BAB 5

Waktu berlalu terasa lama bagi Revan dan urusan di Singapore akan memakan waktu yang lama. Revan merebahkan tubuhnya di ranjang dan membuka ponselnya dan membaca pesan singkat dari Nara beberapa hari yang lalu.

~ from : Nara

14.30

Apakah kau sudah sampai di singapore?

~ from : Nara

19.00

Bagaimana pekerjaan mu? Kau sudah makan?

Semua pesan yang dikirimkan Nara hanya di baca oleh Revan. Sebenarnya Revan ingin membalasnya namun di urungkan niatnya.

Revan melihat jam dinakas kamar hotelnya. Waktunya untuk meeting bersama klien dari Jepang.

Tanpa diduga Revan bertemu dengan wanita dari masa lalunya. Wanita itu adalah sekertaris dari kliennya. Suasana hatinya semakin buruk karena harus berlama-lama satu ruangan dengan wanita itu. Revan berusaha untuk profesional dalam bisnisnya dan menandatangi kotrak dengan perusahaan dimana wanita itu bekerja otomatis mereka akan sering bertemu mulai sekarang.

Meeting telah selesai semua kliennya telah meninggalkan ruang meeting namun, tidak dengan Revan kini dia duduk dan menyadarkan kepalanya pada sadaran tempat duduknya menatap kosong ke langit-langit lalu menutup matanya. Tiba-tiba Revan merasakan ada tangan memijat dengan lembut kepalanya.

“Natali, apa yang kau lakukan.” Revan membuka matanya dan menepis tangan Natali

“Aku merindukanmu, beb.”

“Cih.. mengelikan. Aku sudah menikah jangan membuang waktumu untuk menggangguku.”

“Aku tahu itu, bahkan berita pernikahan mu di beritakan di berbagai media cetak maupun elektronik.”

“Pergilah. Aku harap hubungan kita hanya sebatas kerja sama bisnis jangan kau campur dengan masalah pribadi.”

“Beruntung sekali wanita yang menjadi istrimu, memiliki suami yang kaya raya dan tampan sepertimu. Tapi apakah dia bisa memuaskanmu diranjang?” Natali mendekat dan membelai wajah Revan

“Tentu saja permainan istri ku lebih hebat dari kau!” tentu saja Revan berbohong bahkan selama menikah mereka tidak melakukan itu

Revan pergi meninggalkan Natali yang masih tidak terima dengan perlakuan Revan. “Lihat saja nanti aku akan membuat kau kembali ke pelukan ku Revan Wijaya.”

🌟🌟🌟

“Nara,” Aku tersenyum kearah suara itu tentu saja aku tau siapa pemilik suara itu.

“Hai..aku sudah menunggumu sejak tadi, Fer.”

“Benarkah? Lalu apa yang kau lihat dari sepasang kekasih di depan sana dan tadi kau senyum-senyum sendiri?”

“Tidak, aku hanya suka saja melihat mereka.”

“Tapi dari raut wajahmu tadi aku yakin kau memikirkan sesuatu.”

Ferdian mengusap-usap pucuk kepalaku “Hey,,pikiran mesum Nara pergilah jauh-jauh jangan meracuni gadis polos ini.”

“Hentikan,, aku tidak sedang memikirkan hal yang mesum.”

Kami berdua tertawa lepas dan sekarang malah jadi pusat perhatian orang-orang. Ferdian selalau menjadi mood bosterku disaat aku sedih dan terpuruk dia menguatkan dan menghiburku dengan lawakan konyolnya yang kadang terkesan garing namun aku tak pernah bisa menahan tawaku. Bagiku semua yang ada pada dirinya membuat aku bahagian. Mungkin karena usia kami tidak jauh berbeda jadi setiap obrolan kami selalu nyambung.

Sebelum menikah kami sering menghabiskan waktu bersama seperti sepasang kekasih. Dia juga telah mengenalkanku pada orang tuanya sebagai orang yang berarti untuknya begitu juga dengan orang tua kami yang sudah sangat dekat. Ferdian maupun aku tidak pernah mengungkapkan perasaan kami satu sama lain.

Namun, saat mendengar kabar bahwa aku akan di jodohkan perlahan Ferdian menjauh dariku secara perlahan. Aku menjadi dekat dengannya saat kami terlibat dalam kegiatan amal yang di laksanakan setiap tahun di kampus. Dia di tunjuk sebagai ketua panitia dan aku menjadi sekertarisnya otomatis kami sering bertemu dan mulai kembali dekat.

“Kamu lama banget sih, Fer.”

“Iya maaf, tadi dosennya ceramah dulu,,heheeh.”

“Ya sudah kita langsung pergi saja.”

Aku dan Ferdian beranjak untuk pergi ke tempat yang telah kami rencanakan. Ketika aku akan masuk ke dalam mobil Ferdian seseorang menghampiri ku.

“Nyonya, mobil anda parkir di sebelah sana bukan disini.”

