Part 04

Elizabeth menggerakkan tangannya isyarat agar pria dihadapannya segera pergi menjauh.

Merasa harga dirinya diinjak-injak dengan penolakan Elizabeth, pria itu menarik pakaian yang dikenakan oleh Elizabeth hingga bagian pakaian tersebut sobek.

Bodyguard yang diperintahkan oleh Alexander, seketika itu turun tangan dan menghajar pria tersebut. Sontak saja, club yang seharusnya untuk bersenang-senang kini berubah menjadi tempat yang mencekam.

Semua pengujung panik dan berhamburan ke sana kemari berusaha meninggalkan club malam tersebut secepat mungkin.

Baku tembak pun tak terelakkan, Elizabeth beserta kedua temannya begitu panik. Mereka bertiga mencoba keluar dari club malam tersebut secepat mungkin. Meski begitu, para bodyguard tidak berani mengambil keputusan untuk langsung membunuh pria yang telah melecehkan istri Tuan mereka. Dikarenakan, semua keputusan tetap berada di tangan Alexander.

“Lady, mari ikut kami. Kami akan mengantarkan Lady untuk pulang, jangan takut kami sama sekali tidak ingin membahayakan Lady,” ucap seorang pria kepada Elizabeth.

Belum sempat menjawab, Jennie dan Rose justru masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.

“Elizabeth, tunggu apalagi? Ayo cepatlah masuk!” Jennie menarik tangan Elizabeth untuk segera masuk ke dalam mobil.

Di saat yang bersamaan, Alexander datang dengan pakaian serba hitam dan tak lupa Alexander mengenakan topi menutupi sebagian wajahnya agar tak dilihat oleh istrinya, Elizabeth White.

“Tuan, Lady Elizabeth telah kembali karena di dalam ada keributan,” tutur salah satu bodyguard dan menjelaskan secara detail mengenai apa yang terjadi.

Mendengar hal itu, Alexander tidak tinggal diam. Alexander meminta para bawahannya untuk membawa pria yang telah melecehkan istrinya ke hadapannya.

***

Di sebuah gedung kosong, Alexander duduk tepat di hadapan pria yang sebelumnya telah sengaja menarik pakaian istrinya hingga pakaian yang istrinya kenakan sobek.

Pria itu perlahan tersadar setelah dibuat pingsan oleh bawahan Alexander dan tak butuh waktu lama, pria itu mengenal sosok pria di hadapannya.

“Tuan.. Tuan Alexander..” Dengan bibir gemetar pria itu menyebut nama Alexander.

Alexander tertawa kecut mendengar namanya disebut.

“Rupanya kamu mengenali diriku,” ujar Alexander.

Alexander tersenyum menyeringai sembari mengelus lembut pistol yang berada di tangannya.

“Tuan Alexander, apa salah saya? Tolong jangan bunuh saya,” pinta pria itu dan bergerak dengan gaya ngesot menghampiri Alexander.

DORRRR!!!!!

Tembakan Alexander tepat sasaran, Alexander menembakkan peluru tersebut tepat di jantung.

“Bereskan mayat ini!” perintah Alexander dan melenggang pergi dengan pesonanya yang mematikan.

***

Elizabeth telah sampai di rumah dan ternyata pintu rumahnya tidak terkunci.

“Hai!” Elizabeth mencoba memanggil Alexander, karena belum tahu nama suaminya itu, Elizabeth hanya bisa memanggil Alexander dengan Hai dan Hai.

Karena tak mendapat sahutan dari Alexander, Elizabeth pun mengunci pintu rumah dan bergegas menuju kamar.

“Shit, kenapa banyak sekali masalah yang datang padaku. Semua ini karena Kakek tua itu,” ucap Elizabeth bermonolog.

Ingin sekali menangis, tapi Elizabeth tak ingin menyia-yiakan air matanya untuk meratapi hidupnya yang malang.

Gadis itu perlahan memejamkan matanya untuk segera beristirahat.

1 jam berlalu, Alexander akhrinya kembali ke rumah Elizabeth. Alexander sama sekali tak perlu repot untuk membangunkan Elizabeth, karena Alexander telah menyiapkan kunci cadangan untuknya.

“Kamu kenapa bisa masuk?” tanya Elizabeth mengira bahwa suara berisik yang dibuat oleh Alexander adalah pencuri.

“Maaf Lady, aku telah lancang membuat duplikat kunci rumah,” jawab Alexander.

Elizabeth yang kesal berjalan menghampiri Alexander dan mendorong bahu Alexander dengan cukup keras.

