"Oh, tubuhku lelah sekali." Keluh Hana sambil menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Masih berbalut pakaian kerja dan sepatu. Dia menelungkupkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal.
Hana berbalik dan kini dalam posisi telentang, menatap langit-langit kamarnya, "Apa ujung dari kisah ini? Bahagia atau sebaliknya?" monolog Hana.
Hana turun dari kasur lalu memutuskan untuk membersihkan tubuhnya, setelah selesai mandi dia langsung berpakaian serba minim. Itu lebih terasa nyaman dan leluasa baginya, membuat tidurnya lebih nyenyak.
Hana menarik selimut lalu menutupkan ke separuh tubuhnya dan mulai tertidur.
"Emph ..." lenguh Hana saat merasakan ada yang bergerak di atas tubuhnya.
Hana membuka mata dan melihat siapa yang sudah mengganggu tidurnya.
"Sayang? Kapan kau datang?" tanya Hana seraya menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Sebastian.
"Kamu tahu aku tidak ada di sini saat kau datang, kenapa berpakaian seksi seperti ini? Hem?" Sebastian balik bertanya lalu merebahkan tubuhnya di samping Hana.
"Aku sudah terbiasa seperti ini, ini membuatku nyaman." Jawab Hana.
Sebastian mengeratkan pelukannya di tubuh gadis yang sudah sah menjadi istrinya, "Hanya di depanku saja, jangan di luar atau di hadapan laki-laki lain." Pungkasnya dan Hana pun mengangguk.
Sebastian mendekatkan wajahnya pada wajah Hana, sepertinya dia akan memulai ritual malam pengantinnya.
Hana memejamkan mata saat wajah suaminya semakin dekat. Hingga sebuah sesapan dia rasakan di bibirnya. Sesapan lembut serta sentuhan-sentuhan dari suaminya yang membuat dia menginginkan lebih.
Sebastian semakin gencar melakukan aksinya, ditambah lagi saat mendengar suara seksi yang mulai ke luar dari mulut Hana.
"Aku mencintaimu, bidadariku." Bisik Sebastian di telinga Hana.
"Ahh," Hana merasakan perih bercampur nikmat saat Sebastian melakukan penyatuan.
Seluruh cinta tercurah malam ini, alam seolah mendukung mereka berdua. Langit yang tadi cerah berubah mendung dan mulai menumpahkan airnya dengan deras.
"Besok kamu tidak usah masuk kerja," kata Sebastian setelah pertempurannya selesai.
"Bagaimana dengan pak Geri? Dia pasti akan marah." Kata Hana.
Sebastian menyeringai, "Kalau kamu mau semua orang di kantor melihat tanda cinta di lehermu, silakan saja datang ke kantor besok." Ujarnya.
Hana tidak mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya. Dia bergegas turun dari kasur dan berniat untuk bercermin.
"Awh!" pekik Hana saat merasakan perih dan ngilu di bagian intinya.
Mendengar pekikan Hana, Sebastian langsung turun dari kasur. "Sakit banget ya?" tanyanya.
"Iya," jawab Hana sambil berjalan tertatih-tatih menuju cermin.
Matanya membulat, mulutnya terbuka lebar saat melihat banyak tanda merah di sekeliling lehernya. Bukan hanya di leher, bahkan tanda merah itu menyebar hingga ke dada dan hampir ke seluruh tubuh bagian depannya.
"Apa kamu keturunan drakula?" tanya Hana.
"Ya, dan kamu adalah mangsa yang menggiurkan." Jawab Sebastian yang langsung mendekap istrinya dari belakang.
"Sudah cukup! Nanti kamu kelelahan, lagi pula ini sudah lewat tengah malam bahkan sudah hampir subuh. Nanti kamu telat pergi ke kantor." Cicit Hana.
Sebastian tidak menggubris ocehan istrinya, dia mengangkat tubuh ramping Hana dan membawanya ke kasur. Mengingat Hana masih merasakan perih di bagian intinya, maka Sebastian pun melakukannya dengan sangat hati-hati.
Selesai dengan pertempuran keduanya barulah mereka tertidur. Hingga sinar matahari menerobos masuk dari celah-celah tirai, barulah mereka terbangun karena silau.
"Mas, kamu nggak ke kantor? Ini sudah pukul sembilan," kata Hana.
"Aku di sini saja, bersamamu." Kata Sebastian dengan manja.
"Jangan begitu, nanti orang-orang menaruh curiga pada kita. Apa lagi kita tidak masuk dalam waktu bersamaan." Ujar Hana.
