Kelima murid Padepokan Black, yang di suruh Rimba untuk mengintai Padepokan Macan Putih sudah pergi jauh meninggalkan Padepokan Black.
Di tengah perjalanan, mereka berlima bertemu dengan seorang lelaki dan wanita yang tengah membicarakan tentang Pedang Sakti yang sudah di miliki ketua Rimba.
Perjalanan menuju Padepokan Macan Putih pun mereka hentikan, demi mendengarkan semua ucapan orang itu.
***
Sedangkan Yasa dan Riska yang masih bersitegang, karena Riska belum percaya kalau Yasa dan kedua sahabatnya bukan mata-mata Padepokan Black.
Riska pun menghampiri Yasa, yang duduk sendirian sambil terus memandang gambar Pedang Sakti.
"Kenapa ya? Kok, aku selalu merasakan. Kalau aku itu pernah melihat Pedang Sakti ini? Tapi aku lupa di mana pernah melihatnya?" lirih Yasa yang sedang duduk termenung sendirian, sambil mengingat-ingat di mana ia pernah melihat Pedang Sakti.
"Lebih baik kamu jujur saja deh! Kalau kamu dan kedua sahabatmu itu? Adalah mata-mata Padepokan Black?" ujar riska datang menghampiri yasa.
"Terserah kamu mau percaya atau tidak itu bukan urusanku, yang pasti misi aku adalah mencari keberadaan Pedang Sakti yang hilang," sahut Yasa kesal atas tuduhan yang tidak benar.
"Aku tidak percaya dengan ucapan mu itu? Karena yang aku tahu hanya Padepokan Black lah, yang selama ini mencari keberadaan Pedang Sakti." Riska masih kekeh dengan pendiriannya, yang belum percaya kepada Yasa dan kedua sahabatnya.
"Kalau begitu aku juga sama tidak percaya, kalau kamu dan kakakmu mau membantuku, dalam misi mencari Pedang Sakti," ucap Yasa kesal.
"Hahaha, asal kamu tahu aja ya! Aku ini sudah mendapatkan surat perintah dari Ketua Ratu Padepokan Singa Merah, sedangkan kamu dan kedua sahabatmu itu, mana buktinya? Kalau kalian bertiga di suruh mencari keberadaan Pedang Sakti, mana buktinya? Tidak adakan!" Riska menyodorkan tangan nya ke arah Yasa, meminta bukti kalau Yasa dan kedua sahabatnya benar di suruh mencari Pedang Sakti yang hilang dicuri.
"Sekali lagi aku tegaskan, terserah kamu mau percaya atau tidak itu bukan urusanku, yang pasti tujuanku adalah. Mencari keberadaan Pedang Sakti yang hilang, dan tanpa bantuan dari Padepokan Singa Merah. Aku yakin pasti bisa mengambil Pedang Sakti itu!." Yasa yang kesal pergi meninggalkan Riska.
***
Kelima murid Padepokan Black yang mendengarkan semua itu, langsung mengatur strategi dalam menyerang orang yang ingin mengambil Pedang Sakti, yang sudah menjadi miliki Ketua Rimba, dan salah satu murid Padepokan Black pergi memberikan informasi itu kepada Ketua Rimba.
Sedangkan keempat murid Padepokan Black datang menghadang Yasa dan Riska.
"Siapa kamu?" tanya Yasa, karena langkanya terhenti.
Keempat murid Padepokan Black tidak menjawab, ia malah mempersiapkan diri untuk menghadapi orang yang ingin mengambil Pedang Sakti, yang sudah di miliki oleh Ketua Rimba.
Riska yang berada di belakang Yasa segera pergi menghampirinya, dan memperhatikan orang yang ada dihadapannya.
"Tuh kan? Apa yang aku duga itu benar! Kalau kamu itu, adalah mata-mata Padepokan Black?" ucap Riska.
"Udah deh, jangan bahas itu terus. Capek aku dengar nya." Yasa melangkah pergi meninggalkan Riska.
Tapi ia tidak bisa pergi, karena salah satu dari keempat murid Padepokan Black, datang memberi pukulan yang keras kepada Yasa.
Yasa yang mendapatkan pukulan itu, langsung segera mengambil pedangnya, untuk menghadapi orang yang ada di hadapannya, maka dari itu Yasa mengeluarkan jurus ilmu Pedang Angin Putih, ke arah orang yang ada dihadapannya, dan keluarlah angin dan gumpalan putih menghampiri orang itu.
Salah satu murid Padepokan Black yang memukul Yasa jatuh tersungkur, terkena jurus ilmu Pedang Angin Putih.
Sedangkan Riska menghadapi ketiga orang yang ada dihadapannya, dengan menggunakan ilmu sihir pengikat, tapi sayang sihir pengikat tidak terkena oleh mereka bertiga, karena mereka bertiga dapat menangkis sihir ilmu pengikat, dengan ilmu pelindung.
Pertarungan antara Yasa dan Riska dalam melawan keempat orang yang ada di hadapannya, terdengar oleh Robi dan kedua sahabat Yasa, yang berada tidak jauh dari tempat mereka berkelahi.
"Itu seperti suara perkelahian! Apa jangan-jangan? Riska dan Yasa kembali berkelahi. Karena di sini tidak ada mereka berdua!" ucap Robi khawatir, karena melihat mereka berdua tidak ada bersamanya.
"Iya bisa jadi kak! Karena menurut aku, adik kakak itu sangat menyebalkan dan... Aawww," ucapan Firman terhenti. Karena ia mendapatkan cubitan yang keras dari Malik.
"Kamu kenapa sih Lik? Main cubit-cubit aja, kan sakti tahu!" lanjut Firman lagi, sambil mengusap-usap tangannya yang dicubit oleh Malik.
"Kak, mungkin perkiraan kakak tentang Yasa dan Riska yang berkelahi lagi itu benar. Lebih baik kita segera pergi ke sana!" sahut Malik.
Mereka bertiga pun pergi menuju suara perkelahian itu, dan sesampainya disana, mereka bertiga melihat Yasa dan Riska sedang berkelahi dengan empat orang lelaki.
Robi dan kedua sahabat Yasa datang membantu, Robi yang datang melihat seorang lelaki yang hendak memukul adiknya, ia segera menolong adiknya, dengan menggunakan ilmu sihir pertukaran, jadi yang terkena pukulan bukan Riska melainkan temannya lelaki itu.
"Hey! Kenapa kau malah memukulku?" gerutu lelaki yang terkena ilmu sihir pertukaran.
"Maaf, aku juga tidak tahu? Kenapa bisa jadi kamu, yang terkena pukulan ku?" sahutnya menjelaskan.
Sedangkan Robi dan kedua sahabat Yasa tertawa melihat kejadian itu,
"Hahaha..."
Setelah cukup puas tertawa, Malik datang menghampiri Yasa yang melawan dua orang sekaligus.
"Kamu tidak apa-apa kan Yas?" ucap Malik yang sudah ada di dekat Yasa.
Yasa tidak menjawab, ia hanya memberikan isyarat dengan cara menganggukkan kepalanya, lalu Malik membantu Yasa melawan lelaki yang ada di hadapannya, dengan menggunakan jurus pedang kecepatan, pedang yang terus-menerus menangkis dengan cepat, membuat orang yang ada di hadapannya merasa kelelahan dan pusing kemudian terjatuh duduk di tanah.
Panglima Perang dan satu murid Padepokan Black, datang membantu melawan Yasa dan kawan-kawan nya.
"Sepertinya aku pernah melihat orang itu? Kalau tidak salah lihat! Orang itu, adalah orang yang telah mengambil Pedang Sakti di ruangan rahasia Guru Ketua," gumam Yasa dalam hatinya, sambil terus memperhatikan dan menatap mata seorang lelaki yang menutup wajahnya.
Perkelahian semakin sengit dan menegangkan, Yasa dan Robi melawan panglima perang, sedangkan Riska, Malik dan Firman melawan murid Padepokan Black.
Jurus pedang yang mereka kuasai pun di keluarkan, demi bisa menang mengalahkan musuh.
Aira dan Yudi murid Padepokan Singa Merah, yang datang belakangan juga datang ikut membantu, melawan orang-orang yang menyerang teman-teman mereka semua.
Panglima Perang yang melawan Yasa dan Robi, mengeluarkan jurus ilmu kobaran api, dan keluarlah api di tangan Panglima Perang ke arah Yasa dan Robi, Panglima Perang pun tersenyum senang melihat Yasa dan Robi terluka.
Firman yang melihat Yasa dan Robi terluka terkena kobaran api, membantu mereka berdua dengan menggunakan ilmu sihir semburan air, maka api yang berada di antara Yasa dan Robi pun padam.
"Tumben, ilmu sihir yang kamu gunakan tidak salah lagi keluarnya," celetuk Riska yang berada tidak jauh dari Firman.
"Iya dong! Kemarin itu, cuma ada sedikit insiden. Jadi gagal deh keluarnya," sahut Firman.
Yasa dan Robi kembali menyerang Panglima Perang, Yasa pun mengeluarkan jurus ilmu pedang kilauan, dengan jurus ilmu itu sinar matahari menjadi lebih terang, dan musuh sulit melihat dengan jelas karena kilaunya.
Sedangkan Robi menghajar Panglima Perang secara bertubi-tubi, karena ia tidak bisa melihat dengan jelas, karena jurus ilmu pedang kilauan Yasa. Akan tetapi Panglima Perang masih bisa melawan kembali, dengan menggunakan jurus pukulan berapi yang mematikan.
Dan pukulan itu mengenai Robi. Robi pun terjatuh pingsan karena tidak kuat menahan jurus ilmu pukulan berapi yang mematikan.
Yasa yang melihat itu, langsung mengarahkan pedangnya ke arah panglima perang, dan berkelahi kembali melawan panglima perang seorang diri.
Riska yang melihat kakaknya terjatuh pingsan, segera pergi menghampiri kakaknya.
"Kak, bangun kak," ucap Riska sedih.
Murid Padepokan black, yang melawan Malik dan Firman, serta Aira dan Yudi, sudah mulai merasakan kelelahan, dan pergi meninggalkan Panglima Perang seorang diri yang sedang melawan yasa.
Firman tidak mau membiarkan murid Padepokan Black, pergi dengan mudahnya. Maka dari itu, ia mengeluarkan jurus ilmu sihir perangkap. Untuk memudahkan menangkap murid Padepokan Black, yang sedang berlari pergi meninggalkan mereka semua.
Akan tetapi yang keluar malah kulit pisang, ke arah murid Padepokan Black. Bukan sebuah perangkap, dan murid Padepokan Black yang sedang berlari pergi tanpa melihat ke bawah, semuanya terjatuh karena menginjak kulit pisang.
Semua yang melihat itu pun tertawa.
"Hahaha...."
Bahkan Riska yang sedang bersedih karena kakaknya pingsan, juga ikut tertawa.
"Ha...ha... Dasar Firman si ceroboh, selalu salah dalam menggunakan ilmu sihir!" ujar Riska.
Murid Padepokan Black yang terjatuh pun segera bangun, dan langsung berlari pergi meninggalkan mereka semuanya. Panglima Perang yang melihat murid Padepokan Black yang sudah pergi, ia juga memutuskan untuk segera pergi, dengan menggunakan ilmu menghilang dengan cepat. Sebelum Yasa kembali menyerangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments