Hutan Sesat, merupakan sebuah hutan belantara yang mampu menyesatkan mahkluk hidup selain penduduk murni. Hurip telah lama mengenal orang-orang yang hidup di perkampungan, di tengah tempat ini, mereka sangat pandai dengan sihir dan mengelola energi sihir kental yang jarang ada.
"Lu bilang penduduk asli di hutan ini mempunyai energi sihir kental?" Tanya Azka tanpa menolehkan kepala pada Hurip.
"Mereka pandai mengelolanya, bukan memiliknya, karena di hutan ini energi melimpah hingga membuatnya kental. Meski aku ingin mengkristal saja agar mudah dibawa," ujarnya sedikit mengeluh.
Energi sihir memiliki banyak macam, diantaranya ialah energi sihir kental. Tidak seperti kebanyakan sihir, seluruh sihir yang tercipta akan lebih kuat dari daya serangan sihir penyerang. Bahkan pengguna pedang yang mengutamakan sihir pendukung dapat lebih kuat jikalau menggunakan energi sihir kental.
Sewaktu sedikit melewati hutan, mereka bertemu dengan sekumpulan tengkorak hidup pemanah dan pemegang pedang. Hurip tidak menghunuskan senjata, dia menyuruh Azka serta Alianty melawan musuh untuk melihat kemampuan keduanya.
"G-Gimana ini? Aku nggak bawa senjata," kata Alianty terlihat sangat panik.
"Lu itu gimana sih, cewek beban!" Ujar Azka tampak jengkel melihat keberadaan gadis ini.
Azka berlari ke depan, dia melompat memasuki jangkauan lawan. Sebelum tengkorak pemanah menarik busur. Azka mendaratkan pukulan, lalu dia memakai sihir tanah, yang menciptakan tanah jadi lembek layaknya lumpur penghisap.
Hatma melihat jika Azka membawa dua belati dan sepasang dua pedang. Namun, dia lebih memilih memakai tinju ketimbang senjata, disebabkan lawan lemah terhadap serangan senjata yang papak pada ujungnya maupun semacam pukulan.
Terlebih lagi dia menggunakan sihir tanah, yang buat lawan mengendap masuk ke dalam tanah dan membuat lawan tak sanggup mengangkat senjata. Sehingga Azka hanya perlu menyerang mereka satu-persatu sampai mereka semua mati.
"Ketua, gue boleh ambil semua kepala tengkorak ini untuk dijual? Gue butuh duit soalnya.."
"Tidak apa-apa. Kalian bebas mengambil semua yang bernilai di hutan ini, asalkan kalian yang membunuh atau mengambilnya," ujar Hurip menatap wajah Alianty yang tengah ketakutan.
Mereka melanjutkan perjalanan, disaat waktu telah mencapai sekitar dua jam lebih. Hurip tersenyum kecil, lalu menggunakan sihir angin, melantingkan jauh-jauh mereka berdua memasuki hutan membuat mereka berdua terjatuh ditempat yang sangat asing.
Sebelum menghantam tanah, Azka menggunakan sihir angin untuk memperlambat kecepatan jatuhnya dan menciptakan air dimana dirinya jatuh ke dalam kubah air. Meskipun bajunya basah kuyup. Dirinya tau jika Hurip mungkin sengaja melakukan ini.
"Jika gue nggak salah. Monster hutan Sesat ini bisa mencium bau dari jarak ratusan meter, terlebih lagi baju gue yang basah dan darah Alianty pas membuat monster mudah menemukan kami.." batin Azka.
"Aww.. sakit banget," lirih Alianty mencoba bangkit dari tempat duduknya. Sementara Azka melihat bila kemampuan regenerasi miliknya sangat luar biasa.
Seolah-olah tidak peduli sebanyak apapun luka yang diberikan, Alianty akan bertumpu pada kedua kakinya kembali, membuat bulu kuduk Azka merinding untuk menjadikannya sebagai musuh sewaktu membayang di pikiran. Sebelum mereka saling menatap satu sama lain, suara semak-semak tertangkap telinga.
Monster-monster pemakan manusia berdatangan ke sekeliling mereka. Mencium bau darah, beserta merasakan energi sihir dari air yang tercipta. Buatnya tidak menyukai Hurip, sementara Alianty berupaya untuk melontarkan sihir kilat pada monster.
"Jangan membuat api yang akan menarik perhatian lebih banyak monster," ucap Azka melemparkan pedang cadangannya pada Alianty.
Sebelum monster menerkam mereka, keduanya tak mencari jalan keluar, melainkan berusaha menjumpai tempat luas. Sedangkan Hurip mengikuti kedua remaja itu. Dalam perjalanan, Azka melihat bila ada seekor monster yang menghalangi jalannya.
