BAB 4

Burung-burung di pepohonan saling bersahutan menyambut matahari pagi yang mulai bersinar. Para maid sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing.

Mereka meununduk memberi hormat saat berpapasan dengan Revan yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya menuju ruang makan untuk sarapan.

“Silahkan, tuan.” Seorang maid mempersilahkan Revan untuk sarapan

“Buatkan jus pepaya untukku dan Nara.”

“Baik, tuan.”

Revan melihat jam tangannya. Sudah jam segini kenapa dia belum turun untuk sarapan. Apakah dia masih tidur tapi tidak biasanya dia seperti ini.

Dikamar Nara sudah membersihkan tubuhnya dan masih terlihat mata sembabnya karena menangis semalaman. Nara ingin turun ke bawah untuk sarapan seperti biasa namun dia membatalkan niatnya.

Nara tidak ingin melihat wajah Revan pagi ini masih sakit hatinya karena perlakuan Revan padanya. Nara masih sibuk memainkan ponselnya sambil duduk menyandar di ranjang.

Nara melirik ke arah pintu. sepertinya akan ada yang datang.

“Astaga,,kau mengagetkan aku saja biasakan untuk mengetuk pintu.” Nara melihat sosok yang berdiri di depan pintu kamar ku

“Maafkan aku nyonya, sudah tidak sopan.”

“Ada apa kamu kemari? Aku tidak memanggilmu.”

“Nyonya, sudah di tunggu tuan Revan untuk sarapan.”

“Aku tidak mau, katakan padanya habiskan semua sarapan itu agar dia punya tenaga untuk mengacuhkanku”

“Tapi nyonya di bawah ada mertua anda.”

“A..apa? apa aku tidak salah dengar, mama dan papa di bawah?”

“Benar, Nyonya."

Nara bergegas beranjak dari kegiatan santainya dan sedikit merapikan penampilannya. Nara berlari kecil menuruni anak tangga lalu dengan cepat dia menarik kursi di samping Revan dan langsung duduk.

Namun ada yang aneh rasanya. Nara melirik Revan sepertinya dia sedang menyembunyikan sesuatu dengan menundukkan kepala dan memijit-mijit keningnya seperti menyembunyikan sesuatu.

Nara merasa ada yang aneh. Biasanya mama mertuanya akan menyindirnya habis-habisan jika dia melakukan kesalahan tapi kenapa sekarang sangat sepi dan tidak ada omelan-omelan dari sang mama mertua.

Tunggu dulu, bukankah tadi maid yang ke kamarku mengatakan bahwa mertuaku sedang menungguku untuk sarapan tapi kemana mereka.

Nara melihat sekeliling ruang makan hanya ada dirinya dan Revan. Nara tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mertuanya.

“Hei, kau kemarilah.” Nara memanggil maid yang memanggilnya di kamar tadi

“Sudah makanlah. Semua sudah disiapkan untuk apa kau memanggilnya.”

“Memangnya kenapa bukankah dia maid yang di khususkan untuk melayaniku.”

“Tapi aku yang menggaji mereka, jadi dia pasti lebih patuh padaku.”

Nara mengerucutkan ujung bibirnya dan menarik nafas dan meghembuskan dengan kesal.

Kau banggakan saja hartamu itu Revan. Batin Nara

“Segitu takutnya kau pada mamaku, sampai tidak menyadari bahwa mereka tidak disini.”

“Apa!? Jadi kau membohongiku.” Nara menatap Revan dengan marah

Sial..! bodoh sekali aku kena tipuan konyolnya. Tunggu saja Revan aku akan membalas suatu saat nanti.

“Aku tidak lapar, aku ingin ke kamar.” Nara beranjak darai duduknya

“Habiskan sarapanmu, ada yang ingin aku bicarakan.”

“Bicaralah sekarang juga.”

Tidak ada tanda-tanda bahwa Revan akan berbicara malah dia sibuk menghabiskan sarapannya. Akhirnya Nara mengalah dan memakan roti selai nanas kesukaannya dan segera di habiskan.

“Aku sudah selesai, katakkan yang ingin kau katakan.”

“Bawa kesini jus pepaya yang aku minta tadi.”

“Ini, tuan”

Seorang maid membawa dua gelas jus pepaya memberikan satu untuk Revan dan satu lagi Nara. Aroma pepaya dengan seketika memenuhi ruang makan.

“Minum!”

“Aku tidak mau. Kau ingin membunuhku? Aku sangat benci pepaya, baunya membuatku ingin mengeluarkan semua isi perutku.”

“Jaga mulutmu, tidak baik berkata seperti itu. Mama sangat suka pepaya kau harus

membiaskan hidungmu untuk mencium aroma pepaya.”

Nara tidak ingin berdebat dengan Revan hari ini yang dia inginkan hanya segera menyelesaikan urusan mereka berdua pagi ini. Nara meminum jus pepaya itu dengan menutup hidungnya, namun baru setengah gelas Nara sudah tidak sanggup utuk menghabiskannya. Nara segera berlari ke washtafel dan memuntahkan seluruhnya.

Beberapa maid menghampiri Nara dengan panik. “Nyonya, apa anda tidak apa-apa?”

Kini Nara kembali ke meja makan. Duduk terdiam karena perutnya masih tidak nyaman.

“Aku akan pergi ke Singapore kantor cabang disana bermasalah, mungkin menghabiskan waktu dua minggu atau lebih.”

“Mmm!” Nara hanya bergumam

“Kau boleh mengunjungi ayah dan ibu tapi jangan menginap di rumah mereka aku tidak mau mereka berfikir macam-macam.”

Mata Nara membulat terkejut sekaligus senang mendengarkan perkataan suaminya. Namun ekspresi Nara berubah tidak yakin.

“Kali ini aku mengatakan yang sesungguhnya.” Revan meyakinkan Nara bahwa memang benar dia mengizinkan istrinya untuk mengunjingi orang tuanya.

“Apa yang kau lakukan, kau tidak bersiap untuk kuliah? Jika tidak ingin kuliah lagi bilang saja dari pada aku membuang uang untuk kuliahmu.”

“Aku kuliah tapi nanti jam satu siang.”

“Selama aku pergi jangan bermalas-malasan kau harus tetap kuliah dan bila mama menyuruhmu datang ke butiknya jangan membantah.”

“Iya, aku tahu.”

“Aku akan meminta Jhon untuk mengawasimu selama aku pergi.”

Sifat dingin dan angkuhnya datang lagi. Padahal tadiaku ingin memuji kebaikannya. Dia juga meminta bodyguard pribadinya untuk mengawasiku.

Revan menyudahi sarapannya dan bersiap untuk pergi bekerja.

“Terima kasih, sudah mengizinkan aku ke rumah Ayah dan Ibu.”

Revan hanya melihat Nara sekilas lalu pergi.

🌟🌟🌟

“Apakah suamimu sudah pulang?” tanya Mira

“Tentu saja belum, baru 5 hari dia disana.”

“Nara, bantu aku mengerjakan tugas Mrs. Jeny ya. Please... suami mu kan tidak ada jadi kau bisa pulang telat.” Mira membujuk sahabatnya yang sedang memainkan ponsel

“Tidak untuk sekarang sahabatku. Aku sudah ada janji dengan orang lain.”

“Apakah seorang pria? Pasti dia senior kita yang tampan itu 'kan. Kau ternyata sedang bermain api di belakang suamimu

” Mira menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum miring.

“Ya..ya.. terserah kau saja mau mengatakan apa pun.”

“Nara, apapun yang terjadi aku akan mendukung mu untuk melakukan ‘affair’ dengan senior tampan itu.”

“Ck...ck.. Kau ini malah mendukung sahabatmu agar mendapat masalah.” Aku berdecak dan memutar bola

mataku

“Kalau aku di posisimu sudah sejak lama aku meninggalkan suami seperti itu, bahkan dia tidak pernah menyentuhmu.”

“Sudahlah aku pergi dulu.”

Aku duduk di bangku taman kampus dari kejauhan terlihat ada sepasang kekasih yang sedang bersenda gurau dan sesekali sang pria mencubit pipi wanitanya mereka tidak memperdulikan lingkungan sekitar yang ramai.

Ck...! bikin iri saja. Seandainya Revan mencintai ku pasti kami akan terlihat seperti sepasang kekasih itu bahkan akan lebih romantis.

Nara terhanyut dalam lamunannya sampai tidak sadar ada seorang pria di hadapanya.

“Nara.” pria itu memanggilnya

Senyum di bibir Nara pun terukir saat melihat pria yang kini duduk di sampingnya.

Terpopuler

Comments

Lanny Tan

Lanny Tan

Seru thor, jadi baper...

Mampir jg ke novelku ya : HARD TO SAY GOODBYE, ini bikin baper jg lho... Thx...

2020-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!