"Baiklah tuan putri, hamba akan pergi ke kantor sekarang juga. Cari uang yang banyak biar tuan putri bisa shoping." Kelakar Sebastian.
"Nggak sekarang juga kali, mandi dulu ih, biar nggak bau iler." Balas Hana.
Sebastian yang sudah turun dari kasur mencondongkan tubuhnya ke arah Hana, "Biar saja bau iler, biar mereka tau bagaimana harumnya iler cinta." Ujarnya.
Sebastian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubihnya. Sepertinya hari ini adalah hari baik, siulan nyaring terus terdengar dari arahnya.
Selesai mandi Sebastian ke luar dan hanya memakai handuk yang melilit dari pinggang hingga ke lutut. Butiran air yang jatuh dari rambut basahnya semakin membuatnya terlihat seksi, tampan, dan mempesona.
"Ternyata benar kata teman-teman di kantor, suami orang lebih menggoda." Seloroh Hana sambil menyerahkan baju pada Sebastian.
"Benarkah? Apa tingkat ketampananku semakin meningkat setelah menikah?" tanya Sebastian.
"Begitulah," jawab Hana seraya memasangkan dasi di kerah kemeja yang dipakai oleh suaminya. Meskipun hanya istri rahasia, dia tetap ingin menjadi istri yang terbaik, memberi pelayanan yang terbaik pada suaminya.
"Aku pergi dulu!" Pamit Sebastian.
"Hati-hati di jalan dan di mana pun kamu berada," pesan Hana.
Sebastian menarik pinggang ramping Hana hingga menempel ke tubuhnya. "Ingat, kamu istriku, bukan pelayan atau pun pembantuku. Aku tidak mau kamu kelelahan hanya karena mempersiapkan ini itu untukku. Cukup diam dan nikmati hari-harimu," kata Sebastian.
"Baiklah kalau begitu, Rajaku. Pergilah! Ratumu ini akan diam dan menikmati hari-harinya," kata Hana.
Cup ... Sebastian mengecup bibir Hana sekilas, kemudian mencium kening gadis yang sudah merelakan mahkota berharga untuk dirinya.
Setelah Sebastian pergi, Hana langsung membersihkan tubuhnya. Karena tidak tahu harus melakukan apa, selesai mandi Hana hanya tiduran di kasurnya sambil memainkan ponsel.
Di kantornya,
Sebastian sedang berdebat dengan sang mama.
"Ke mana saja kamu tadi malam? Kenapa tidak pulang? Kamu tahu kan kalo Tyas ada di rumah?" cecar Mama.
"Aku sudah besar, Ma. Aku rasa aku sudah cukup dewasa untuk menentukan apa yang berhak aku lakukan. Please, Ma! Jangan mengaturku berlebihan seperti ini! Aku sudah menuruti semua kemauan mama, aku mengikuti semua apa yang mama katakan, aku patuhi semua yang mama inginkan. Tapi, untuk pasangan hidup, biarkan aku memilih gadis sesuai keinginanku." Tutur Sebastian.
"Siapa yang meracuni otakmu, IBAS? Bisa-bisanya kamu berbicara seperti itu pada mama." Mama menekankan nama IBAS, nama panggilan Sebastian.
"Tidak ada yang meracuni otakku, Ma. Aku hanya ingin hidup selayaknya manusia normal. Jika ada kewajiban pasti ada hak. Aku sudah memenuhi kewajibanku pada mama, maka dari itu tolong hargai keputusan yang menjadi hakku." Tegas Sebastian.
Mama berdiri dari duduknya, "Mama akan cari tahu, siapa yang sudah lancang meracuni otakmu." Mama ke luar dari ruang kerja Sebastian dengan wajah kesal.
"Argh!!!" Sebastian meraup kasar wajahnya.
"Apa mama pikir aku anak kecil yang terus diatur dan dikekang? Apa mama pikir aku tidak lelah mengikuti semua keinginan mama?" monolog Sebastian.
Pintu ruangan terbuka, seorang gadis masuk ke dalam dan menghampiri Sebastian.
"Bas!" sebutnya.
"Ke luar!!" Usir Sebastian tanpa melihat siapa gadis yang baru saja masuk dan menyebut namanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Al-rayan Sandi Syahreza
mah terlalu mengekang Ibas juga nggak baik ,dia jadi pemberontak di belakang mu
2023-10-04
0
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-07-29
0
Mulifah Ifa
Anisa lee hadir hadir ✋🏻
2022-10-07
2