MISI MENCARI PEDANG SAKTi
Yasa Mahendra yang baru pulang dari mencari kayu, tidak sengaja mendengarkan pembicaraan antara Kakek dan Neneknya.
"Nek, kakek rasa sekarang adalah waktu yang tepat, untuk menyuruh Yasa belajar ilmu bela diri," ucap Kakek kepada Nenek.
"Ta...tapi Kek, Nenek takut kalo Yasa bernasib sama seperti kedua orang tuanya," sahut Nenek sedih.
Mengingat putra dan menantunya yang meninggal, dibunuh Padepokan Black yang bersekutu dengan iblis jahat.
"kita doakan saja Nek, semoga itu tidak terjadi. Yasa sekarang sudah dewasa, ia harus segera pergi belajar ilmu bela diri, ini amanah dari putramu Nek," tutur Kakek sambil memegang erat kedua tangan Nenek.
"Ya...Yasaaa!" lirih Nenek kaget. Karena melihat Yasa yang sudah berada di belakang mereka berdua.
"Kek, Nek tolong jelaskan semuanya? Apa penyebab ayah dan ibu pergi meninggalkan aku? Dari dulu Kakek dan Nenek tidak pernah menjawab setiap aku mempertanyakan tentang ayah dan ibuku." Yasa meminta penjelasan, yang selalu di rahasiakan oleh Kakek dan Neneknya, yang belum ia ketahui selama ini.
"Mungkin ini sudah waktunya Nek, kita harus menceritakan semuanya?" Kakek melirik matanya ke arah Nenek, dan Nenek hanya menanggapinya dengan cara menganggukkan kepalanya, pertanda Nenek menyetujuinya.
***
Flashback
Mahesa Mahendra membuat pedang pusaka, yang sangat sakti bersama Para Dewa, untuk mengalahkan Padepokan Black yang ingin menguasai dunia.
Karena banyak padepokan yang di hancurkan oleh Padepokan Black, jika tidak mau menjadi pengikutnya. Untuk membantu Padepokan Black dalam menguasai dunia, dan Padepokan Black bertambah kuat kekuatannya berkat bantuan dari iblis jahat.
Kehancuran dan kematian orang yang tidak bersalah, membuat jiwa Mahesa Mahendra ingin mengalahkan Padepokan Black.
Maka dari itu ia menciptakan pedang pusaka yang sangat sakti, untuk mengalahkan Padepokan Black.
***
Ketika Mahesa Mahendra sedang bersama istrinya, ia menunjukan pedang pusaka yang sangat sakti itu kepada istrinya.
"Sayang pedang ini sudah jadi, aku akan pergi mengalahkan Padepokan Black, dengan menggunakan Pedang Sakti ini," tutur Mahesa Mahendra menjelaskan kepada istrinya Sekar Wati.
"Iya, berhati-hatilah karena aku takut terjadi sesuatu kepadamu," cemas Sekar Wati, ketika Mahesa Mahendra akan pergi bertarung melawan Padepokan Black, yang terkenal sangat kejam atas ambisinya yang ingin menguasai dunia.
"Iya sayang. Aku akan menemui Markus terlebih dahulu, sebelum pergi menyerang Padepokan Black. Jaga baik-baik Yasa yah sayang," ucap Mahesa Mahendra sambil mencium jagoan kecilnya. Lalu Mahesa Mahendra pergi berpamitan kepada kedua orang tuanya.
Mahesa mahendra yang pergi menemui Markus di Padepokan Macan Putih, disambut baik oleh Markus dan semua muridnya.
"Akhirnya pahlawan kita datang!" Markus tersenyum senang atas ke datangan Mahesa Mahendra sahabat baiknya.
Mahesa dan Markus sedang membicarakan tentang rencana dalam melawan Padepokan Black. Akan tetapi saat mereka berdua sedang membahas tentang itu. Ratu Aurora yang merupakan ketua Padepokan Singa Merah datang ke Padepokan Macan Putih, dengan penuh luka di sekujur badannya.
"Markus Ma...Mahesa," ucapnya terbata-bata sambil meringis kesakitan.
Mahesa dan Markus yang melihat kedatangan Ratu Aurora, menghentikan pembicaraannya lalu pergi menghampiri Ratu Aurora.
"Apa yang terjadi denganmu Ratu Aurora?" tanya Markus yang mencemaskan kondisi Ratu Aurora yang terluka.
"Pa...padepokan ku, di serang oleh Pa...padepokan Black," jawab Ratu Aurora tertatih-tatih.
"Sebaiknya kita obati dulu lukamu, cepat Markus kamu panggilkan Tabib!" perintah Mahesa Mahendra, ia tidak bisa mendengarkan cerita dari Ratu Aurora dengan kondisi yang seperti ini.
Markus pun menyuruh muridnya untuk memanggil seorang Tabib, dan kemudian Markus membaringkan Ratu Aurora ditempat tidur.
"Ma...mahesa, ka...kamu ha...rus berhati-hati," ucap Ratu Aurora, yang tidak sempat menceritakan semua kejadian yang ia alami karena Ratu Aurora pingsan.
Mahesa dan Markus sangat mengkhawatirkan kondisi Ratu Aurora, yang belum sadar meski Tabib sudah datang dan mengobati semua lukanya.
"Luka yang di alami Ratu Aurora sangat parah, ia tidak bisa cepat pulih dengan waktu yang cepat. Apalagi banyak bagian tulang yang sedikit bergeser, tapi itu masih bisa di obati." Tabib menjelaskan semua luka yang di alami oleh Ratu Aurora kepada Markus dan Mahesa.