"Cih!"
Azka mengulurkan tangan dan menciptakan sebuah pedang dari tanah, ujungnya menyembulkan petir membuat Hurip cukup kagum. Dia menggabungkan sihir tanah dan petir, bagi monster slime raksasa itu seperti sebuah kematian instan.
Petir yang dikeluarkan Azka bukan sembarang sihir, sebab itu ialah listrik pengganggu gerakan yang akan membuat lawan mengeras. Lalu, pedang tersebut berperan untuk menghancurkan lawan yang telah mengeras layaknya sebuah tombak.
"Sejak tadi Alianty belum menggunakan sihir apapun dan hanya mengikuti Azka," batin Hurip.
Selepas sampai ditempat terbuka, tidak ada monster apapun yang menyambut, sementara mahkluk yang sedari tadi mengikuti mereka mengurungkan niatnya begitu melihat cahaya matahari. Monster yang sudah terbiasa ditempat gelap semacam hutan ini akan enggan pergi tuk menemui sinar matahari langsung.
Pohon-pohon lebat nan besar, menyulitkan cahaya matahari masuk lebih dalam hingga membuat hutan menjadi seakan-akan malam hari. Azka tahu bahwa manusia maupun mahkluk lain, akan enggan ataupun sulit mencapai tempat asing, meskipun depan mata.
"Apa yang--!"
Tiba-tiba Alianty menendang Azka, hingga terpental cukup jauh dan membentur pohon. Begitu dirinya mengangkat pandangan, gadis itu tengah melawan mahkluk raksasa sekitar dua meter ukurannya. Serta Hurip membantu monster dari udara.
"Azka, kau memiliki cakrawala pengetahuan yang begitu luas mengenai monster. Sayangnya, engkau berada di hutan ciptaanku.. tempatku menumbalkan calon-calon rekanku dan raksasa ini salah satunya."
"Pembuatan ulang mahkluk hidup?" Tanyanya Azka menampilkan wajah bermuram.
"Benar. Jiwa manusia itu sangat melimpah jikalau aku gunakan untuk persediaan sihir, apakah kau tidak pernah bertanya-tanya darimana energi sihir kental itu berasal? Bodoh sekali.." ujar Hurip menatap sinis.
Yang diketahui Azka hanyalah dia seorang pahlawan, dipuja-puja oleh masyarakat karena jasanya. Tempat ini justru membuktikan kebenaran dibalik nama pahlawan tersebut. Memicu murka Azka naik, dirinya menjejak tanah, menghancurkan tanah pijakannya.
Azka terpelesat bagaikan kilat, dengan kedua pedang ditangan, dia mengayunkan pedang kanan ke kiri sementara pedang lain sebaliknya. Hurip mudah untuk menghindar, melihat hal itu Azka membalikkan cengkraman dan melakukan tebasan berkekuatan tinggi dengan bilah terselimuti api hitam.
"Rekomendasi dari komandan tidaklah separah yang kuduga selama ini," ujar Hurip menatap api hitam itu.
"Sayangnya gue nggak bisa terbang, ketua.." jawab Azka turun dari udara. Sebelum kakinya menyentuh tanah, dia memutar tubuhnya sembari memperbesar cakupan lintasan pedang, raksasa yang tengah berurusan dengan Alianty tumbang terbelah jadi dua.
Hurip melepaskan sihir terbang dan turun menemui mereka berdua. Laki-laki ini mengetahui Azka akan cepat berkembang, sedang untuk Alianty, Hurip tidak tahu menahu soal kekuatan maupun sihirnya. Dari ucapan pengajar sekolah Alianty lemah, tapi hidup sedikit tidak mempercayai perkataan para pengajar.
"Bila kau, Alianty, tidak memperlihatkan kemampuan sebenarnya selain regenerasi.. pertarungan akan terus berlanjut tanpa henti.."
"Akan aku lakuin jika Hurip mau jadi kekasihku," ucap gadis ini membingungkan kedua laki-laki didekatnya.
"Baiklah.." Hurip menghela napas sebelum dirinya mengatakan, "kau hanya akan menjadi umpan, kemungkinan dirimu bisa tetap hidup meskipun telah menerima banyak luka fatal sekalipun. Peran yang akan diberikan padamu hanya sebuah boneka sekali pakai atau tidak, itu ditentukan pada dirimu sendiri."
Azka berniat akan membuka mulutnya, tapi dia mengurungkan niatnya dan bersabar mendengarkan ucapan ketua timnya. Walaupun seakan-akan sebal nan kesal semakin meruak ke sekujur tubuh, tetaplah dia bertahan pada situasinya sekarang mengamati keduanya lebih jauh, pikir Azka pada Hurip.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments