04

Hurip menyayat tangan gadis di depannya sampai terluka cukup dalam, reaksinya hanya merintih pelan dan lukanya sembuh dengan sendirinya. Mereka di tempat sadar, bila darah Alianty ikut kembali, jikalau dia banyak mengeluarkan darah penggantinya akan tetap hadir seakan-akan dirinya abadi.

Ketua tim mereka menghela napas. Ia berkeputusan merekrut kedua orang ini, meskipun begitu banyak penyihir berkualitas, Sahir memiliki nilai lebih tinggi karena memiliki kemampuan lebih tinggi. Walaupun separuh dari mereka kebanyakan bangsawan kaya.

"Orang-tuanya memanjakan mereka hingga mereka tidak memiliki kemampuan dan sulit berkembang, benar bukan?" Jawab Azka menanggapi pertanyaan Hurip mengenai latarbelakang keluarga mereka.

"Biarpun perbedaannya hanya kekuatan, kapasitas energi, serta tak usah repot-repot merapalkan mantra ketika mengeluarkan sihir. Itu ialah terpenting bagi Sahir itu sendiri," ucap Hurip menatap mereka.

"Ketua. Ada goblin di depan," ujar Alianty menunjuk ke dekat sungai.

Hurip mengambil busur dari punggung dan menarik anak panah, seusai terlepas senjata itu mengenai seekor mahkluk kerdil hijau. Tubuhnya seperti anak-anak manusia, tapi berwarna hijau, memiliki telinga agak runcing dan mempunyai kelincahan cepat.

Goblin mulai waspada, mereka mengambil kapak beserta pisau tumpul, walau tampak seluruh goblin tak berakal mereka ada yang berakal. Kali ini yang menghadang mereka, disebut goblin jahat, mereka taklebih dari seekor monster licik pemakan manusia.

"Azka, apa yang akan kau lakukan jikalau bertemu hal semacam ini?" Tanya Hurip.

"Gue bakalan terjang langsung, ini bukan gua atau sarang mereka.." jawabnya.

Mereka keluar dari persembunyian, begitu Alianty membunuh goblin dengan tangan saja, Hurip bersicepat tahu bahwa dia tidak mampu melawan musuh yang jelas-jelas dari teman. Dikarenakan ia menahan diri untuk melukai raksasa milik Hurip.

Yang diketahui Hurip hanyalah satu hal. Dirinya juga memperoleh kutukan, berasal dari kakek dan nenek dimasa lalu, membuat semua benda beserta tanaman di dunia ini takkan bisa membunuhnya. Dia merasa orang lain kan takjub, sedangkan sebaliknya.

Hurip melihat ke goa besar, itu ialah sarang goblin hutan, para goblin yang telah dibunuh oleh mereka adalah penjaga. Mereka memasuki gua menjumpai seekor goblin besar, tapi hal seremeh itu tidak buat Hurip turun tangan, Alianty Azka membereskannya.

"Mengapa kita masuk ke sarang mahkluk hijau menjijikan ini?" Tanya Alianty menendang goblin.

"Tiada kebohongan mengenai adanya pemukiman di hutan ini. Goblin suka menculik para wanita dari perkampungan itu, mereka kan menyambut kita, bila kita telah membereskan tempat ini."

Hurip menghela napas dan menarik belati, dirinya bersama tim memasuki gua lebih dalam. Perjalanan menuju sarang, mereka terhenti di depan kolam air, Hurip mengambil kayu dan memasukannya ke dalam air menjumpai tombak patah ditancapkan bawah air.

Jebakan-jebakan telah banyak dipasang oleh goblin membuat mereka tambah waspada, ketimbang memakai obor atau apapun, Hurip tidak memerintah membawa cahaya. Dia tahu bila goblin beranggapan manusia senantiasa membawa cahaya di kegelapan.

"Mereka sengaja membuat manusia yang masuk terluka di kaki, lalu.." Hurip memberhentikan langkah dan menggores tangannya sendiri.

Tiba-tiba saja seusai darah tertetes, seekor goblin besar muncul dari balik kegelapan mengagetkan dua rekan Hurip. Mereka sudah menggunakan sihir untuk melihat dalam kegelapan, tetapi jaraknya hanya lima ataupun enam meter dari jangkauan pandangan.

"Gawat. Itu goblin petarung," ujar Alianty menunjuk kepada monster tersebut dengan muka kalem.

"Hahaha.. gue juga tau, jangan lakuin hal kayak gitu lagi lah.." ucap Azka tertawa terbahak-bahak.

Hurip membuang napas sembari melepaskan sihir menembakkan bola api seukuran genggaman tangan terpelesat begitu cepat. Api tersebut langsung membakar lawan, setelah api meruak cukup besar, warnanya bertukar abu-abu membuat panas lebih.

