Felix, Douglas, dan Junior seketika menundukkan kepala mereka secara bersamaan saat Maria Donovan berdiri di depan mereka dengan wajah garang.
"Apa Luke ada di dalam?" Maria berkata dengan wajah garang dan suara yang sangat dalam.
Felix, Douglas dan Junior tidak berani membuka suara mereka tetap menundukkan kepala mereka dan masih mematung.
"Minggir!!!!" Maria Donovan mendelik ke Felix, Douglas, dan Junior.
Felix, Douglas, dan Junior serentak menggeser langkah mereka ke kanan dan memberikan ruang kepada neneknya Luke Donovan untuk membuka pintu dan masuk ke dalam.
Saat Felix, Douglas, dan Junior ingin menyusul neneknya Luke untuk melihat kondisi di dalam, para bodyguard yang mengawal Maria Donovan langung pasang badan di depan pintu.
Douglas dan Junior mengumpat kesal. Mereka segera berbalik badan dan mengambil langkah seribu pergi meninggalkan tempat itu.
Felix langsung menyusul kedua temannya sambil bergumam lirih, "Maaf, Luke. Kita pulang, dulu, ya. Nenek kamu mengerikan"
Maria langsung berteriak, "Astaga! Apa yang sudah kau lakukan, Luke?"
Maria melihat ada seorang gadis tidur terlentang di atas sofa dengan kondisi tanpa busana. Maria menemukan Luke terlentang di atas lantai dengan kondisi yang sama.
Maria langsung menengadahkan wajahnya ke langit-langit dan menggeram kesal, "Hotel macam apa ini? Kenapa bisa ada ruangan kayak neraka begini di hotel ini?
Maria bergegas berlari keluar dari private room itu dan begitu ia membuka pintu, ia langsung berkata ke salah satu anak buahnya, "Kejar temannya Luke dan bawa mereka semua ke rumah! Aku butuh penjelasan dari mereka soal ini, malam ini juga!"
Maria menggeleng-gelengkan kepalanya dan dia langsung menoleh ke anak buahnya yang lain, "Cari baju ganti cewek dan kamu harus kembali dalam waktu lima menit!" Maria menunggu di depan pintu dan dengan bersedekap ia menatap ke asisten pribadinya untuk memberikan perintah, "Telepon pemilik hotel ini untuk menemuiku besok di kantor jam sembilan pagi tepat. Setelah itu hubungi komisaris polisi, Komandan Barnes dan pengacara kita si Adam untuk datang juga ke kantor besok jam sembilan. Satu lagi, minta rekaman CCTV di lorong ini dan di private room ini!"
"Baik Nyonya" Asisten pribadinya Maria Donovan yang bernama Dona itu langsung pergi untuk melaksanakan perintah bosnya.
"Ini, Nyonya" Anak buahnya Maria memberikan blus dan rok cewek ke Maria dalam waktu kurang dari lima menit.
Maria masuk kembali ke dalam dan setengah jam kemudian ia keluar kembali dan memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke dalam dan membawa Luke juga gadis itu.
Sebagian dari anak buahnya Maria, memakaikan semua baju Luke, lalu mereka bergotong royong membopong tubuh Luke yang tinggi dan besar menuju ke parkiran mobil.
Sesampainya di rumah, Maria langsung duduk di sofa sambil berkata, "Panggil Dokter Evita untuk ke sini memeriksa kondisi gadis itu dan memeriksa Luke! Sepertinya ada yang aneh pada Luke"
"Baik, Nyonya" Sahut Dona.
Junior, Felix, dan Douglas terus menundukkan wajah mereka.
Maria menggertakkan gerahamnya dan setelah menghela napas beberapa kali untuk meredakan emosinya, dia berkata, "Ceritakan semuanya! Kalau sampai kalian bohong, aku akan hukum kalian semua dengan hukuman yang........."
"Douglas yang memulainya" Junior langsung mengangkat kepalanya.
Douglas dan Felix ikutan mengangkat kepalanya dan dengan ekspresi kaget, mereka menoleh ke Junior.
Junior melanjutkan ucapannya, "Saya cuma ikut-ikutan. Tolong jangan libatkan keluarga saya dalam hal ini" Junior menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan kelopak matanya mulai tergenang air mata.
Di antara Douglas, Felix, dan Luke, Junior memang yang masuk di level paling bawah untuk tingkat kekayaaan dan strata sosial. Papanya Junior hanyalah seorang manajer di perusahaannya Maria Donovan. Untuk itulah dia ketakutan setengah mati. Kalau sampai Maria Donovan marah besar dan memecat papanya gara-gara dia, maka dia dan mamanya akan hidup di jalanan"
Sedangkan Douglas dan Felix adalah kakak beradik pewaris bisnis Grup Hartawan. Mereka kaya raya, namun kekuasaan dan kekayaan Grup Hartawan masih berada di bawah kaki Grup Donovan.
"Hei! Kenapa kau berkata seperti itu?!" Douglas mendelik ke Junior.
"Iya! kenapa kau mengkhianati kami?" Felix melotot ke Junior.
"Tatap aku dan jangan dengarkan mereka! Pikirkan keselamatanmu sendiri! Sekarang ceritakan semuanya dari awal sampai akhir!"
Sekujur tubuh Junior berkeringat dan bergetar. Dia menghela napas panjang berulangkali sampai akhirnya ia mampu menceritakan semuanya.
Felix dan Douglas langsung menundukkan kepala mereka lebih dalam lagi dan sekujur tubuh mereka mulai bergetar dan berkeringat.
"Oke. Kamu boleh pulang. Salam buat Bram dan Silvia" Maria tersenyum ke Junior.
Junior bangkit berdiri dan pergi meninggalkan teman-temannya dengan langkah gontai dan kepala menunduk.
"Jangan salahkan Junior setelah ini! Aku akan awasi terus kalian dan kalau sampai kalian kedapatan mencelakai Junior seujung kuku pun, aku akan jebloskan kalian ke penjara"
"Baik" Sahut Douglas dan Felix secara bersamaan.
"Felix, angkat kepala kamu dan tatap aku!"
Felix mengangkat kepalanya dan menatap Maria Donovan dengan isak tangis.
"Darimana kamu dapat obat itu?" Tanya Maria ke Felix.
"Ma.....manajer hotel itu yang memberikannya ke sa.....saya, Nyonya"
"Siapa nama manajer itu?"
"Rama.....ah, sa.........saya lupa Rama siapa. Tapi, nama depannya Rama. Di....dia yang menyuruh saya untuk memberikan obat itu ke Luke"
Maria menoleh ke asisten pribadinya dan Dona langsung menganggukan kepala.
"Oke. Kalian boleh pulang sekarang. Salam buat Erick dan Putri"
Maria lalu bangkit berdiri dan melangkah menuju ke kamar tamu. "Bagiamana kondisi gadis itu?"
Dokter Evita mengecek selang infus lalu menghadap ke Maria untuk berkata, "Gadis ini masih suci sebelumnya, karena saya lihat luka sobekan di area sensitifnya adalah luka sobekan yang baru. Sepetinya tuan muda Luke hilang kendali dan membuat gadis ini kesakitan lalu jatuh pingsan. Tuan muda Luke sudah bertindak sangat brutal terhadap gadis ini"
"Dia gadis baik-baik tenyata. Selidiki gadis ini!" Maria menoleh ke Dona dan Dona langsung menganggukkan kepalanya.
"Lalu, bagaimana dengan Luke?"
"Tuan muda masih di bawah pengaruh anggur dan obat perangsang. Untungnya fisik tuan muda sangat kuat kalau tidak, Tuan muda sudah terkena serangan jantung dan bisa koma untuk waktu yang sangat lama"
Maria Donovan menggertakkan geraham dan mengepalkan kedua tinjunya. Lalu ia bergumam, "Siapa yang sudah berani mengusik cucu kesayanganku?"
Embun membuka mata bertepatan dengan bunyi burung Celepuk Rinjani yaitu burung hantu khas pulau Lombok dan itu menandakan kalau mentari masih belum menerima hak dan kewajibannya untuk menyapa semua insan di dunia ini.
Embun kaget saat ia melihat ada burung hantu khas Lombok bertengger di dalam kandang yang besar dan berwarna kuning. Kandang itu berada di pojok kamar dan burung itu bersitatap dengannya dari jarak tiga meter. Lalu, Embun bergumam lirih, "Kenapa ada burung hantu khas Lombok di sini? Itu burung asli atau bukan, ya? Aku di mana sekarang ini?"
Embun hendak bangun untuk mengambil segelas air minum tetapi langsung mendesis dan seketika ia terduduk kembali di atas ranjang kala rasa nyeri di titik sensitifnya menyergap ambang batas sakitnya.
Namun, karena dia tidak mengenali kamar itu, maka Embun langsung mencabut jarum infus dari punggung tangannya dan memaksa dirinya untuk bangkit berdiri walaupun rasa nyeri menusuk-nusuk seluruh indra perasanya.
Embun memakai sandal yang ada di atas lantai lalu ia menyeret kakinya untuk melangkah ke jendela. Embun menghela napas panjang dan bersyukur, karena saat ia membuka jendela, ia langsung menemukan rumput hijau. Embun menyeret kakinya dan tanpa menyerah ia terus menyeret kakinya hingga ia bisa sampai di gerbang depan.
Di dalam pos, ada empat penjaga, Embun temukan tengah tertidur sangat pulas. Jam satu lebih empat puluh menit memang jamnya orang tidur pulas-pulasnya.
Embun melihat ada kunci tergantung di pinggang salah satu dari penjaga gerbang itu. Dengan langkah pelan, Embun mengambil kunci itu dan dia berhasil membuka pintu gerbang tanpa ketahuan. Lalu, tanpa menunggu lebih lama lagi, dia langsung melesat keluar dan dia memutuskan untuk belok ke kanan.
Embun memutuskan untuk terus menyeret kakinya berjalan lurus ke depan, karena ia tidak mengenali daerah itu. Di tengah dinginnya udara dan sepinya jalan, ia t rus menyeret kakinya tanya lelah, karena ia ingin segera sampai di rumhnya. Hingga akhirnya dia bisa sampai di ujung jalan dan bertemu dengan jalan besar. Namun, penglihatan Embun lambat laun buram dan kepalanya didera rasa pening yang sangat hebat.
Saat ia mendengar ada suara orang memanggil namanya, dia sontak berputar badan untuk melihat siapa yang memanggilnya, namun, ia justru jatuh pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nita.P
Keren.. aku suka ceritanya..
2023-09-13
0
Aisyah Aisyah
semangat Thor 🥰
2023-02-03
0
Nay⚘
jejak
2022-11-03
0