Aku menoleh ke arah suara itu. Oh shit, aku lupa jika Jhon mengawasi ku selama Revan tidak ada.

“Jhon aku ingin pergi ke suatu tempat bersama temanku. Kau pulang saja aku hanya butuh waktu satu jam lalu aku akan segera kembali ke rumah.”

“Maaf nyonya saya yang akan mengantarkan anda sampai tujuan ini sudah menjadi tugas saya.”

“Tapi,,,,”

“Sudahlah Nara tidak masalah kau dengan mobilmu dan aku akan mengikuti dari belakang,” ucap Ferdian

“Baiklah ayo, Jhon”

Aku tidak suka ini saat Revan tidak ada pun dia tetap mengekang ku tidak bisakah dua minggu ini dia membiarkan aku bebas.

“Nyonya anda ingin kemana?” tanya Jhon yang sedang mengemudikan mobil

“Jalan saja nanti aku tunujkkan arahnya.”

Aku melihat kebelakang dan ternyata benar Ferdian mengikuti mobilku. Aku tersenyum bahagia setidaknya masih ada Ferdian yang bisa aku percaya. Aku lihat Jhon melihatku dari pantulan cermin di hadapannya. Aku tahu apa yang dia pikirkan.

“Dia hanya teman lamaku, buang semua kecurigaanmu itu. Jangan kau melaporkan pada Revan dengan bumbu-bumbu fitnah.”

“Baik, nyonya” Jhon menggangguk dan tersenyum ke arahku

Aku mengarahkan jalan menuju tempat yang telah aku dan Revan rencanakan. Jhon hanya menuruti seluruh instruksiku tanpa bertanya.

Jangan sampai Jhon melaporkanku pada Revan. Bila itu terjadi aku yakin seribu persen mama akan ikut campur dan tentu saja jangan berharap Revan akan membantuku yang ada dia semakin dingin padaku.

“Nyonya, kita sudah sampai.” Jhon membukakan pintu mobil mempersilahkan aku keluar.

“Aku akan masuk bersama temanku, kau tidak perlu ikut, tunggu saja disini.”

Jhon mengangguk tanda setuju.

Tidak lama mobil Ferdian terlihat dan berhenti tepat di belakang mobilku.

“Ayo kita masuk.” ajakku pada Ferdian

Ferdian pun melangkah mendekati ku dan merangkul pundakku. Namun tangannya di hentikan oleh Jhon.

“Maaf tuan sebaiknya anda jangan melakukan itu, saya di tugaskan oleh tuan Revan untuk menjaga nyonya Nara.”

Ferdian pun mengurungkan niatnya untuk merangkul pundakku dan menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil.

“Astaga.. jhon kau tidak perlu berlebihan seperti itu.” menyebalkan sekali dia

Aku dan Ferdian pun sampai di tujuan kami tapi kami berpisah aku pergi ke arah kiri dan Ferdian ke arah kana.

Aku membersihkan dedaunan kering yang berjatuhan di sekitar makam yang terlihat sedikit kusam.

“Apa yang sedang kakek lakukan di surga sana? Apa kakek bahagia? Pasti kakek sangat bahagia dan di tambah lagi aku sudah menikah dengan pria yang sangat tampan dan kaya tentu saja karena perjodohan konyol yang kakek rencanakan dengan sahabat kakek itu.”

“Kakek kau tahu awalnya aku berfikir bahwa pernikahan ku akan bahagia, namun Revan semakin jauh dariku. Revan melakukan apapun yang dia inginkan tanpa pernah bertanya padaku.”

“Aku sudah berusaha mencintainya. Namun untuk melihatku saja dia tidak ingin.”

Tidak bisa aku menahan air mata ku yang kini tumpah ruah di pipiku. Saat kakek masih hidup dia yang selalu membelaku dan memberi nasihat.

Sepertinya aku sudah terlalu lama menangis samapi lupa bahwa aku ingin menemui Ferdian yang sedang berziarah ke makam ayahnya yang berada di pemakaman ini juga.

Saat aku ke makam ayah Ferdian tidak ada siapa pun disana mungkin aku tersesat karena sudah sangat lama tidak kemari. Aku pun memutuskan untuk keluar dari area pemakaman dan menunggunya disana.

“Dimana temanku?” tanyaku pada Jhon yang sedang membukakan pintu mobil untukku

“Teman anda baru saja pergi, Nyonya”

“Apakah dia mengatakan sesuatu atau menitipkan pesan untukku?”

“Sepertinya tidak ada, Nyonya."

Kenapa dia pergi begitu saja tanpa memberi tahuku. Mungkin ada urusan penting. Tapi, tidak biasannya Ferdian seperi ini.

Jangan lupa 👍 ❤️ vote & Commnet

Follow IG Author: @hanania442

Terpopuler

Comments

Vitha Anggraini

Vitha Anggraini

kasihan nara

2020-03-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!