Tanpa menaruh curiga ia masuk kedalam ruangan bosnya menyusul asisten Rangga. Pertama yang ia lihat wajah tak ramah dari sang CEO.
Apa yang terjadi, apa ia telah melakukan kesalahan, dari wajahnya ini pasti tidak sesederhana kelihatannya.
"Keluarlah! " ucapnya dengan suara yang tegas pada asistennya, membuat siapa saja merinding mendengar suaranya. termasuk wanita yang sedang berdiri di hadapannya.
Hanya dengan anggukan Rangga segera meninggalkan ruangan bosnya.
Semoga kau baik baik saja nona.
Hening. Tidak ada yang membuka suara, Naya hanya menunduk dia tidak berani melihat ke arah bosnya. Harry terus menatapnya dengan banyak pertanyaan di kepalanya apa benar wanita lemah di hadapannya ini adalah pelakunya. Ia juga tidak yakin tapi ia kembali teringat berwajah polos itu kebanyakan penipu.
"Kenapa?" tanyanya tanpa menjelaskan apa yang terjadi, dengan maksud agar Naya mau menjawab dengan jujur.
"Maksudnya Tuan? " mendongakkan kepalanya dengan berani menatap bosnya yang sedang dikuasai amarah. "Saya tidak mengerti tuan"
"Kau benar benar berwajah polos" memejamkan matanya sejenak. "Buka topengmu, buang kepolosanmu itu. Apa tujuanmu merusak sistem keamanan perusahaan ini"
"Saya tidak mengerti tuan. Saya baru bekerja disini, saya hanya bagian keuangan tuan.
Tertawa meremehkan keluar dari mulutnya. "Mungkin kau harus diberi ketegasan, untuk mengakui kejahatan yang telah kau lakukan"
Naya menggelengkan kepalanya. "Sungguh tuan saya bukan pelakunya"
Harry menghubungi asistennya. Beberapa menit kemudian datang dengan beberapa petugas keamanan.
"Cepat bawa dia, aku ingin kasus ini diselesaikan dengan jalur hukum"
"Tuan, tuan saya mohon jangan lakukan itu" Naya memegang tangan Harry, air matanya sudah meluncur melewati pipi mulusnya. "Saya tidak tahu tuan, saya tidak melakukannya, sungguh tuan, saya memerlukan pekerjaan ini, saya tidak mungkin berhianat" tangisnya mulai terdengar. "Tuan, tuan, saya mohon" tangisannya semakin menjadi memenuhi seluruh ruangan itu.
"Bawa dia"
"Baik bos"
Sebelum melangkah keluar ponsel Rangga berbunyi, ia mengangkatnya terlebih dahulu karena itu dari petugas IT.
"...... "
"Hemmm" mematikan ponselnya kemudian meletakkannya kembali ke dalam saku jasnya.
"Bos, ada alamat lain yang ditemukan, dan itu alamat asli yang meretas sistem keamanan perusahaan, dan untuk alamat nona Naya hanya digunakan untuk pengalihan saja"
Seketika wajahnya berbinar "Benarkah tuan, saya tidak bersalah, saya masih bisa bekerja disini tuan" tangisnya langsung mereda mendengar kabar itu.
"Ya" jawab Rangga singkat.
Cepat sekali tangisannya berhenti.
"Tuan apa saya masih boleh bekerja disini?" bertanya pada Harry. Hening. lama sekali mau menjawab. Naya masih menatapnya, harap harap cemas dengan apa yang akan keluar dari mulut seksi itu.
"Hemmm.... "
"Terima kasih tuan" ucapnya sambil tersenyum senang.
Deg
Senyuman itu
Harry masih menatapnya, dengan tatapan entah apa artinya, seolah ia teringat sesuatu, tapi apa.
"Saya kembali bekerja dulu tuan" ucapnya sambil tersenyum lagi, yang menimbulkan getaran aneh pada tubuh pria di hadapannya.
"Hemmmm"
Setelah Naya pergi dari ruangannya, ia melihat Rangga.
"Cari tahu siapa dia sebenarnya, besok pagi informasi itu harus sudah ada"
"Ok bos, dan untuk sistem keamanan, dari pihak luar sudah menyerah, sistem sudah kembali seperti semula, ini aneh, apa tujuannya sebenarnya?"
Harry kembali duduk di kursi kebesarannya tanpa menghiraukan perkataan Rangga.
Senyuman itu terasa tidak asing, aku pernah melihatnya tapi dimana. Gadis itu. Apakah dia gadis itu, penampilannya berubah. Tapi kenapa?
