Taksi yang sebelumnya dipesan oleh Elizabeth akhirnya tiba dan Elizabeth sama sekali tidak menawarkan Alexander untuk naik taksi bersama dengannya.
Alexander tak mempermasalahkan apa yang Elizabeth lakukan padanya, lagipula arah mereka berlawanan satu sama lain.
“Tuan Alexander!” Salah satu bawahan Alexander rupanya datang menyusul.
Alexander bergegas masuk ke dalam mobil miliknya untuk segera sampai ke salah tempat persembunyian bawahannya.
“Apa ada pertumpahan darah?” tanya Alexander sembari mengganti pakaiannya dengan pakaian anti peluru.
“Geng Elang menculik beberapa rekan kami, Tuan. Kemungkinan, mereka tidak selamat.”
Alexander mengepalkan tangannya kuat-kuat dan meminta bawahannya untuk segera melajukan mobil ke tempat persembunyian tersebut.
***
Di sisi lain, Elizabeth telah sampai di restoran dan bergegas melakukan pekerjaannya.
“Elizabeth, ada apa denganmu kemarin? Tidak biasanya kamu tidak ada kabar. Untungnya, Bos tidak marah padamu,” ujar salah satu rekan kerja Elizabeth.
Elizabeth hanya tersenyum kecut dan melanjutkan pekerjaannya. Sangat tidak penting untuk memberitahukan pernikahannya yang aneh kepada orang lain.
“Hari ini giliran siapa yang libur?” tanya Elizabeth.
“Tidak ada,” jawab wanita dengan rambut yang di kucir kuda.
Gadis berusia 24 tahun itu tiba-tiba teringat dengan ucapan Alexander yang ingin mencari pekerjaan.
“Tidak. Lebih baik aku memikirkan cara untuk menemukan perjanjian sial*n itu. Lagipula, aku tidak ingin hidup dengan pria yang tidak memiliki apapun,” ujar Elizabeth bermonolog.
***
Alexander tiba di salah satu tempat persembunyian bawahannya yang ternyata sudah porak-poranda.
Mendapatkan kenyataan bahwa beberapa bawahannya di culik, Alexander tidak tinggal diam. Justru, apa yang telah Geng Elang lakukan terhadap bawahannya, akan membuat Alexander turun tangan dan hal itu tentu akan membuat Geng Elang menyesal seumur hidup mereka.
“Siapapun yang berani mengusik ku, tak akan pernah aku maafkan,” ujar Alexander.
Pria berusia 28 tahun bergegas menuju ruang rahasia untuk mengambil alat tempur.
“Kamu, kumpulkan beberapa anggota kita dan ikut aku!” perintah Alexander.
Setelah menunggu hampir 15 menit, mereka datang dan bersiap untuk ikut serta dalam melawan Geng Elang.
Jika sebelumnya Alexander pernah memberikan Geng Elang kesempatan, kali ini Alexander tidak akan mengampuni seorangpun. Sebab, Geng Elang telah berani mengusik tempat persembunyian bawahannya dan juga telah menculik Orang-orang nya.
Alexander menggerakkan jemari tangannya isyarat agar mereka segera berangkat.
Perjalanan menuju Geng Elang memakan waktu 2 jam dan selama perjalanan, Alexander memilih untuk tidur.
***
Malam hari.
Elizabeth memasuki rumah dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah.
“Dimana pria itu? Apakah dia belum kembali?”
Elizabeth bergumam sembari berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Berulang kali Elizabeth mencoba mencari solusi mengenai perjanjian yang sangat merugikan dirinya, akan tetap Elizabeth belum juga menemukan solusi untuk permasalahannya. Pernikahannya dengan Alexander, ibarat sebuah musibah yang terjadi berulang kali dalam hidupnya.
“Tidak. Mau bagaimanapun, aku harus menghancurkan perjanjian itu,” gumam Elizabeth.
Saat Elizabeth ingin masuk ke dalam kamar mandi, samar-samar Elizabeth mendengar suara seorang pria memanggilnya.
“Lady Elizabeth.”
Rupanya panggilan itu berasal dari Alexander yang baru tiba.
Elizabeth buru-buru keluar dari kamar untuk mengetahui alasan mengapa Alexander memanggil dirinya.
“Apa?” tanya Elizabeth ketus.
Alexander tersenyum lebar sembari menyerahkan roti tersebut kepada Elizabeth.
“Makanlah roti ini, bosku memberikan ini sebagai upah hari pertama aku bekerja,” ujar Alexander.
“What? Kamu sudah mendapatkan pekerjaan? Apa aku tidak salah dengar?” tanya Elizabeth yang tak percaya dengan pria di hadapannya.
Elizabeth memandang Alexander dengan tatapan terheran-heran dan tatapan penuh keraguan.
