"Iya, Bas. Kita tunangan, mewujudkan impian kita waktu kecil." Jawab Tyas.
Mama mencubit paha Sebastian, lalu membisikkan sesuatu di telinga putranya.
"Perusahaan kita sedang di ujung tanduk, jangan membuat keputusan yang bisa membahayakan perusahaan kita." Ancam Mama.
Sebastian menatap orang di sekitarnya secara bergantian, dia menghela nafas dengan perlahan kemudian duduk dengan tegap.
"Beri aku waktu," ucapnya.
"Waktu apa lagi, Bas? Kalian sudah saling kenal sejak kecil, bahkan kalian sekolah hingga kuliah selalu bersama, di tempat yang sama." Kata papa.
"Betul kata papamu, Bas. Lagi pula pernikahan ini bukan hanya untuk menyatukan kalian berdua, tapi juga perusahaan kita. Dengan kalian menikah, maka perusahaan kita akan semakin besar. Kita akan jadi penguasa," tutur Tante Diaz.
Akhirnya Sebastian pun mengalah, mengikuti keinginan orang tuanya.
Hari pertunangan sudah ditentukan, akan dilaksanakan dua minggu setelah hari ini.
"Semua sudah jelas kan? Aku pulang dulu. Besok banyak pekerjaan yang menungguku," pamit Sebastian lalu beranjak dari duduknya.
Sebastian mengemudikan mobilnya menuju apartemen milik Hana. Dia merasa bersalah karena sudah mengkhianati istrinya.
"Aku pulang!" seru Sebastian saat memasuki apartemennya.
Tidak ada aktivitas di sana, bahkan suara Hana menyambutnya pun tidak terdengar.
Sebastian masuk ke kamarnya, dia tersenyum saat melihat Hana sudah tertidur dengan nyenyak di kasurnya. Seperti biasa, dia memakai pakaian seksinya.
"Aku merindukanmu," ucap Sebastian sambil merebahkan tubuh di samping Hana.
Hana membuka mata saat merasakan pergerakan di dekatnya, "Kamu kemari?" tanyanya.
"Jadi, ke mana aku harus pulang kalau bukan padamu?" Sebastian balik bertanya.
"Aku kira kamu tidak akan pernah datang lagi ke sini," ujar Hana.
Sebastian mengerutkan keningnya, "Aku tidak punya alasan untuk itu," ucapnya.
"Seluruh jagad maya juga tahu apa yang tadi kalian bicarakan," kata Hana lalu mengambil posisi untuk membali melanjutkan tidurnya.
Sebastian membuka ponselnya lalu mencari berita tranding malam ini. Dia membulatkan matanya saat melihat video yang tersebar dengan jutaan penonton yang sudah melihat video itu.
"Aku bisa jelaskan ini semua," kata Sebastian.
"Besok saja, sekarang tidurlah." Kata Hana.
Keesokan harinya,
Hana lebih dulu berangkat ke kantor, Sebastian masih tertidur setelah pertempuran panasnya pagi ini.
Hana pergi ke kantor naik taksi langganannya.
Tanda merah di lehernya sudah memudar, jadi dia bisa mengerjakan aktivitasnya tanpa takut menjadi perhatian publik.
"Hana! Akhirnya kamu masuk kantor lagi. Kamu sakit apa sih? Pasti kamu kecapekan kan?" Ratna memeluk tubuh Hana dengan erat.
Hana dan Ratna pun saling bertukar cerita, seolah mereka tidak bertemu dalam kurun waktu yang lama. Dari Ratna jugalah Hana tahu jika Geri sudah dipecat.
Sedang serius bekerja tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan Tyas dan beberapa staf penting kantor. Sepertinya mereka sedang survei keadaan di kantor tersebut. Ada Sebastian juga di antara mereka.
"Sayang, aku sudah lihat semuanya, aku suka. Ini sangat cocok untukku," ujar Tyas pada Sebastian.
"Sepertinya kamu tidak perlu turun tangan, biar semua jadi urusanku." Kata Sebastian.
Hana tetap fokus pada pekerjaannya, dia tidak mempedulikan kehadiran Sebastian, Tyas, atau pun yang lainnya.
Dadanya terasa sesak saat melihat Tyas bergelayut manja di lengan suaminya. Ruangan yang tadinya terasa sejuk berubah jadi gerah dan panas. Padahal sirkulasi udara di ruangan itu cukup baik, namun entah kenapa Hana merasakan sesak seperti kekurangan oksigen.
"Kerja yang baik, kita harus maju." Kata Tyas dengan ramah pada Hana, Ratna, dan Dodi.
"Baik, Bu." Sahut Hana dan kedua temannya secara bersamaan.
Tyas memandang wajah Hana dengan lekat, "Apa kamu sedang tidak sehat? Kenapa wajahmu memerah dan berkeringat?" tanya Tyas penuh dengan perhatian.
"Saya baik-baik saja, Bu." Jawab Hana.
"Kalau kamu sakit, kamu istirahat saja di rumah. Setelah sembuh kamu boleh masuk kerja lagi. Saya tidak mau ada karyawan yang tersiksa di sini, saya ingin semua karyawan sejahtera. Kalau sakit istirahat, jangan dipaksakan bekerja." Tutur Tyas tetap dengan nada bicara ramahnya.
Tyas beserta rombongannya pergi dari sana, mereka harus berkeliling ke tempat yang lain.
"Han, kamu bohong ya, katanya sudah sembuh." Cecar Ratna.
"Tidak apa-apa, aku hanya merasa sedikit pusing." Kata Hana, dia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Jam istirahat telah tiba, Hana, Ratna, dan Dodi pergi ke kantin secara bersamaan. Saat ke luar dari lift, mereka berpapasan dengan Sebastian.
Hana dan kedua temannya membungkuk, lalu berjalan menjauh dari Sebastian.
"Hei, kamu yang pakai kemeja salem, selesai jam istirahat, tolong temui saya di ruangan saya." Titah Sebastian pada Hana.
Hana menghentikan langkahnya lalu melihat ke sekeliling, ternyata hanya dia di sana yang memakai baju berwarna salem.
"Saya, pak?" tanya Hana untuk memastikan.
"Hemmm," jawab Sebastian lalu masuk ke dalam lift.
Ratna dan Dodi melihat ke arah Hana yang sedari tadi bersikap sedikit aneh menurut mereka.
"Han? Kamu beneran nggak apa-apa? Kamu kelihatan seperti orang yang sedang gelisah," kara Ratna.
"Kamu masih sakit ya? Kalo iya, biar aku antar kamu pulang." Tawar Dodi.
"Aku nggak apa-apa kok, aku baik-baik saja." Jawab Hana.
Mereka masuk ke kantin lalu duduk di meja yang masih kosong. Di tanggal muda seperti ini kantin terlihat sepi, karyawan lainnya lebih memilih restoran yang ada di luar kantor. Hanya ada beberapa karyawan yang makan di kantin itu.
"Siapa di antara kalian yang bernama Hana?" tiba-tiba ada suara dari arah pintu kantin yang menyebutkan namanya.
Semua yang ada di kantin menoleh ke arah sumber suara,
Seorang pria tampan berusia muda, bertubuh gagah memakai kaca mata. Mata elangnya menatap satu persatu karyawan yang sedang menikmati makan siangnya.
"Saya, pak." Jawab Hana sambil berdiri.
"Baik. Selesai jam istirahat, kamu datang ke ruang kerja saya!" titah pria itu.
Hana menoleh ke arah Ratna, seolah bertanya di mana ruang kerja pria itu.
"Saya yang menggantikan pak Geri," tutur Pria itu seakan mengerti kebingungan yang sedang melanda Hana.
"Baik, pak." Kata Hana dengan posisi tubuh sedikit membungkuk.
Hana duduk kembali lalu meneruskan ritual makannya yang tertunda. Setelah makanannya habis, dia menitipkan uang pada Ratna untuk membayar makanan miliknya.
Hana berjalan dengan terburu-buru menuju ruang kerja pria yang menggantikan pak Geri. Karena setelah itu dia harus menemui Sebastian di ruang kerjanya.
"Siang, Pak!" Hana mengetuk pintu sebelum masuk ke ruang atasannya.
"Masuklah!" titah pria itu.
Hana berjalan perlahan lalu berdiri tegak di hadapan pria yang sedang berkutat dengan laptopnya.
"Duduklah!" titah pria itu lagi sambil menutup laptopnya.
Hana patuh, dia duduk di kursi lalu diam.
"Nama saya Reynaldi, kamu bisa panggil saya dengan sebutan Didi. Mulai hari ini saya akan menggantikan pak Geri dan semoga seperti sebelumnya, kamu bisa membantu saya seperti kamu membantu pak Geri." Tutur Didi.
"Baik, pak." Kata Hana.
"Jangan panggil pak, saya masih bujang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍁Henny❣️
Sebastian bakalan cemburu total nich klu Hana dekat Reynaldi biar pun cm tim kerja.
panas dingin deh Sebastian
lanjut thor
2022-10-08
1
Lina Darmiati
seperti nya Hana akan berpaling dari Sebastian ni,selamat datang Reynaldi😘😘😘😘next thor💪💪💪💪💪💪
2022-10-08
2