepala Andin yang berbalut kerudung segitiga.
"berantakan kan jadi nya, kebiasaan banget sih kak Candra. nyebelin banget....!"
Candra terkekeh melihat Andin yang langsung manyun, Candra tidak suka melihat Andin yang bersedih karena pria itu.
"jangan manyun nanti aku cium....!"
ujar Candra di tanggapi pukulan pelan oleh Andin di pundak nya.
"ih, apa sih? ada ada aja!"
Andin terkekeh kecil bersama Siva yang juga ikut terkekeh.
seperti itulah keadaan butik jika tengah sepi, para karyawan memiliki kesempatan untuk bersenda gurau, Ruli sendiri tak pernah mempermasalahkan soal itu yang terpenting para karyawan nya tahu Sikon.
mendengar kata cium membuat Andin mengingat Adnan yang pernah mencium nya mesra, hal yang tak pernah bisa Andin lupakan.
hingga tiba waktunya pulang, Andin bersiap memakai switer Hoodie miliknya yang berwarna merah muda.
"ayo Din, kita jalan jalan dulu....!"
ucap Siva mengajak Andin untuk pergi berbelanja dulu di mall.
Andin menghentikan langkahnya saat melihat Adnan sudah menunggu di depan butik.
"ada Adnan tuh, aku belanja sendiri aja Din!"
Andin mengangguk lalu menghampiri Adnan yang senyum pada nya.
"udah lama nunggu?"
tanya Andin sedikit berjarak.
"ada setengah jam, aku beli makanan untuk kita. ayo naik...!"
titah Andan pada Andin yang mematung.
"ayo sayang....!"
Andin menurut lalu naik ke atas motor, untuk kali ini Adnan melajukan motornya dengan pelan, tangan nya meraih tangan Andin untuk di genggam karena Andin sedikit memberi jarak.
tak lama kedua nya sampai di jembatan hitam yang menjadi tempat favorit keduanya menghabiskan waktu senja.
jembatan itu tak seramai jembatan biasanya, hanya beberapa yang lewat.
tak jauh dari tempat itu ada sebuah pohon besar keduanya biasa duduk di bawah rindang dedaunan tersebut.
"kamu masih marah sama aku?"
tanya Adnan Masih menggenggam tangan Andin, keduanya masih berada di atas motor.
"maafin Aa ya Din...!"
Adnan menoleh ke arah belakang, dimana Andin masih membisu.
"aku kira kamu udah lupa sama aku, soalnya beberapa waktu ini kamu enggak ada kabar!"
ucap Andin menoleh ke arah lain, rasanya tak kuat menatap wajah Adnan.
"aku sibuk, aku butuh waktu untuk menenangkan diri....!"
"sebenarnya kamu kenapa sih? kamu tuh enggak seperti Adnan yang aku kenal, kamu berubah A .."
Tutur Andin menunduk kan wajah nya.
"ya, Aa salah. maaf ya kemarin kerajaan banyak banget.... jadi kebawa pusing!"
"oh jadi aku jadi objek pelampiasan kamu gitu?"
Andin menghela nafas panjang.
"enggak seperti itu, maaf kan Aa ya Din.
Aa janji enggak akan seperti itu lagi...."
Adnan mengajak Andin untuk duduk di bawah.
"makan aku beli chicken untuk kita....!"
Adnan mengambil bungkusan yang tergantung di motor nya.
"weekend ini kamu kerja enggak?"tanya Adnan sambil menyuap makanan.
"hm kayak nya aku lembur deh kenapa?"
tanya Andin yang mulai mereda dan kembali bersikap baik pada Adnan.
"enggak.....Aa tadi nya mau ajak main, tapi kalau kamu kerja lain kali aja!"
bohong banget kan padahal weekend ini akan ada Gita, Adnan takut ketahuan oleh Andin.
"jadi gimana selanjutnya nan?"
tanya diki malam itu.
"gue mau jalanin dua duanya, gue enggak bisa kehilangan Andin karena Gita..."
"gimana kalau sampai Andin tahu Lo itu sebenarnya Udah punya pacar..."
tanya Diki.
"ya gimana nanti aja, yang pasti untuk saat ini gue jalanin aja dulu...gita juga enggak tahu!"
"HM main api Lo....!"
jawab Diki tertawa.
Adnan memperhatikan Andin yang tengah mengunyah makanan nya, berharap ia bisa merahasiakan hal itu sampai waktu yang tepat untuk Adnan memberi tahu Andin semua nya.
Andin tersenyum saat adnan mengusap pucuk kepalanya, dalam hati merasa bersalah tapi ia juga belum siap untuk kehilangan Gadis itu.
setelah selesai makan, Adnan mengajak Andin berdiri di jembatan menatap jingga yang merona, tak ada yang bicara keduanya sibuk dengan pemikiran masing masing, Adnan mendekat lalu menyandarkan tubuh Adnin pada nya, Andin memejamkan mata nya saat Adnan mencium kepala nya, rasa sayang itu nyata adanya.
hingga Adnan menyesali apa yang sudah terjadi, namun waktu tak bisa berputar kembali ia pun tak sampai hati meninggalkan Gita yang begitu mencintai nya.
"kita pulang yuk....."
Andin mengangguk lalu keduanya berjalan menghampiri motor.
"yang ke rumah sebentar ya, aku mau ambil mangga untuk kamu dari paman ku, untuk ibu!"
"oke....!"
jawab Andin singkat.
tak lama mereka sampai di rumah Adnan, Andin turun mengikuti langkah Adnan masuk ke dalam rumah.
"duduk Dulu sebentar....!"
Adnan masuk ke dalam mengambil mangga yang sengaja ia ambil langsung dari pohonnya untuk Andin.
Adnan menatap ponselnya yang bergetar terlihat Gita menelpon nya, gegas Adnan mengambil headset agar suara gita hanya terdengar oleh nya saja, untuk menghindari curiga Adnan juga duduk di Samping Andin dan membiarkan Gita berbicara.
Andin senyum saat Adnan mengelus pipi nya sambil menerima telpon entah dari siapa karena suaranya tak terdengar.
"ya....ya.....!"
hanya itu yang Adnan ucap sebagai jawaban lalu mengakhiri percakapan keduanya.
"siapa...?"
tanya Andin.
"ibu dari kampung....!"
lagi lagi Adnan harus berbohong untuk menutupi gita Dari Andin, dan Andin dari gita.
bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments