Nessa duduk di depan koperasi sekolah sembari menunggu Vella yang mengikuti mata pelajaran agama Kristen karena letak kelasnya berdekatan dengan koperasi. Di depan koperasi pun terdapat tempat duduk dengan kursi panjang dan membentuk segi empat, di tengah-tengah terdapat meja.
Sebagian siswa-siswi sudah pulang ke rumahnya dan hanya ada beberapa saja dan tentunya para staff guru yang mengajar.
Tak
Nessa menoleh saat telinganya mendengar suara barang diletakkan, dan gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara.
"Pak Dimas?" liriknya meneliti. Entah kenapa panggilan itu tiba-tiba keluar dari mulutnya, baginya panggilan tersebut lebih mudah diucapkan.
Nessa hanya diam saja melihat guru barunya terlihat kelahan dan tampak memejamkan kedua matanya serta kepala mengadah ke atas.
Perlahan kedua kelopak mata itu terbuka dan tampak ekspresi kagetnya saat melihat Nessa ada di dekatnya.
"Eh! Kamu?"
Nessa hanya mengangguk sambil tersenyum menanggapi.
"Belum pulang?" tanya Pak Endi menyadari sekolah sudah mulai sepi, hanya tersisa staff guru saja dan satu kelas yang masih berlangsung.
Gadis itu menggeleng, "Belum, Pak. Saya menunggu Vella, dia masih ada kelas."
"Owh, baiklah."
"Bapak juga belum pulang?" tanya balik Nessa.
"Iya, sebentar lagi saya akan pulang."
"Jangan lama-lama, Pak. Sekolahnya angker." celetuk Nessa bercanda. Mengobrol dengan guru baru tersebut nyatanya sedikit menyenangkan. Sayang, banyak siswa-siswi yang membul*lynya.
Pak Endi terkekeh pelan mendengar lelucon Nessa. "Emangnya ada ya sekolah angker?"
"Ada loh, Pak. Bapak gak tau ya? Dulu tuh sekolah ini pernah kerasukan massal, soalnya tuh ada pohon beringin di depan 10."
Pak Endi hanya mengangguk saja, lagipun benar juga, terdapat pohon beringin berukuran besar terletak di depan kelas 10."
"Pak, saya mau tanya. Tapi, Bapak jangan tersinggung ya dengan pertanyaan saya nanti?" ujar Nessa.
"Silahkan, mau tanya apa?"
"Bapak gak marah dije*lekin terus sama anak-anak lain?" tanya Nessa berhati-hati takut melukai perasaan gurunya.
"Kenapa saya harus marah? Memang itu faktanya bukan?" jawab Pak Endi tersenyum simpul.
"Tapi kan, Pak... harusnya Bapak harus lebih tegas lagi. Kalau dibiarin pasti mereka bakal ngelunjak, Pak."
"Tidak apa-apa. Mungkin mereka hanya butuh waktu untuk menerima kehadiran saya."
"Bapak gak berniat buat ngerubah penampilan? Maaf, Pak." cicit Nessa pelan.
Pak Endi menggeleng. "Biarkan saja, lagipula saya nyaman dengan penampilan yang sekarang."
Nessa terdiam. ia tidak bisa membayangkan kalau dirinya ada di posisi Pak Endi. Gurunya itu begitu kuat, tegar, dan sabar.
🌼🌼🌼
"Vell, gue kasian deh sama Pak Dimas." ucap Nessa di dalam perjalanan. Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya Vella pun selesai dengan kelasnya.
"Pak Dimas?" beo Vella yang diboncengi Nessa.
"Pak Endi maksdnya." ralat gadis itu membuat Vella mengangguk paham.
"Iya, gue juga kasian. Emangnya gak niat ya dia ngerubah penampilannya. Biar enak diliat gitu, Nes, trus biar gak dijelekin anak-anak lain."
"Hust! Jangan gitu, Vell. Mungkin itu udah jadi jati dirinya. Gak mungkin kan kita maksain dia buat berubah?"
Vella manggut-manggut, benar juga apa yang dibilang Nessa.
"Eh ya, Nes. Gue cuman mau bilang ke elo kalo besok gue gak masuk sekolah."
"Lah kenapa?" tanya Nessa terkejut, gadis itu pun menekankan laju motornya.
"Gue ada acara keluarga di luar kota. Gak pa-pa kan gue tinggal? Semoga aja acaranya cepet kelar."
Terlihat raut ketidakrelaan Nessa, gadis itu sedih karena hanya Vella yang menjadi sahabatnya. Tapi, tidak mungkin kan ia melarang kepergian Vella.
"Gak pa-pa kok, Vell. Cepet balik ya? Nanti gue kangen gimana? Trus juga kalo berangkat sama pulang sekolah gue sendirian dong." ucap Nessa manyun.
Vella hanya terkekeh kecil. "Tenang aja, gak bakalan lama kok palingan 5 hari paling lambat. Mama sama Papa gue juga udah izin kok ke pihak sekolah."
"5 hari?" tanya Nessa dengan nadanya.
Vella mengangguk.
"Gitu banget dah, katanya bentar lah ini sampe 5 hari."
"Jangan nangis dong, Nes. Gak bakalan ngilang juga kan? Lebay banget sih lo." balas Vella tertawa sambil menahan sedih. ia juga sedih karena harus berpisah dengan Nessa padahal hanya 5 hari saja.
"Ya udah ya udah, gini deh, gimana kalo malam ini gue nginep di rumah lo? Kita abisin waktu bareng. Mau gak? Tapi, dini hari gue udah harus pulang ke rumah." tawar Vella berusaha menghibur.
"Ya udah iya, dari pada enggak kan." jawab Nessa setuju dengan tawarannya.
"Nah cakep, jangan nangis ntar lo tambah jelek."
Di depan sana, Nessa memasang wajah masamnya.
🌼🌼🌼
Sudah diputuskan Vella akan ke rumahnya nanti sore. Nessa pun berberes lalu mengatakan kepada Mbok Jum agar menyiapkan berbagai macam makanan untuk mereka nanti.
Ting tong
Bel rumahnya berbunyi, dengan cepat Nessa membukakan pintu.
"Lah, kok Papi sama Mami sih yang dateng?" ujar gadis itu dengan alis bertaut.
"Heh! Kamu maunya siapa yang datang?" hardik Papi Ibra sambil berkacak pinggang di hadapan putrinya. Sementara Mami Hana hanya diam menyimak mungin efek capek jadinya tidak banyak bicara.
Nessa tersenyum menyengir sambil menggaruk kepalanya tidak gatak lalu menatap Papinya dengan ekspresi manisnya.
"Hehe, Nessa kira tadi Vella loh. Soalnya Vella mau ke sini mau nginap juga. Boleh kan, Pi, Mi?"
Mami Hana maju mendekat lalu merangkul pundak Nessa sambil mengajaknya masuk ke dalam rumah, tidak baik kan mengobrol di ambang pintu.
"Boleh, Sayang. Emangnya kenapa? Kok kayak keliatan sedih gitu mukanya?" tebak Mami Hana dengan insting seorang Ibu.
"Mami tau aja, Vella tuh besok gak masuk sekolah, katanya ada acara keluarga dan di sana tuh 5 hari."
"Oalah gitu, ya udah tunggu aja paling bentar lagi dateng kok. Kamu udah makan?" tanya Mami Hana.
Nessa pun mengangguk. "Mami pasti belum makan ya? Trus capek juga. Ya udah, Mami istirahat aja di kamar."
"Ekhem... yang dibelakang ini gak disapa? Punya anak kok gini banget sama Papinya." sindir Papi Ibra berdiri di belakang mereka.
"Eh! Ada Papi ternyata, Nessa kira Papi udah masuk kamar, hehe." Nessa menyengir sekali lagi membuat Papi Ibra merotasikan kedua bola matanya sempurna.
"Yahh yahh, jangan ngambek dong. Nessa ke kamar aja deh kalau gitu. Mami, jangan lupa bujuk Papi ya? Bahaya kalo ngambek ntar uang jajan Nessa dipotong lagi." gadis itu langsung ngacir ke kamarnya meningggalkan kedua orang tuanya yang hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putri semata wayangnya.
🌼🌼🌼
Pukul lima sore Vella sampai di rumah Nessa. Keduanya tampak banyak menghabiskan waktu bersama. Sampai waktunya malam, mereka tampak berada di halaman rumah Nessa.
"Eh, Nes! Ini dagingnya kurang mateng ya?" tanya Vella sambil mengangkat daging panggang yang sudah ditusuk pakai tusuk sate.
Nessa mendekat, meneliti daging ayam yang akan mereka jadikan sate, ada juga daging sapi yang masih dipanggang.
"Mana? Oh iya, masih belum, mungkin bentar lagi mateng tuh."
Vella mengangguk menurut.
Malam ini keduanya menghabiskan waktu dengan acara bakar-bakaran, tapi bukan bakar-bakaran rumah ya.
"Papi? Itu bumbunya udah siap belum?" teriak Nessa melihat ke arah Papinya yang menjadi korban mereka. Tampak pria satu anak itu hanya mengeluarkan ekspresi pasrah dijadikan sebagai babu oleh putrinya sendiri.
"Bentar lagi, Sayang." jawab Papi Ibra sibuk mengulek bumbunya.
"Ini yang buat bumbunya kok Papi sih, Mi? Harusnya tuh Mami, perempuan, lah ini laki-laki disuruh bikin bumbu, ya mana tau." adu Papi Ibra mengeluh kepada istrinya yang sibuk membuat minuman.
Mami Hana hanya terkikik pelan. "Latihan jadi Kakek yang baik, Pi, buat cucunya nanti." balas Mami Hana melenceng topik membuat Papi Ibra semangat seketika.
"Nes, tuh Papi sama Mami lo ngomongin apa sih? Mana ketawa-ketawa gitu sambil liatin lo mulu." bisik Vella takut terdengar.
"Mana gue tau. Biarin lah, biasa orang tua pasti bahasnya halu." jawab Nessa mengangkat bahunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
dyve
pohon*
2023-04-06
1
❤️⃟Wᵃf Zhang zhing li♚⃝҉𓆊
orang tua nessa pasti lagi happy ngomongolin dirinya
2022-10-30
0
༄༅⃟𝐐Vee_hiatus☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
haduwww ada-ada saja kelakuan ortunya nessa
2022-10-30
0