Mudah untuk mengalahkan mahkluk kerdil hijau ini asalkan senantiasa waspada begitu melawan, Hurip hanya mampu menghela napas ketika melihat ada perubahan dalam tingkatan goblin. Dia termasuk ke kategori kuning setara dengan monster yang kuat.

Monster-monster pemakan manusia memperoleh tingkatan tiap tahunnya, dihitung dari sebanyak manusia yang dimakannya setiap tahun. Dari data para pemburu yang ditemukan mati di gua, ketika dia menerima tugas membasmi goblin di sarangnya.

"Kewaspadaan terhadap apapun perlu diperhatikan pada penjuru dunia manapun," kata Hurip.

Semasih belum memikirkan pemburu, Hurip sudah menemukan mayat seorang manusia pria dewasa terbunuh akibat tikaman pisau. Mereka memeriksa mayatnya, banyak luka-luka bekas pertarungan, dia telah mati selama beberapa hari.

Pemburu. Mereka mengambil upah dari tugas yang diberikan oleh Serikat Pemburu, berbeda dengan serikat petualang yang seringkali mengutamakan tuk menelusuri tempat asing. Biasanya ada perbedaan cukup jelas diantara mereka, yaitu uang, upah untuk petualang terbilang kecil dan sebaliknya pemburu.

"Ayo kita lanjutkan," ajak Hurip berdiri sesudah dirinya mengambil barang berharga dari mayat.

Mayat tersebut dibiarkan begitu, dikarenakan goblin akan menyerang begitu ada manusia mengecek dia masih bernapas atau tidak. Lalu, goblin akan segera menyerang berbondong-bondong, maupun satu goblin besar saja yang akan membereskan mereka.

"Goblin saja belajar dari pengalaman. Tetapi, dunia ini memiliki manusia yang enggan belajar.. walaupun kini ada manusia yang lebih pintar," ucap Hurip. Buat Azka mengalihkan pandangan dari pembicara.

"Yang paling bikin aku heran, kok mereka ngalahin kita tanpa sihir? Padahal kalo dilihat dari sudut pandang kita, kita bakalan menang dengan mudah."

"Mereka tidak ragu melakukan trik ataupun strategi kejam, asalkan menang. Berbeda dengan kita yang tetap berpegang teguh pada keadilan, meskipun keadilan itu menuntun kita pada kehancuran," ujarnya Hurip mengepalkan tinju tampak marah.

Ingatan kelam itu tiba-tiba terbit begitu saja, Hurip ingat seorang ksatria lebih memilih untuk masuk lewat depan. Padahal Hurip tidak setuju, dia memilih menerobos dari belakang istana, menghancurkan persediaan senjata dan mengutamakan para prajurit yang menggunakan senjata pelontar peledak.

Meskipun tindakan Hurip berhasil. Namun, tetap saja tidak mengubah fakta, dia hanya mampu mengurang jumlah korban jiwa pada pihaknya dan musuh hanya menanggung sedikit kerugian. Lalu, dikarenakan oleh para pemimpin yang berleha-leha, musuh menyerang pada malam hari buat kota hancur dalam semalam.

"Kalian tahu alasan kita kalah?" Hurip membelakangi kedua rekannya seraya menggertakan gigi.

"Apa?" Sahut Azka merespon ucapannya.

"Merasa gagah ketika menyerang dari depan walau nyawa melayang sia-sia, menunda-nunda kesempatan dan akhirnya.. satu kota hancur, hanya karena 70 orang saja!" Teriak Hurip melampiaskan amarahnya pada dinding gua hingga bergetar.

Hurip memburu napas sejenak, sebelum dia tenang dan melanjutkan langkah kakinya. Dia telah dilahap emosi mengingat kejadian malam itu. Sekuat apapun dirinya, dia hanya mampu menyelamatkan sepertiga dari manusia di kota, itupun meninggalkan orang-tua anak-anak dan membiarkan mereka mati.

"Lalu.. prajurit kita akan bermata hijau jika di pasukan musuh terdapat banyak wanita," tambahnya Hurip.

"Mengapa kita gak mencontoh mereka aja? Mereka acuh tak acuh pada uang, emas, kekuasan, dan lain-lain membuat mereka sangat kuat.." ujar Azka.

"Jangan berkata padaku, katakanlah ke pemerintah saja sana.." titah Hurip mendengar ucapan Azka.

Mereka melanjutkan perjalanan membasmi goblin sembari Hurip bercakap-cakap, mereka dengan mudahnya sampai di tempat atau ujung gua, goblin terkumpul dengan pemimpin mereka. Seekor dari sekian banyaknya goblin besar, yang memakai zirah layaknya seorang kesatria dari sebuah negeri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!