“Dengar baik-baik, jangan berpikir untuk tetap tinggal di rumah ini. Hanya karena pernikahan sial*n ini kamu bisa seenaknya keluar masuk rumah ini. Ingat baik-baik, aku akan berusaha mengambil perjanjian asli itu dan menghancurkannya. Agar kita bisa secepatnya bercerai,” pungkas Elizabeth yang geram dengan sosok Alexander yang terlihat lemah untuk seorang pria.

Alexander lagi-lagi memilih untuk diam dan hanya mendengarkan setiap kata demi kata yang dilontarkan oleh mulut Elizabeth. Bagi Alexander, Elizabeth tengah mengucapkan kata-kata yang teramat merdu.

“Sudahlah, pria seperti kamu tidak akan mengerti apa yang aku katakan,” ujar Elizabeth.

Elizabeth pun pergi dengan perasaan jengkel yang menyelimuti hatinya.

***

Pagi hari.

Elizabeth membuka matanya lebar manakala hidupnya yang mancung mencium aroma masakan. Karena penasaran, Elizabeth berlari keluar dari kamarnya untuk memeriksa apakah indera penciuman nya masih berfungsi ataukah tidak.

Elizabeth mengernyitkan keningnya ketika melihat Alexander yang sibuk memasak di dapur.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Elizabeth dengan ketus.

“Rupanya kamu sudah bangun, ayo kita sarapan bersama!”

Meskipun lapar dan aroma masakan yang dibuat oleh Alexander menggugah selera, Elizabeth memilih untuk tidak sarapan.

“Tidak perlu, lagipula aku tidak bisa sarapan. Oya, nama mu siapa?” tanya Elizabeth dingin.

“Alexander,” jawab Alexander dan tersenyum ramah pada Elizabeth.

Elizabeth masih menatap Alexander dengan tatapan dingin.

“Kamu sarapan lah terlebih dahulu, sayang sekali bila makanan ini terbuang percuma,” ujar Alexander berharap Elizabeth mau menikmati sarapan yang dengan ia buat untuk Elizabeth seorang.

“By the way, kamu kapan membeli bahan makanan ini dan siapa yang memberikan kamu uang? Bukankah kamu tidak memiliki uang.”

“Kakek Arnold pagi tadi datang kemari dan memberikan semua bahan makanan ini,” jawab Alexander.

“Apa aku tidak salah dengar? Kakek tua itu memberikan bahan makanan kemari?”

Elizabeth tentu saja terheran-heran, karena itu bukanlah sifat asli dari Kakeknya.

“Sebenarnya apa yang dinginkan oleh Kakek tua itu? Sudah membuatku menderita dan sekarang malah berpura-pura baik padaku.”

Elizabeth mengambil semangkuk salad dan melemparnya hingga pecah berkeping-keping.

“Jangan pernah memberikan aku makanan ataupun segala sesuatu yang diberikan oleh Kakek Arnold. Meskipun dia kakek ku, aku akan selalu membenci dirinya,” tegas Elizabeth yang begitu marah.

Sudut bibir Alexander tersenyum kecil melihat bagaimana galaknya Elizabeth. Hal itu membuat Alexander semakin bahagia dengan pernikahannya.

“Gadis seperti inilah yang aku cari selama ini, selain cantik dia juga sangat menarik. Sangat cocok denganku,” ujar Alexander.

Elizabeth telah kembali ke kamarnya dan bersiap-siap untuk pergi bekerja.

Alexander memungut pecahan mangkuk yang disebabkan oleh istrinya.

Ponsel Alexander bergetar di dalam celananya, saat itu juga Alexander bergegas menerima panggilan dari salah satu bawahannya.

“Tuan Alexander, ada hal yang harus Tuan tangani secara langsung. Geng Elang tiba-tiba datang ke salah satu persembunyian kami dan membuat keonaran di sana.”

Alexander memutuskan sambungan telepon dan bergegas untuk pergi memberi pelajaran kepada Geng Elang yang dengan kurang hajar membuat keonaran di salah satu tempat persembunyian bawahannya.

“Kamu mau kemana?” tanya Elizabeth yang kebetulan ingin berangkat kerja.

“Aku ingin pergi mencari pekerjaan,” jawab Alexander.

Elizabeth mengangkat kedua bahunya bersikap acuh tak acuh kepada Alexander yang ingin pergi mencari pekerjaan.

Favorit ❤

Terpopuler

Comments

hana

hana

kapan up lagi thor

2022-10-09

1

Pieter Jelleer

Pieter Jelleer

lanjut thorrr

2022-10-06

0

🍃yanni🍃

🍃yanni🍃

sungguh dunia sudah, terbalik ada ya laki kea gtu. seperti kekurangan tantangan gtu🤔

2022-10-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!