Banyak pertanyaan yang muncul dikepalanya, kalau benar Naya adalah gadis kecil yang selama ini ia cari, berarti dia sungguh bodoh tidak menyadari keberadaannya.
*
*
Dirumah kontrakan
"Aku harus tampil sebagai siapa ya, bingung juga punya dua identitas, haruskah sebagai Yara atau Naya" setelah lama berpikir akhirnya ia memutuskan untuk memakai kacamata tebalnya dengan rambut kepang satu agak berantakan sedikit. Memakai pakaian sederhana, kaos kedodoran dan celana kain biasa, jauh dari kata modis.
"Begini juga bagus" melihat pantulanya pada cermin, memuaskan pikirnya.
Ia segera memasuki taksi yang sedang berhenti di depan gerbang rumah tetangga, taksi itu membawanya menuju ke restoran untuk bertemu dengan pamannya. Ia sampai terlebih dahulu, memilih meja yang agak kedalam biar tidak terlalu mencolok, tanpa ia sadari ada dua pasang mata sedang memperhatikannya.
Dalam 10 menit paman Jody datang dengan mengecup keningnya sembari duduk di depan Naya.
"Sudah lama sayang" tanya paman sembari menyuapi Naya makanan yang ada diatas meja, ya Naya tadi langsung memesan cemilan untuknya dan paman Jody, untuk makanannya nanti saja kalau sudah lapar.
"Lumayan lama, paman terlalu lama. Nih cemilannya hampir habis"
"Kau memang memesan sedikit, pelit sekali, mentang mentang jadi karyawan sekarang sudah jatuh miskin" kemudain mereka terbahak bersama tanpa memperhatikan keadaan sekitar.
"Paman? "
"Hemmmm" sambil mengunyah makanannya.
"Paman kan yang melakukannya" tuduh nya, ia yakin pamannya yang mampu untuk melakukan itu.
"Melakukan apa? paman tidak melakukan apa - apa"
Melihat pamannya dengan tatapan yang tak bisa diartikan kemudian ia menganggukkan kepalanya.
"Paman ketahuan berbohong" tebaknya asal ia ingin menjebak pamannya. " Telinga kanan paman bergerak dua kali"
"Benarkah, paman baru mendengarnya, apa iya telinga paman bergerak sendiri" sambil memegang telinga kanannya sedangkan Naya senyum senyum sendiri melihat tingkah pamannya. Ternyata seorang Jody mudah juga ditipu.
"Kenapa paman merubah rencana awal?"
"Itu terlalu beresiko sayang, paman tidak mau kamu terluka hanya ingin dekat dengan bos aroganmu itu, masih banyak cara yang lain, salah satunya seperti kemarin" melihat Naya sambil menaik turunkan alisnya.
"Paman tahu aku harus membayarnya dengan apa?" ia mengatakannya dengan mata hendak keluar.
"Dia mengajakmu tidur bersama"
"Ihh.. pikiran paman kotor sekali. Air mata Paman" mengucapkannya penuh dengan penghayatan dan penekanan sambil memegang mata turun ke pipi. " Aku harus terus menangis dan memohon paman agar dia tidak memecat ku paman, aku benar benar seperti pemeran wanita yang teraniaya paman " ucapnya penuh drama.
"Apa aktingmu sebagus itu"
"Paman terlalu meremehkan seorang Naya"menepuk dadanya dua kali menyombongkan diri sendiri.
" Oh ya, paman ingin memberitahumu"
"Apa?"
"Dari tadi bos aroganmu memperhatikanmu"
"Maksud paman?" masih berpikir. " Dia ada disini?"
"Mungkin dia mengira paman sugar daddymu. Tatapannya tajam sekali setajam silet"ucap paman tertawa melihat ekspresi gadis yang sudah tumbuh menjadi wanita yang cantik.
" Dia dimana paman? "
"Dibelakang sebelah kanan, dia bisa melihatmu dengan jelas"
"Apa aku harus menyapanya paman, dia belum meminta maaf untuk yang kemarin" melihat paman yang mengedikkan bahunya. "Ah... pura - pura tidak lihat saja"
"Sudahlah, kalau dia nakal pacari saja" Menepuk tangan pamannya. "Kenapa? dia sangat tampan, kalian juga memiliki sifat yang sama, sama sama arogan"
"Paman!!" memanyunkan bibirnya. " Aku pulang saja"
"Tidak makan dulu"
"Delivery aja ntar"
"Oke, paman akan mengantarmu" segera bangkit mengejar Naya yang sudah berdiri terlebih dahulu meninggalkannya
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kenapa kalau penampilan culun itu identik dgn pembuly an..?
2023-12-21
0
buku besar
semangat
2023-08-30
0