Bertemu Kembali

Beberapa jam sebelum Embun bertemu dengan Gilang di kampus Bina Bangsa, dia keluar sebentar untuk ke minimarket yang ada di dekat rumahnya untuk membeli pewarna rambut. Dia merasa muak dengan rambutnya. Karena saat ia mengaca, dia teringat kembali peristiwa semalam saat pria brengsek itu menciumi rambutnya. Untuk itulah ia memutuskan untuk mengubah warna rambutnya sebelum ia berangkat kuliah.

Sewaktu ia pamit ke kakek dan neneknya untuk pergi kuliah, neneknya langsung memukul keras bahu Embun sambil berkata, "Warna rambut macam apa ini? Kenapa kau warnai rambutmu segala, hah?! Kau udah jadi gadis nakal sekarang ini?"

Embun mengelus bahunya yang terasa pedih, lalu berkata, "Ini hanya untuk sementara, Nek. Lagian, Nek, maaf bukannya Embun ngeyel, tapi mewarnai rambut, bukan berarti wanita itu nakal, Nek"

"Udah buruan pergi aja sana! Nenek eneg lihat kamu!"

Embun pergi meninggalkan kakek dan neneknya dengan helaan napas panjang.

Embun menatap wajah Gilang dengan ekspresi datar. Embun berada di persimpangan hati. Di antara berkata jujur soal kejadian semalam atau menguburnya dalam-dalam. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak mengatakan ke siapa pun soal kejadian semalam termasuk Gilang.

Gilang tersenyum lalu mengelus rambut Embun yang dikucir asal di hari itu.

"Aku tadi beli pewarna rambut yang praktis makainya Tinggal keramas, udah deh beres. Yeaahh, untuk mengganti suasana, hehehehe. Bosen aja lihat warna hitam terus pas ngaca"

"Aku suka, kok. Bagus banget. Pantas dengan wajah kamu yang imut dan warnanya cocok dengan kulit putih pucat kamu" Gilang tersenyum penuh cinta.

"Terima kasih, Mas"

Luke tiba-tiba bangkit berdiri dan berkata, "Tunggu!"

Rektor yang memiliki nama Reyhan, mengehentikan langkahnya dan berbalik badan untuk bertanya, "Ada apa, Tuan?"

"Aku akan ikut denganmu"

Seketika itu rektor kampus Bina Bangsa yang bernama Reyhan itu, mematung.

"Kenapa diam? Nunggu apalagi? Melangkahlah dan aku akan ikuti kamu!"

"Baik, Tuan" Rektor tersebut melangkah dan Luke langsung mengikutinya.

Reyhan tidak berani menoleh untuk bertanya, kenapa tidak berjalan di samping saya saja, Tuan. Atau menoleh untuk bertanya, kenapa Tuan memilih untuk terus berjalan di belakang saya?

Reyhan memilih menelan kembali semua kata tanya yang terlintas di benaknya itu daripada kena SP dan lebih buruknya dipecat. Karena, Luke Donovan terkenal kaku, dingin, arogan, dan suka bertindak impulsif.

Setengah jam kemudian, Reyhan melangkahkan kakinya masuk ke bangunan bertingkat tiga bertuliskan, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan.

Rektor yang bernama Reyhan itu, melangkah masuk dan langsung memencet tombol lift menuju ke lantai. Luke yang ikut masuk ke lift tersebut, diam seribu bahasa. Luke memang tidak suka basa-basi dan tidak suka mengobrol dengan orang yang tidak ia kenal secara dekat. Lift terbuka dan Reyhan keluar dari lift diikuti oleh Luke. Reyhan melangkah lurus dan menghentikan langkahnya di ujung lorong. Reyhan membuka pintu dan Luke tanpa berpikir panjang melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan yang di depan pintunya tertempel deretan huruf yang membentuk kata, Ruang Dosen Ilmu Pendidikan dan Keguruan.

Luke tersenyum tipis saat ia menemukan sosok gadis yang ia cari. Berambut bergelombang dan memakai kacamata tebal tengah berbicara dengan wajah serius di depan meja salah satu dosen.

Tanpa permisi, Luke langsung menggelegarkan suaranya, "Kosongan ruangan ini dan tinggalkan aku dengan gadis itu!" Luke menunjukkan jarinya ke gadis berambut pendek sebahu yang bergelombang dan memakai kacamata tebal.

Semua dosen di ruangan tersebut tersentak kaget. Mereka menoleh ke asal suara dan sontak bangkit berdiri secara serempak. Embun tercengang heran saat ia melihat, semua dosen langsung menunduk hormat ke pria itu.

Embun seketika mematung saat ia bersitatap dengan pria itu. Dia ingat betul bahwa pria itu adalah pria yang semalam telah merenggut kegadisannya.

Saat dosen di depannya bangkit berdiri dan hendak pergi meninggalkan Embun, Embun menahan lengan dosen perempuan itu sambil berkata, "Jangan tinggalkan saya, Bu! Saya mohon"

Dosen tersebut menepis lembut tangannya Embun sambil berkata, "Maafkan Ibu. Ibu tidak berani melawan perintahnya. Ibu sarankan, kamu juga jangan melawan beliau. Beliau cucu pemilik kampus ini. Kalau kamu nggak ingin dikeluarkan dari kampus ini, jangan melawannya!"

Seketika itu juga Embun berkata di dalam benaknya, kenapa aku harus bertemu lagi dengannya?

Setelah semua orang di ruangan itu keluar dan hanya tersisa dirinya dengan gadis itu, ia mengunci pintu itu, lalu berbalik badan untuk menatap gadis itu dari jarak dua meter.

Embun secara refleks mundur ke belakang dan ia terpaksa berhenti mundur saat punggungnya menabrak meja kerja salah satu dosen. Embun seketika mematung di sana.

Di saat kesadarannya pulih dan ia ingin bergegas berlari keluar dari ruang dosen, Luke sudah mengungkung tubuhnya.

Embun sontak mengangkat kedua alisnya ke atas karena, kaget. Lalu, ia mulai memohon dengan suara bergetar, "Tuan, tolong lepaskan saya!"

Alih-alih melepaskan Embun, Luke justru mengamati rambut Embun dan dia langsung menyemburkan tanya, "Kenapa warna rambut kamu jadi begini?"

Embun mencoba mendorong bahu Luke sambil berkata, "Suka-suka saya dan kenapa Anda peduli dengan warna rambut saya?"

Luke menjumput poni Embun yang panjang lalu menghempaskan poni itu ke udara bebas sambil berkata, "Rambut kamu tuh udah bergelombang dan jelek. Kenapa kamu warnai kayak gini? Aku nggak suka wanita dengan warna rambut kayak gini, cih!"

Embun masih mencoba bersabar dan masih mencoba mendorong bahu Luke karena ia gagal di percobaan pertama dan di percobaan kedua, ia gagal lagi. Luke bergeming. Embun mendengus kesal dan bergumam lirih, "Saya juga nggak suka dengan pria kasar, kejam dan arogan kayak Anda, Tuan"

"Apa kau bilang?"

"Nggak ada, Tuan. Tolong lepaskan saya! Saya nggak akan laporkan Tuan soal semalam dan .........."

"Sial! Aku harus lakukan sendiri saat ini"

Embun sontak bergidik ngeri."A....apa yang akan Anda lakukan, Tuan? Tolong jangan sakiti saya lagi! Saya cuma ingin hidup tenang dan tetap berkuliah di kampus ini. Saya mohon jangan apa-apakan saya, Tuan?!" Wajah Embun mulai memucat pasi.

"Biasanya Rendy yang melakukannya"

"A....apa maksud Anda, Tuan?" Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuh Embun.

"Tentu saja menggeledah orang yang akan aku ajak pergi"

Embun sontak melemparkan tanya, karena kaget, "Meng.....menggeledah a.....pa dan mem.....membawa pergi si.......siapa, Tuan?"

"Tentu saja kamu"

Embun yang masih belum mengerti maksud lelaki itu, hanya bisa ternganga, "Hah?!"

"Aku harus menggeledahmu. Kamu dan pakaian konyol kamu itu"

Embun terperangah dan langsung berucap, "Jangan Tuan! Saya mohon"

"Memohonlah sesukamu. Tapi, aku akan tetap melakukannya. Aku nggak pernah percaya sama orang. Maka setiap kali aku akan ajak pergi orang itu, aku akan suruh Rendy menggeledahnya. Tapi, sayangnya Rendy nggak ada saat ini"

Dengan sekujur tubuh penuh keringat dingin, tubuh mungil Embun mengencang karena memberontak, dan secara refleks Embun menyemburkan kata, "Kau gila!!!!!"

Luke merasa terhina dan dia langsung meraih siku Embun, lalu ia memutar tubuh Embun sambil berkata, "Letakkan tanganmu di atas meja dan regangkan kakimu lebar-lebar"

Selama lima detik penuh, Embun tidak bergerak. Pundaknya kaku, lehernya tegang di saat Luke menyapukan tangan di kucir kuda asal-asalannya, sampai di bawah tumitnya.

Luke memutar badan Embun kembali dan dia langsung bersitatap dengan kilatan air mata di mata Embun.

Luke yang tidak sedang di bawah pengaruh alkohol, tidak berdaya saat ia melihat air mata asli. Ia langsung mengumpat kesal dan tanpa sadar ia justru memanggul gadis dengan pakaian yang terlihat konyol dan warna rambut yang menggelikan baginya itu.

Di saat Embun menarik napas hendak berteriak sekencang-kencangnya, Luke langsung berkata, "Jangan teriak kalau kau tidak ingin aku bertindak lebih dari ini!"

Embun mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan hanya bisa pasrah.

Luke membawa Embun keluar lewat pintu belakang dan langsung melesat berlari menuju ke tengah rerimbunan hutan buatan yang ada di sisi selatan kampus Bina Bangsa. Ia menurunkan Embun di atas rumput dengan pelan dan tanpa ia duga sama sekali, ia langsung mendapatkan tamparan keras dari Embun.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

klo orang tua mewarnai rambut itu buat nutupi uban, klo anak muda itu cuma untuk tren aja, mbah.

2024-06-16

0

Yeni Eka

Yeni Eka

nah lo kena tampar kan

2022-11-03

0

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

wah 😮ada yang baru lagi

2022-11-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!