Perjalanan Yasa dan kedua sahabatnya, dalam misi mencari Pedang Sakti, masih sangat panjang, dan banyak rintangan yang akan mereka bertiga hadapi.
Yasa dan kedua sahabatnya sudah pergi jauh meninggalkan Padepokan Macan Putih, dan mereka bertiga memutuskan untuk beristirahat sebentar, sebelum melanjutkan kembali perjalanannya.
"Nih minum dulu Yas, pasti kamu haus kan!" Malik memberikan sebotol minuman kepada Yasa, yang tengah serius memperhatikan gambar Pedang Sakti.
Tapi Yasa tidak menanggapi ucapan Malik, yang sedang memberikan minuman untuknya, Malik dan Firman pun saling beradu pandang, lalu menatap Yasa yang tidak menjawab dan mengambil minumannya.
"Serius bener lihatin gambarnya, tuh Malik ngasih minuman." Firman yang ada di sebelah Yasa menyenggol lengannya.
"Ada apa sih Fir? Jadi jatuhkan gambar pedangnya," ujar Yasa kesal, lalu mengambil gambar Pedang Sakti.
"Itu Malik ngasih kamu minum!" sahut Firman sambil menunjuk ke arah Malik yang sedang memegang minuman untuk Yasa.
"Oh iya, maaf gak denger hehehe," ujar Yasa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Terima kasih yah Lik, minumannya," lanjutnya dan kemudian meminum, minuman yang di berikan oleh Malik.
"Serius bener lihat gambarnya, jadi gak fokus gitu hahaha.." ujar Firman tertawa.
"Iya maaf, tapi... Firman. Malik, aku merasa Pedang Sakti di gambar ini begitu sangat familiar, seperti aku sebelumnya sudah pernah melihatnya, tapi entah dimana itu!" ucap Yasa, dan masih terus memperhatikan gambar Pedang Sakti yang berada ditangannya.
"Yasa kamu gimana sih masa lupa, kita semua kan sudah melihatnya, di ruangan Guru Ketua, kamu itu masih muda loch Yas, masa udah pikun hahaha.... " sahut Firman memukul pelan pundak Yasa.
"Tau nih Yasa, gitu aja harus di ingetin hehehe..." Malik pun menimpali ucapan Firman sambil geleng-geleng kepalanya.
"Maksud aku itu yah. Aku ini pernah melihat Pedang Sakti yang ada di gambar ini, asli pedangnya bukan gambarnya doang tau," gerutu Yasa kesal.
"Aah yang bener kamu Yas? Aku aja yang sudah lama belajar di Padepokan Macan Putih, belum pernah melihat Guru Ketua menggunakan Pedang Sakti." Malik tidak percaya dengan ucapan Yasa, meski Yasa begitu dekat dengan Guru Ketua, dan Yasa juga belum terlalu lama menjadi murid di Padepokan Macan Putih.
"Aku pernah melihat Pedang Sakti ini, bukan di Padepokan Macan Putih, tapi aku bener-bener lupa di mananya?" terang Yasa yang meyakini bahwa ia pernah melihat Pedang Sakti.
"Iya aku percaya kok Yas, udah simpan baik-baik gambar Pedang Saktinya, lebih baik kita pergi mandi dulu di sana," ucap Firman menunjuk air terjun yang tidak jauh dari tempat mereka beristirahat.
Mereka bertiga pun pergi menuju air terjun Akan tetapi perjalanannya terhenti, karena ada seorang wanita berpakaian serba merah datang menyerang mereka bertiga.
Mereka bertiga yang mendapatkan serangan secara tiba-tiba, mendapatkan sedikit luka, karena mereka bertiga terkena pedang wanita berbaju merah itu.
Yasa segera mengambil pedang pemberian Guru Ketua. Untuk menyerang wanita berbaju merah, yang telah menghalangi langkahnya menuju air terjun.
"Hei siapa kamu? Kenapa datang-datang menyerang kami!" tanya Yasa sebelum melakukan serangan balik.
Wanita itu tidak menjawab pertanyaan Yasa, ia malah tersenyum kecut, lalu kembali menyerang mereka bertiga.
Yasa yang sudah memegang pedang, menghalau pedang wanita itu, yang hendak mengenai Firman, dan menangkis semua serangan wanita itu.
"Dasar wanita menyebalkan! Akan aku gunakan ilmu sihir pengikat biar kau tak bisa melawanku lagi," gerutu Firman kesal.
Firman pun mengeluarkan ilmu sihir pengikat, akan tetapi bukan sebuah ikatan sihir yang mendekati wanita berbaju merah, malah sebuah apel yang menghampiri wanita itu.
Wanita berbaju merah menangkap apel itu dengan tangannya,
"Hahaha... ilmu sihir macam apa yang kau gunakan? Payah sekali!" ejek wanita berbaju merah.
"Enak dan manis apelnya," lanjutnya lagi, sambil memakan buah apel. Lalu sebagian buah apel yang sudah di makan olehnya, di buang begitu saja.
Dan wanita itu malah menggunakan ilmu sihir Pengikat kepada mereka bertiga, Malik dan Firman terkena ikatan ilmu sihir wanita itu, sedangkan Yasa dapat mengelak nya.
"Ini baru ilmu sihir Pengikat yang sebenarnya, bukan sebuah apel yang keluar ha...ha...ha," sindir wanita berbaju merah.
