Kronologi Kejadian

Ellena tampak sangat mengerti dan paham akan situasi yang Mama nya sampaikan. Walau sang Mama hanya menyampaikan dalam satu kalimat saja.

Tangan Ellena menjadi gemetar dan berkeringat dingin dari telapak sampai ke ujung jari.

Matanya menjadi berkaca-kaca dan jantungnya memompa darah begitu cepat keseluruh tubuh.

Sampai Ellena tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk ia menarik nafas dan menghembuskannya.

Walau begitu yang ia rasakan ketika mendengar satu kalimat dari sang Mama, Ellena berusaha tegar dan menjawab pernyataan Mama nya dengan perlahan.

“Coba cerita Ma. Papa… Kenapa lagi Dia?” kata Ellena bertanya perlahan. Menutupi getaran dalam suaranya.

“Papa mu bawa senapang ngejar Mama, dia mau nembak Mama!” kata suara Mama Ellena bergetar.

“Ya Tuhan… Kenapa lagi Papa itu, Ma?” Ellena yang sudah tidak bisa membendung air matanya pun berjatuhan di pipinya. Ia juga menjatuhkan tubuhnya ke lantai dengan posisi duduk dan hanphone yang masih ia letakkan di telingannya.

Dadanya seakan bergemuruh, kebencian yang ada di dalam lumbuk hatinya meronta-ronta minta untuk keluar.

“Mama juga gak tahu Len, kenapa Papa begitu terus… Mama juga capek rasanya… Kasian sama Adek, dia sampai nangis ketakutan Mama bawa lari kemana-mana dari subuh tadi” jelas Mama.

“Memang Anji**! Bangsa*! Ba**! Orang tua kayak begitu!” Ellena yang begitu emosinya melayangkan kata-kata kasar dari mulutnya.

Bagi Ellena dan Mama Ellena, kata-kata kasar itu bagai sudah mendarah daging di telinga dan pikiran mereka.

Karena sedari Ellena kecil dan mulai mengerti arti-arti kata, ia sudah sangat sering mendengar kata-kata itu keluar dari mulut sang Papa.

Dan bahkan Mama nya pun setelah menikah dalam jangka waktu beberapa bulan saja, ia juga sudah sering mendengarkan kata-kata kasar keluar dari mulut sang suami.

Karena terlalu biasa mendengar, Ellena yang terkena imbas dari kelakuan kasar mau dari perkataan atau pun perbuatan Papa nya.

Sikap, perkataan dan perbuatan itu juga secara tidak langsung Ellena pelajari dan Ellena tumbuh dengan lingkungan yang seakan menuntunnya untuk seperti itu juga.

“Mama, perlu kah aku pulang? Memang mau ku bunuh Papa tu nanti, Ma. Lihat aja!" ungkap Ellena emosi.

"Aku gak suka dengan sikap Papa kayak gini Ma, aku sudah muak!” kata Ellena tegas kepada sang Mama.

“Dari dulu aku bilang Mama, pisah saja sama laki-laki begitu. Kalau gak masukkan ke penjara”

“Gak semudah itu Ellen, untuk mengambil keputusan yang begitu besar. Mama harus bertahan untuk kamu dan adek” jelas Mama Ellena.

“Mama gak usah mikirin aku. Aku jauh dari Mama selama ini gak tenang tiap saat, tiap hari mikirin Mama dan adek serumah sama siluman seperti itu” jawab kasar Ellena.

“Mama tahu maksud kamu. Kalau Tuhan masih mengizinkan Mama hidup, Mama akan baik-baik saja. Kamu yang sabar dan tenang ya…”

“Mama selalu begini. Selalu minta aku untuk sabar, selalu meminta aku untuk tenang. Mau sampai kapan aku harus sabar dan tenang? Sampai ada korban jiwa kah? Atau kalau sudah ada korban aku juga harus sabar lagi? Harus tenang juga?” jawab Ellena dengan penuh amarah.

Mama Ellena hanya diam tidak menjawab apa-apa, saat mendengar anaknya berkata hal yang benar.

“Ini sudah tidak bisa di biarkan Ma… Orang itu sudah bawa senapang ke sana sini, kejar istri kejar anak itu sudah kejahatan Ma. Di laporkan ke polisi langsung di tangkap orang gila itu” kata Ellena lagi.

“Iya Len… Mama tahu maksud kamu… Mama minta kamu sabar ya… Mama bisa menyelesaikan masalah ini” kata Mama Ellena lagi.

“Ya Tuhan, Ma… Aku udah gak ngerti lagi apa yang ad di pikiran dan hati Mama. Masih saja Mama pertahankan suami psikopat begitu”

“Mama memikirkan kamu dan adek” hanya kalimat itu yang terucap dari seberang sana.

“Ya sudah, kalau Mama mikirin aku dan adek. Biar aku pulang nanti pesan trevel. Biar aku yang urus semua nya” kata Ellena.

Ellena sudah berniat dengan tekat akan pulang ke daerahnya, langsung melaporkan ke kantor polisi di kota terdekat.

Ellena adalah anak tertua di antara saudaranya. Dengan umurnya yang sekarang, ia sudah merasa bahwa dirinya memiliki tanggung jawab besar sebagai anak paling tua. Walau pun balik lagi, ia terlahir sebagai seorang wanita.

Wanita merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang karena perasaannya halus. Namun mungkin tidak sepenuhnya ada dalam diri Ellena, yang terlahir sebagai seorang wanita tetapi di besarkan dalam lingkungan yang begitu keras seperti itu.

“Tidak usah Len… Mama hanya khawatir, jika kamu menghubungi Mama tapi tidak bisa. Makanya minta Om Riki telpon kamu. Hanphone Mama di bawa pergi sama Papa” jawab Mama Ellena.

“Papa pergi pakai apa tadi? Kemana dia? Jam berapa dia pergi?” tanya Ellena menyiratkan ke khawatiran akan keselamatan Mama dan Adik nya.

"Papa pergi bawa kapal otok Len. Awalnya jam 6 dia udah keluar dari rumah. Mama kira dia sudah pergi dari kampung. Jadi Mama sama Adek langsung balik ke rumah. Gak tahu nya dia balik lagi.

Dan tadi Mama sama Adek itu bukan sembunyi di rumah Nenek Lewi awalnya. Tapi di rumah Om Elon (Om Elon adalah tetangga Ellena yang rumah nya tepat berada di sebelah kanan rumah Ellena).

Mamak dengar motornya langsung lari bawa Adek lewat pintu belakang dan sembunyi di rumah Kakek Enso (Rumah tetangga sebelah kiri rumah Ellena di kampung)

Terus tidak lama Papa di rumah dia pergi lagi. Pulang lah lagi Mama sama Adek ke rumah. Tiga puluh menit kemudian setelah Mama sama Adek udah di rumah, Mama lagi di toilet mendengar suara motornya lagi dari kejauhan.

Langsung mama keluar dari toilet gendong Adek dan pergi lagi untuk ke tiga kalinya dari pintu belakang dan langsung ke rumah Nenek Lewi ini sampai sekarang, rasanya belum berani pulang lagi takut dia datang lagi tiba-tiba.

Jadi di rumah Nenek Lewi ini sudah rumah ke tiga tempat kami sembunyi Len" jelas Mama akan kronologi kejadian yang sudah mereka alami.

“Separah ini kejadiannya, Mama masih minta aku untuk sabar? Kemana otak Mama? Ada waktunya kita sabar, Ma. Ada saatnya sabar itu tidak di perlukan lagi. Ini benar-benar sudah kelewatan. Aku harap Mama bisa berfikir secara rasional. Mama bukan wanita yang bodoh” kata Ellena lagi dengan keras kepada Mama nya.

Ellena bisa membayangkan betapa takut dan sedihnya perasaan Adek dan terutama sang Mama saat kejadian.

Bersambung…

Terpopuler

Comments

✰͜͡w⃠IDA💯♡⃝ 𝕬𝖋🦄

✰͜͡w⃠IDA💯♡⃝ 𝕬𝖋🦄

Aduh suami model psikopat begitu ngapain juga sih di pertahankan kalau hanya untuk anak-anak gak masuk akal yang ada anak bakal nurunin sikap psikopat bapaknya.

2022-12-02

4

🥀⃟ʙʀ 🎀 🅐🅨🅐 🎀

🥀⃟ʙʀ 🎀 🅐🅨🅐 🎀

ya Allah..ku nyeseeeeeeeeeeg bgt bacanya..rasanya pengen masuk dlm novel untuk ngabisin papanya..LG sakit" dr td gk bs bangun..baca ini langsung keduduk..ada ya manusia gila begitu .

2022-12-02

3

Melisaa

Melisaa

kyk nya ayah nya itu udh ga otak lgi itu kok bisa² nya mau nembakin istrinya sendiri 😠

2022-12-02

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!