"Tapi kenapa Ratu Aurora belum juga bangun dari pingsannya." Markus bertanya kepada Tabib, karena mengkhawatirkan Ratu Aurora yang sudah setengah hari belum juga sadar dari pingsannya.
"Sepertinya, obat yang aku berikan belum berjalan sepenuhnya. Mungkin tidak lama lagi ia akan bangun," tutur Tabib.
Tabib pun pergi setelah mengobati luka Ratu Aurora, dan menjelaskan semua kondisi luka yang di alami Ratu Aurora.
Markus terus menjaga Ratu Aurora sambil memegang tangan Ratu Aurora. Mahesa Mahendra terkekeh melihat pemandangan itu.
Karena biasanya Markus dan Ratu Aurora sering bersitegang, dan tidak ada yang mau mengalah dalam segala hal apa pun itu.
Ketika jam menunjukan tengah malam. Ratu Aurora bangun dari pingsannya.
"Aurora, akhirnya kamu bangun juga!" ucap haru Markus yang melihat Ratu Aurora bangun dari pingsannya.
"Terima kasih telah mau menjagaku, ketika aku sedang terluka," ujar Ratu Aurora sambil tersenyum.
"Iya, coba kamu jelaskan apa yang terjadi kepadamu?" tanya Markus antusias. karena ia ingin mengetahui apa yang di alami oleh Ratu Aurora, sehingga membuatnya bisa terluka.
"Masalah aku sampai bisa seperti ini bukan hal yang penting. Aku hanya minta maaf kepadamu Mahesa. Karena aku tak sengaja menceritakan Pedang Sakti yang kamu miliki kepada Padepokan Black," ucap Ratu Aurora terhenti. Karena Ratu Aurora meminta maaf kepada Mahesa Mahendra sambil berderai air mata.
"Kamu harus segera pergi dari sini, dan pulang ke rumahmu. Untuk menyelamatkan keluargamu dari Padepokan Black. Karena Rimba dan murid-muridnya. Pasti akan pergi mencari keberadaan mu, dan mereka semua akan pergi menuju rumahmu. Ambisi Rimba yang ingin menguasai dunia ini. Pasti Rimba akan berbuat semaunya, demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Termasuk merebut Pedang Sakti yang kamu miliki," lanjut Ratu Aurora.
Mahesa Mahendra yang mendengar cerita seperti itu, ia langsung segera pergi dengan menggunakan ilmu menghilang. Agar dapat menyelamatkan keluarganya, dan membawa pergi keluarganya ke desa terpencil yang sangat jauh.
Setelah merasa keluarganya akan aman tinggal di sebuah desa terpencil. Mahesa Mahendra memberi pesan kepada kedua orang tuanya. Untuk menjaga istri dan anaknya, dan menyuruh putranya Yasa Mahendra. Jika ia sudah dewasa, untuk pergi belajar ilmu bela diri di Padepokan Macan Putih.
Mahesa Mahendra pergi meninggalkan keluarganya, untuk pergi melawan Padepokan Black.
Sekar Wati yang melihat Mahesa Mahendra telah pergi jauh, diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya. Sekar Wati pergi meninggalkan Yasa dan orang tuanya, karena Sekar Wati ingin pergi membantu Mahesa Mahendra.
Flashback OFF.
***
"Ayah dan ibumu, mungkin sudah mati di bunuh oleh Padepokan Black. Karena sampai sekarang mereka berdua belum kembali lagi," ucap Kakek yang bersedih menceritakan kejadian itu.
"Dan pesan terakhir ayahmu adalah. Agar kamu pergi belajar ilmu bela diri di Padepokan Macan Putih," sahut Nenek menjelaskan.
"Padepokan Black awas kau. Aku pasti akan mengalahkan kalian semua," geram Yasa, yang mendengar cerita tentang kedua orang tuanya.
"Sabar cucuku, tenangkan dirimu jangan sampai amarah menguasai dirimu. Yang terpenting sekarang kamu sudah mengetahui semuanya. Jadi bagaimana keputusanmu sekarang?" tanya Kakek yang berharap Yasa mau menuruti permintaan terakhir Mahesa Mahendra putranya.
"Yasa mau Kek, Nek.
Tapi..... Yasa sangat berat meninggalkan Kakek dan Nenek. Karena yang Yasa tau, Padepokan Macan Putih sangatlah jauh dari desa ini," tutur Yasa yang berat pergi jauh meninggalkan Kakek dan Neneknya.
"Kamu belajar saja yang rajin di sana, jangan mengkhawatirkan Kakek dan Nenek. Doa Kakek dan Nenek selalu menyertaimu."
Kakek dan Nenek memeluk Yasa. Dan sebenarnya berat berpisah dengan cucunya.
"Yasa janji Kek, Nek. Akan belajar dengan bersungguh-sungguh, agar Yasa bisa membuat Kakek dan Nenek bangga." Yasa memegang tangan Kakek dan Neneknya, sebagai sebuah simbol perjanjian, bahwa dirinya akan pergi belajar ilmu bela diri di Padepokan Macan Putih.
Keesokan harinya.
Yasa pergi meninggalkan desa yang penuh kenangan indah bersama Kakek dan Neneknya.
Yasa pergi menuju Padepokan Macan Putih. Untuk belajar ilmu bela diri disana, dan Yasa juga menginginkan bisa mengalahkan Padepokan Black.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sela sahla
iya terima kasih atas dukungannya
2022-10-06
1
Adico
lanjutkan Kak terus semangat ya? 🙏🙏
2022-10-06
2
Adico
Jangan takut Nenek ,Nasib dan takdir seseorang bukan kita yang menentukan Hanya ALLOH .
2022-10-06
3