"Kamu kenapa salah ngeluarin ilmu sihir sih? Jadinya kita berdua kan, yang terkena ikatan ilmu sihir ini!" bisik Malik di telinga Firman.
"Ya aku juga tidak tahu Lik, udahlah jangan bahas sihir ku yang gagal itu. Lebih baik kita doakan saja, semoga Yasa bisa mengalahkan wanita berbaju merah itu!" sahutnya.
Yasa yang hendak membuka ikatan kedua sahabatnya, malah di halangi oleh wanita itu.
lalu mereka berdua berkelahi menggunakan pedang. Yasa yang tidak mau kalah dari wanita berbaju merah, maka dari itu ia segera mengeluarkan jurus ilmu Pedang Angin Putih.
Yasa pun mengayunkan pedangnya, lalu keluarlah angin kencang dan gumpalan putih ke arah wanita berbaju merah, dan wanita itu terlempar jatuh ke tanah.
"Huuuh rasain itu! Bagus Yas, serang terus wanita itu," teriak Firman memberi semangat kepada Yasa.
"Boleh juga kemampuan lelaki ini, tapi aku tak akan membiarkannya menang melawanku!" wanita berbaju merah bangun untuk menyerang Yasa kembali, dengan menggunakan kekuatan ilmu Pedang Merah.
Wanita itu mendekati Yasa dan mengeluarkan kekuatan ilmu Pedang Merah, tapi sayang gerakannya dapat dibaca oleh Yasa, dan yang terkena kekuatan ilmu pedang merah adalah sebuah pohon di sebelah Yasa, yang terbelah menjadi dua bagian karena kekuatan ilmu Pedang Merah.
Deringan suara pedang mereka berdua semakin kencang,
[ Tang-plentang-tang ] suara pedang yang saling beradu, di antara Yasa dan wanita berbaju merah, pertarungan pun semakin sengit karena keduanya bisa menangkis, setiap serangan dan gerakan pedang yang akan dilakukan.
"Berhenti! Semuanya berhenti!" teriak seorang lelaki berpakaian serba merah, lalu menghampiri mereka semua.
"Riska apa yang kau lakukan?" tanya lelaki itu kepada wanita berbaju merah.
"Mereka semua ini adalah mata-mata Padepokan Black kak," sahut wanita itu.
"Hey! Jangan sembarang bicara kamu, menuduh kami bertiga mata-mata Padepokan Black," bantah Yasa yang tidak terima dengan tuduhan wanita berbaju merah.
"Kalau bukan mata-mata Padepokan Black, terus siapa? Karena hanya Padepokan Black, yang menginginkan Pedang Sakti itu! Dan aku dari tadi mendengarkan ucapan kalian bertiga, yang terus membicarakan Pedang Sakti," tutur wanita berbaju merah.
"Apa itu benar Riska? Kalau mereka bertiga ini adalah mata-mata Padepokan Black?" lelaki berbaju merah menatap tajam kepada mereka semua.
"Kami bertiga bukan mata-mata dari Padepokan Black, tapi kami bertiga ini adalah murid Padepokan Macan Putih." Yasa mengatakan yang sebenarnya. Kalau mereka bertiga bukanlah mata-mata Padepokan Black, melainkan murid Padepokan Macan Putih.
"Apa....?" wanita berbaju merah pun kaget, mendengarkan penjelasan dari Yasa.
"Jadi kalian bertiga ini adalah murid Padepokan Macan Putih?" tanya lelaki berbaju merah.
"Iya benar," sahut Yasa dan Firman serta Malik secara bersamaan.
"Kalau begitu maafkan atas kesalah pahaman ini! Riska ayo kamu minta maaf sama mereka bertiga, lalu lepaskan ikatan itu!" perintah lelaki berbaju merah kepada wanita yang bernama Riska.
Riska pun menggunakan ilmu sihir Pelepas ikatan, kepada Malik dan Firman, tanpa meminta maaf kepada mereka bertiga, dan langsung pergi meninggalkan mereka semua.
"Huuuh dasar wanita sok tau dan menyebalkan, harusnya tanya dulu baik-baik sebelum menyerang" gerutu Firman yang masih kesal kepada Riska, karena telah mengejek ilmu sihirnya yang gagal ia keluarkan.
"Sekali lagi saya minta maaf, atas kesalah pahaman yang telah adik saya lakukan, dan perkenalkan. Nama saya Robi murid Padepokan Singa Merah." Robi pun mengulurkan tangannya ke arah Yasa, Malik dan Firman.
Meraka bertiga pun menerima uluran tangan dari Robi, sebagai tanda perkenalan.
"Kalian bertiga ayo ikut saya ke sana!" tunjuk Robi ke sebuah rumah sederhana yang ada di desa ini.
Yasa dan kedua sahabatnya saling lirik, dan masih ragu untuk mengikuti Robi.
"Kalian bertiga jangan takut, aku ini di utus oleh ketua Ratu Padepokan Singa Merah, untuk membantu kalian dalam mencari Pedang Sakti yang hilang dicuri," lanjutnya lagi, dan menunjukan surat perintah dari Ratu Aurora ketua Padepokan Singa Merah.
Yasa dan kedua sahabatnya pun percaya, setelah membaca surat perintah dari ketua Padepokan Singa Merah, dan mereka bertiga pergi mengikuti Robi ke rumah yang di tujuh oleh Robi.
"Semoga dengan banyaknya bantuan. Akan memudahkan langkahku dalam mencari Pedang Sakti, dan bisa mengalahkan Padepokan Black " gumam Yasa dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments