Pukul setengah lima dini hari Nessa terbangun lantaran alarmnya terus berbunyi. Dengan malas gadis itu beranjak bangun lalu memasuki kamar mandinya untuk bersih-bersih.
Tepat saat sudah berpakaian lengkap, pintu kamarnya diketuk. Nessa segera membukakan pintu kamarnya.
"Ayo, Sayang!" ujar Mami Hana menyeru lengkap dengan mukenanya.
"Bentar, Mi. Nessa ambil mukena dulu di dalam."
Mami Hanya mengangguk dan menunggu Nessa di luar kamar.
"Yuk, Mi! Papi?"
"Papi udah nungguin dari tadi." jawab Mami Hana membuat Nessa manggut-manggut.
Singkat cerita, kini anggota keluarga itu sudah selesai beribadah. Dan sekarang masih belum beranjak sama sekali dari tempatnya.
"Sekolah gimana?" tanya Papi Ibra.
"Alhamdulillah lancar, Pi."
"Bentar lagi mau semester 2. Kamu harus belajar yang giat ya? Nanti kalau udah lulus mau lanjut ke mana?"
"Mmm... belum tau, Pi. Nessa pikir-pikir dulu deh."
Tiba-tiba Mami Hana mengusap kepalanya yang masih terbalut mukena.
"Belajar yang giat, tingkatkan prestasinya, ingat... Mami sama Papi selalu mendukung keputusan kamu. Kalau nanti lanjut pendidikan di negeri orang, ingat pesan Mami Papi ya? Jaga sikap, jaga sifat, ingat kami yang selalu menunggu. Mami Papi gak berharap kamu mengikutinya jejak kami, itu semua ada di kamu, Sayang."
Mata Nessa sudah berkaca-kaca. Sungguh. Orang tuanya tidak memaksakan kehendak mereka.
"Pasti, Mi, Pi. Nessa selalu ingat pesan Mami Papi. Terima kasih udah jadi orang tua yang baik, bertanggungjawab, serta sayang sama Nessa. Nessa beruntung banget punya orang tua seperti Mami Papi."
"Sama-sama, Sayang. Kami sebagai orang tua juga beruntung memiliki anak seperti kamu. Maaf kalau kami belum bisa menjadi orang tua seperti yang kamu inginkan."
Nessa menggelengkan kepala, lalu tanpa aba-aba langsung memeluk Maminya dan diikuti Papinya yang selalu menjadi tameng bagi keduanya.
"Sssttss! Jangan nangis lagi, Sayang. Sekarang siap-siap ya? Kan mau sekolah, Mami sama Papi juga harus kerja."
Nessa melepaskan pelukannya lalu menyeka air matanya. Kemudian mengangguk.
🌼🌼🌼
Pagi hari seperti biasa, kali ini Nessa dijemput oleh Vella.
"Semangat belajarnya ya?"
Nessa mengangguk kepalanya mendengar perkataan orang tuanya.
Gadis itu langsung keluar menemui Vella yang menjemputnya.
"Sorry, lama." ucap Nessa. Vella hanya mengangguk sambil menyodorkan helm kepada Nessa. Keduanya segera berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Vella langsung memarkirkan motornya.
Keduanya berjalan beriringan menuju kelas.
"Eh ya! Semalam lo liat kan di grup kelas? Katanya Pak Santo udah diganti dengan guru baru, apa mungkin guru baru itu ya?" tebak Vella yang hanya dibalas gedikan bahu Nessa. Pak Santo adalah guru yang mengajar mata pelajaran agama.
"Kalau iya ya terima aja sih. Kasian tau ga, semuanya pada ngejelekin." balas Nessa.
"Gue enggak ya. Mereka aja tuh, emang ya kalo mulut tuh gak bisa direm."
Sesampainya di kelas, mereka sudah melihat kehebohan teman-temannya yang lain. Sudah jelas mereka membicarakan tentang guru baru yang akan mengajar mereka itu. Bagi siswa yang nakal, terlihat mereka seperti merencakan sesuatu.
Tringgggggg
Bel masuk berbunyi. Kelas pun tidak seribut tadi, hanya ada suara beberapa siswa-siswi yang terlihat berdiskusi entah apa itu.
Jam pelajaran pertama dan kedua mereka lewati dengan aman, dan lanjut ke jam pelajaran keempat dengan mata pelajaran agama islam.
Vella yang tidak berkepentingan diperbolehkan keluar kelas, namun rupanya gadis itu memilih berada di dalam sembari berleha-leha alias tertidur.
"Assalamu'alaikum."
Seketika ruangan kelas itu sunyi. Tidak ada yang berani bersuara, lebih tepatnya mereka tercengang melihat guru yang masuk tersebut.
Sesaat kemudian, ribut pun dimulai.
"Ekhem... Assalam'alaikum semuanya. Perkenalkan saya guru agama Islam yang baru yang akan mengajar di kelas 12 ini. Nama saya Dimas Endi Rey. Kalian boleh panggil saya Pak Endi."
"Di pertemuan pertama ini, saya tidak akan langsung mengajar. Namun, saya akan mengajak kalian berkenalan terlebih dahulu dan mungkin nanti ada yang ingin bertanya."
"Baiklah saya akan mengabsen satu per satu siswa-siswi di kelas ini."
"Andika Saputra!"
"Saya."
"Amira!"
"Saya."
"Cinta Kumayanti."
"Saya, Pak."
Setelah beberapa nama disebutkan kini giliran absen Nessa.
"Nessa Ibrahim Halana."
"Hadir, Pak." jawab Nessa mengangkat tangannya.
"Vella Trialuvitaa."
"Hadir."
"Kamu non-Islam?"
Vella hanya mengangguk sebagai jawaban.
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya satu per satu nama sudah disebutkan.
"Baiklah. Mungkin ada yang ingin ditanyakan dari saya?"
"Pak, Pak. Bapak kok mirip Kakek saya yang pake kacamata?"
"Rambut bapak kok lucu ya."
"Hahaa iya tuh, rambutnya kayak Kakek Kakek yang biasa nyisirin cucunya."
"Ehh! Eh. Sepatunya juga kegedean, an*jir. Haha."
Masih banyak macamnya terdengar ditelinga Nessa.
Sedangkan yang diejek tersebut hanya tersenyum menanggapi sambil membetulkan letak kacamatanya yang terlihat kebesaran, sangat tidak cocok untuk ukuran matanya. Memakai baju yang kebesaran, celana bahan kebesaran, sepatu kebesaran. Dan rambutnya yang di sisir begitu rapi menyerupai seperti anak-anak. Pantas saja siswa-siswi satu sekolah menjelekkannya.
"Ekhem. Mungkin itu sudah cukup ya perkenalan kita. Baiklah, silahkan kalian buka saja buku halaman 34 dan buat rangkuman beserta tulisan arabnya. Dari halaman 34-50 ya? Nanti selesai istirahat harus sudah ada di meja saya."
"Gila! Katanya belum masuk materi! Mana banyak banget lagi."
"Dih! Guru cupu!"
"An*jing lah! Gak mau ngerjain gue. Ngapain juga dikerjain ntar ujung-ujungnya juga gak bakalan dinilai. Mending ngegame ya gak ya?"
"Wah! Iya. Boleh tuh idenya."
Masih banyak lagi.
Yang tidak mengejek hanya ada beberapa termasuk Nessa dan Vella.
Sementara itu, Nessa terlihat iba. Ingin membela tapi percuma. Dapat Nessa lihat raut wajah Dimas Endi Rey yang jadi guru mata pelajaran agama Islam tersebut. Wajahnya tersenyum, namun Nessa tau dibalik senyumnya itu menahan seribu amarah, sabar, dan campur aduk.
Nessa menoleh ke belakang di mana Vella juga melihat dirinya. Seakan tau, Nessa kembali ke posisinya dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan. Dari halaman 34-50 bukan? Dan itu hanya meringkas bukan mencatat semuanya, bahkan kalau diringkas terlihat sedikit bagi yang pandai mengambil bagian-bagian inti dari materi tersebut.
Nessa tampak fokus dengan tugasnya. Tersisa dua jam pelajaran lagi dan Nessa yakin tugas itu akan selesai. Gadis itu tidak mengeluh.
"Alhamdulillah." ujarnya lega karena tugas itu selesai. Nessa meregangkan jari-jarinya yang terasa pegal. Dan kebetulan saat itu juga bel istirahat berbunyi dan jam pelajaran pun usai.
"Baik anak-anak. Tugasnya silahkan dikumpulkan."
Nessa menoleh ke arah teman-temannya yang terlihat acuh. Dan menoleh ke arah teman perempuannya yang satu server dengan dirinya. Mereka mengangguk dan bangkit dari duduknya sambil membawa buku tugasnya.
"Tugas Amira, Pak!"
"Fitri, Pak."
"Cinta."
"Tugas saya, Nessa, Pak." ujar Nessa memberikan buku tugasnya.
Hanya ada tujuh. Ya, tujuh. Tujuh orang yang hanya mengerjakan tugas dari jumlah 36 siswa. Sangat wow bukan?
"Baiklah. Silahkan istirahat!"
Dan kelas pun kosong. Hanya menyisakan Pak Endi, Nessa, Vella, dan tiga orang lainnya.
"Kamu!" tunjuk Pak Endi ke arah Nessa.
"Saya, Pak?" tanya Nessa kebingungan.
"Iya, bisa tolong bawakan tugas temannya ke meja saya?" pinta Pak Endi yang sudah repot membawa barang-barangnya.
"Baik, Pak."
"Vell, ayok!" bisik Nessa masih terdengar.
"Hah! Paan?" bel Vella.
"Ck! Temenin! Kita langsung ke kantin. Ayok cepetan!"
"Haha. Oke oke." balas Vella dengan cepat bangkit.
Keduanya pun keluar dari kelas dengan Nessa membawa buku tugas dan disampingnya ada Vella sementara Pak Endi berjalan di depann.
"Psttt! Beneran ini lo disuruh?" bisik Vella pelan.
Nessa hanya mengangguk tanpa suara.
"Kebangetan banget mereka." geram Vella ikut merasakan sedih.
Nessa hanya diam tidak menanggapi.
"Pak Endi!" panggil Vella tiba-tiba membuat sang pemilik nama langsung berhenti mendadak.
Duk
"Aduh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Aℓιѕуα Ƶαναηуα
pertanyaannya kebanyakan unfaedah semua🤣
2022-10-30
1
ᖴαуѕнα
Nessa beruntung punya keluarga yg harmonis
2022-10-30
1
Zhou Zhi lou
bersyukur sekali punya orang tua yang pengertian walaupun sibuk tapi masih menyempatkan waktunya untuk Nessa
2022-10-30
1