“Sudah. Aku mendapatkan pekerjaan di toko roti,” jawab Alexander dengan tangan yang masih memegang sebuah paper bag.
Elizabeth melenggang pergi kembali masuk ke dalam kamar tanpa ingin menerima roti pemberian dari Alexander.
Alexander tersenyum kecil melihat langkah Elizabeth yang berlalu pergi begitu saja.
“Yang seperti ini yang ku suka darimu, gadis penyelamat ku,” gumam Alexander.
Malam itu Alexander tidak langsung beristirahat, dikarenakan ada suatu hal yang harus Alexander pastikan. Tentu saja Alexander harus memastikan apakah rumah itu aman ataukah tidak. Sebab, Alexander tidak ingin ada suatu hal buruk yang menimpa istrinya tercinta.
Saat Alexander tengah memeriksa kondisi rumah dan sekitarnya, Elizabeth yang ingin mengambil air tak sengaja memergoki Alexander yang terlihat seperti pencuri.
“Apa yang sedang kamu lakukan di dapur ku?” tantan Elizabeth.
Alexander tersenyum sembari mengarahkan tangannya ke arah roti yang berada di atas meja.
“Aku hanya ingin meletakkan roti itu di atas meja,” jawab Alexander.
Elizabeth melirik ke arah meja dan tiba-tiba saja Elizabeth tergiur dengan roti tersebut.
Alexander terlalu peka dengan lirikan Elizabeth, tanpa berpikir Alexander pamit dari dapur untuk segera pergi ke kamarnya.
Elizabeth menoleh kecil ke arah Alexander untuk memastikan apakah Alexander sudah benar-benar pergi ataukah belum.
Senyum kecil di bibir Elizabeth menandakan bahwa ia harus segera membawa roti itu ke dalam kamar untuk mengganjal laparnya.
Alexander ternyata sedang mengintip apa yang dilakukan istrinya dan cukup bangga dengan dirinya sendiri, karena berhasil membuat Elizabeth menginginkan roti yang sengaja ia bawa pulang.
Elizabeth di dalam kamar nampak ragu-ragu untuk menyantap roti tersebut. Akan tetapi, keraguannya segera menghilang manakala perutnya berbunyi.
“Sudahlah, lebih baik aku makan saja. Lagipula, pria miskin itu membawakan roti ini untuk dimakan bukan?”
Tak berselang lama, Elizabeth berhasil menghabiskan roti tersebut.
“Lady Elizabeth.”
Alexander sengaja memanggil Elizabeth yang berada di dalam kamar.
Mendengar namanya di panggil, Elizabeth sama sekali tak menghiraukan panggilan tersebut. Baginya, sangat tidak penting untuk menjawab panggilan dari Alexander.
“Elizabeth!” Suara panggilan dari Kakek Arnold.
Elizabeth yang sedang merebahkan dirinya di tempat tidur, seketika itu bangkit dan membuka pintu kamarnya. Alasannya sudah sangat jelas, Elizabeth membuka pintu itu karena panggilan dari Kakek Arnold.
“Anda untuk apa datang kemari di waktu malam seperti ini? Lebih baik Anda keluar!” Elizabeth dengan tegas mengusir Kakek Arnold yang menyebalkan.
Kedatangan Kakek Arnold tentu tidak tanpa alasan. Beliau datang karena Alexander sengaja memanggil Kakek Arnold untuk datang ke rumah.
“Apa kalian tidak tidur bersama?” tanya Kakek Arnold dan tentunya itu sudah di rancang oleh Alexander.
“Jangan mencampuri kehidupan pribadiku. Bukankah Anda tahu kalau diriku menentang pernikahan yang merugikan ini?”
Setelah mengatakan kalimat tersebut, Elizabeth masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu kamar.
Alexander cukup terkejut dan semakin tertarik dengan sikap dingin serta kasar dari sosok Elizabeth.
“Pergilah!” perintah Alexander meminta agar Kakek Arnold segera pergi dari hadapannya.
Kakek Arnold begitu penurut, beliau pergi secepat mungkin keluar dari rumah tersebut.
Jangan Lupa Like ❤ Favorit ❤
Gomawo 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Andhika Putra Bagaskara
aku berharap tiap hari sllu up...!
2022-10-21
0
emake nabira 🌹
di mana alex sama eliza pertama kali bertemu?
kayaknya berkesan banget ya pertemuan mereka sebelumnya, bagi alex istrinya penyelamatnya? tapi kenapa eliza tidak mengenali alex? beda penampilan kah kemarin dan sekarang? sangat jauh berbeda kah sampai eliza tak mengenali alex? 🙄🤔
2022-10-18
1
Pieter Jelleer
lanjut thor
2022-10-18
0