Sedangkan di Padepokan Black.
Rimba merasa bahagia telah mendapatkan Pedang Sakti, yang bertahun-tahun ia cari keberadaannya.
"Hahaha, akhirnya aku bisa mendapatkan Pedang Sakti ini," ujar Rimba merasa senang, tidak sia-sia usahanya selama bertahun-tahun, dalam mencari keberadaan Pedang Sakti.
Rimba terus memandang Pedang Sakti, yang berada di dalam peti yang telah ia buka.
"Markus pasti sekarang kamu, sedang menangis kehilangan Pedang Sakti ini hahaha..." gumamnya dalam hati tertawa senang, karena telah memiliki Pedang Sakti, impiannya untuk bisa menguasai dunia, dan menghancurkan seluruh padepokan yang tidak mau menjadi pengikutnya.
***
Flashback
Rimba yang berhasil membunuh Mahesa Mahendra, karena ingin mengambil Pedang Sakti ciptaannya, tidak menemukan keberadaan Pedang Sakti di rumah Mahesa Mahendra.
"Huuuh sial, aku kira Pedang Sakti itu berada dirumahnya, ternyata tidak ada," gerutu Rimba kesal, karena tidak menemukan Pedang Sakti.
Sekar Wati istrinya Mahesa Mahendra, datang terlambat untuk membantu suaminya melawan Rimba.
"Dasar bajingan, kau telah membunuh suamiku," amarah Sekar Wati yang melihat suaminya Mahesa Mahendra sudah meninggal dunia.
"Hahaha, suamimu memang pantas mendapatkannya. Karena selalu menggagalkan semua rencana ku," sahut Rimba.
Sekar Wati yang mendengarkan ucapan dari Rimba, langsung maju ke depan untuk melawan Rimba dan pasukannya.
Tapi gerakan serangan Sekar Wati, sudah terbaca oleh Rimba, dan Rimba malah memeluk Sekar Wati.
"Suamimu sudah mati Sekar Wati, jadilah istriku. Maka kau akan hidup bahagia bersamaku hahaha...." bisik Rimba di telinga Sekar Wati.
"Cuih." Sekar Wati meludah ke arah Rimba.
"Aku tidak mau menjadi istri pembunuh sepertimu!" ucap lantang Sekar Wati, lalu menginjakkan kakinya ke tanah, dengan menggunakan kekuatan ilmu sihir injakan bumi, maka bumi pun berguncang sebentar, dan pelukan dari Rimba bisa terlepas begitu saja, dengan menggunakan kekuatan ilmu sihir injakan bumi.
"Dari pada aku harus menjadi istri atau pengikut mu, lebih baik aku mati menyusul suamiku," sahut Sekar Wati, dan mengambil pedang untuk membunuh dirinya sendiri.
Karena hidupnya sudah tidak aman, jika ia masih hidup, karena pasti ia akan kalah melawan Rimba.
"Dasar wanita bodoh," ucap Rimba, lalu ia dan pasukannya pergi meninggalkan mayat Mahesa Mahendra dan Sekar Wati.
Rimba pergi menemui Raja iblis, agar mau membantunya dalam mencari keberadaan Pedang Sakti, karena kekuatan yang di miliki Pedang Sakti sangatlah kuat, jika bersentuhan langsung, akan mengeluarkan energi yang menambah kekuatan dan menyerap ke dalam tubuh.
"Bagaimana Raja, apa sudah di temukan keberadaan Pedang Sakti?" tanya Rimba yang begitu antusias, karena ia ingin segera memiliki Pedang Sakti ciptaan Mahesa Mahendra.
"Belum, sepertinya Pedang Sakti ini ada yang menghalangi, sampai aku tidak dapat mendeteksi keberadaan Pedang Sakti, lebih baik kau datangi seluruh padepokan yang ada di dunia ini, karena aku yakin di antara banyaknya padepokan, pasti ada salah satu yang menyimpan Pedang Sakti," jelas Raja iblis.
"Baiklah Raja, akan aku kerahkan seluruh murid-murid ku, untuk mendatangi padepokan yang ada di dunia ini!" sahut Rimba menuruti perintah Raja iblis.
Bertahun-tahun Rimba dan murid-muridnya, terus mencari keberadaan Pedang Sakti, sampai pada akhirnya ia menemukan Padepokan Macan Putih.
Menurut deteksi Raja iblis, ketua Padepokan Macan Putih itu adalah sahabat baiknya Mahesa Mahendra, dan kemungkinan terbesar adalah Pedang Sakti berada di Padepokan Macan Putih.
Maka dari itu, Rimba menyuruh muridnya untuk selalu mengintai Padepokan Macan Putih.
Akan tetapi, murid Padepokan Black yang sudah berminggu-minggu mengintai Padepokan Macan Putih, tidak menemukan keberadaan Pedang Sakti.
Dan atas ide Panglima Perang, menyuruh muridnya memberikan undangan acara perkumpulan Padepokan Sedunia kepada Markus, dan harus membuat Markus mau menghadiri acara itu.
Kesempatan saat Markus pergi ke acara Perkumpulan Padepokan Sedunia, digunakan dengan baik oleh Padepokan Black, untuk masuk ke dalam Padepokan Macan Putih.
Panglima Perang dan murid-murid Padepokan Black, masuk kedalam Padepokan Macan Putih, dan mengambil semua pedang serta senjata yang berada di Padepokan Macan Putih, agar ketika mereka ke tahuan oleh murid Padepokan Macan Putih, tidak bisa menang melawan Padepokan Black, karena semua pedang dan senjata sudah di amankan oleh murid Padepokan Black.
"Hey siapa kalian?" teriak murid penjaga di Padepokan Macan Putih, yang melihat segerombolan pasukan berbaju hitam datang ke Padepokan Macan Putih.
"Ayo maju serang mereka semua," perintah Panglima Perang kepada murid Padepokan Black, untuk langsung menyerang murid yang berada di Padepokan Macan Putih.
Keributan dan perkelahian pun terjadi, dan banyak murid di Padepokan Macan Putih yang terluka, akibat pertarungan yang kalah jumlah, dan tidak menemukan pedang dan senjata mereka semua.
Panglima Perang yang bagian mencari Pedang Sakti, di setiap sudut kamar yang ada di Padepokan Macan Putih, menemukan sebuah jalan menuju pintu rahasia, dan kemungkinan Pedang Sakti berada di tempat itu.
Ketika Panglima Perang akan membuka pintu kamar itu, Yasa datang menghalanginya dengan menyerangnya dari arah belakang.
"Mau apa kalian datang kemari?" tanya Yasa.
"Bukan urusanmu," sahut Panglima Perang.
Perkelahian di antara Yasa dan Panglima Perang pun terjadi sangat sengit, karena Yasa dapat menangkis semua serangan Panglima Perang, maka dari itu Panglima Perang mengeluarkan jurus ilmu pukulan berapi ke arah Yasa. Yasa yang tidak kuat menahan kekuatan pukulan berapi jatuh pingsan.
Panglima Perang pun akhirnya berhasil mengambil Pedang Sakti, di ruangan rahasia Markus, dan semua murid Padepokan Black pun tertawa bahagia, melihat keberhasilan nya, dalam mendapatkan Pedang Sakti.
Flashback off
***
"Kalian semua kerjanya bagus, tidak sia-sia kalian selama ini mengintai Padepokan Macan Putih, dan berhasil mendapatkan Pedang Sakti ini, dengan menggunakan Pedang Sakti ini, aku pasti bisa menguasai dunia hahaha..." Rimba tersenyum senang, karena bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Mahesa Mahendra kau telah kalah, sekarang Pedang Sakti ciptaan mu berada di tanganku!" gumam Rimba dalam hati tersenyum senang.
"Selamat Ketua Rimba, telah mendapatkan Pedang Sakti ini," ucap Panglima Perang, memberi ucapan selamat kepada Rimba ketua Padepokan Black.
"Ini semua juga atas perjuanganmu Panglima Perang, yang telah membantu mengatur strategi penyerang yang sangat baik, ayo semuanya kita pergi keluar, untuk membuktikan kekuatan Pedang Sakti ini!" Rimba dan murid-muridnya pun keluar dari dalam padepokan, lalu pergi menuju lapangan untuk menguji kekuatan Pedang Sakti.
Sesampainya di lapangan, Rimba mengeluarkan Pedang Sakti yang ada di dalam peti, lalu mengambil dengan tangannya, dan pedang di tangan Rimba itu hanya mengeluarkan cahaya kecil, tidak mengeluarkan energi yang sangat kuat masuk ke dalam tubuhnya.
"Panglima Perang, apa kamu tidak salah mengambil Pedang Sakti?" tanya Rimba marah.
"Aku tidak salah mengambil pedang Ketua Rimba, dan Pedang Sakti ini sesuai bentuknya dengan yang Ketua Rimba ceritakan," sahut Panglima Perang yang tidak mau di salahkan.
"Gambar Pedang Sakti ini sama persis, tapi ini aneh sekali. Pedang Sakti ini, tidak menimbulkan energi kekuatan yang masuk ke dalam tubuhku?" ujar Rimba yang merasa bingung, dengan Pedang Sakti yang berada di tangannya.
"Coba Ketua Rimba gunakan saja dulu pedang sakti itu, mungkin akan mengeluarkan energi!" usul Panglima Perang.
Rimba pun mencoba mengunakan Pedang Sakti, dengan mengayunkan Pedang Saktinya ke arah murid-muridnya, seketika muridnya yang berada di depan berterbangan.
Lalu Rimba mencoba kembali Pedang Sakti, menancapkan Pedang Sakti ke dalam tanah, dan tanah itu terbelah menjadi dua, dan di dalam tanah keluar api yang sangat kencang kobaran apinya.
"Hahaha, boleh juga kekuatan Pedang Sakti ini.Meski belum aktif sepenuhnya!" ujar Rimba senang.
"Ketua Rimba bagaimana? Kalau murid Padepokan Black, kembali mengintai Padepokan Macan Putih, agar kita bisa tahu cara mengaktifkan Pedang Sakti ini!" Panglima Perang memberi saran.
"Bagus juga idenya Panglima Perang, kalau begitu kalian berlima pergi sana mengintai Padepokan Macan Putih lagi," perintah Rimba menyuruh kelima muridnya untuk kembali pergi mengintai Padepokan Macan Putih.
"Baik Ketua Rimba," sahut murid Padepokan Black sambil menganggukkan kepalanya.
Dan kelima murid Padepokan Black, pergi kembali mengintai Padepokan Macan Putih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Pena Rindu
aku mampir dari "cinta pertama yang sempurna"
ok
2022-10-24
1