" Sebentar! Sebelum kita mendengar keputusan Abhi, kita dengar dulu pengakuan dari Sevia karena dari tadi Sevia hanya diam saja." Ucap pak Dedy.
" Sial! Kenapa mesti harus mendengar pengakuan gue dulu sih, kan malu kalau sampai gue ketahuan bohong, tapi kalau gue tidak mengatakan yang sebenarnya maka gue akan di nikahi sama si Abhi,,,, sek itu, lalu aku harus jawab apa? Berpikirlah Sevia... Berpikirlah supaya kau bisa lolos dari masalah ini.... Mama.... tolong aku! Aku merasa bagaikan makan buah simalakama, di makan nggak di makan sama sama akan mati." Ujar Sevia dalam hati.
" Sevia... Katakan yang sebenarnya Nak!" Ucap Tuan Anton.
Sevia melirik ke arah Abhi lalu menatap ke arah papanya.
" Jangan takut Sevia! Katakan saja." Ucap pak Dedy.
" A... Abhi berusaha untuk melecahkan saya Pak, dia memaksakan kehendaknya kepada saya." Dusta Sevia menundukkan kepalanya.
Abhi mendekati Sevia. Ia menatap ke arah Sevia sambil tersenyum manis.
" Benarkah itu yang aku lakukan padamu?" Tanya Abhi.
" I... Iya." Gugup Sevia menganggukkan kepalanya.
" Baiklah jika kau bersikeras mengatakan aku melakukan itu padamu, maka aku siap menikahimu." Ucap Abhi.
" Apa?" Pekik Sevia membulatkan matanya menatap Abhi.
" Kenapa? Aku akan bertanggung jawab kepadamu, aku akan menikahimu secepatnya, dengan begitu kita tidak harus di DO dari sekolah ini kan, jadi kita tetap bisa belajar di sini." Ujar Abhi tersenyum smirk.
" Tidak... Lo yang melakukan kesalahan seharusnya lo yang di DO dari sini bukan gue, dan gue tidak mau menikah dengan lo." Ucap Sevia.
" Ini yang terbaik dan teradil untuk kalian berdua Sev, kamu harus menikah dengan Abhi." Sahut Tuan Anton.
" Papa ini apa apaan sih, aku masih kecil Pa, aku tidak mau menikah sebelum sukses mengejar karier ku, apa jadinya kalau aku menikah Pa? Aku tidak akan bisa memgurus suami dan anakku nanti, lagian aku pasti akan terserang hipertensi menikah dengan pria seperti dia." Akhirnya Sevia melayangkan protes sebagai usaha terakhirnya.
" Kalau kamu tidak mau menikah dengan Abhi, maka saya memutuskan untuk mengeluarkan kalian berdua, karena kalian telah mencemarkam nama baik sekolah ini dan akan saya pastikan kalian tidak akan di terima di sekolah manapun." Ucap pak Dedy.
Sevia melongo menatap kepala sekolahnya itu.
" Ya jangan gitu donk Pak! Saya kan korban di sini jadi dia aja yang di keluarkan dari sekolah ini Pak." Ujar Sevia menunjuk Abhi.
" Keputusan ada di tanganmu Sevia, jika kamu menolak menikah maka bapak akan mengeluarkan kalian berdua hari ini juga." Kukuh pak Dedy.
Sevia berbisik pada Hana.
" Mampus gue Han." Lirih Sevia.
" Udah lo terima aja, tinggal bilang iya, dengan begitu lo masih bisa sekolah di sini." Sahut Hana.
" Lalu bagaimana hidup gue jika menikah dengannya?" Ujar Sevia.
" Pikirkan itu nanti, sekarang cari amannya aja dulu, lo harus ambil keputusan saat ini." Sahut Hana.
" Bagaimana Sevia? Apa keputusanmu?" Tanya pak Dedy.
Sevia menatap Abhi yang di balas senyuman olehnya. Ia menghirup oksigen dalam dalam lalu menghembuskannya dengan pelan.
" Baiklah Pak, saya menerimanya." Ucap Sevia.
" Menerima apa Se? Katakan yang jelas." Ujar Abhi.
" Saya mau menikah dengan Abhi."
" Alhamdulillah." Ucap semua orang.
Sevia merasa kesal karena lamaran yang ia impikan selama ini hancur berantakan.
Abhi mengembangkan senyumanmya di sudut bibirnya.
" Baiklah kalau begitu kami akan datang nanti malam untuk melamar putri anda Tuan Anton." Ucap pak Andi.
" Kami menunggu kedatangan anda sekeluarga Pak Andi." Sahut Tuan Anton.
Setelah saling bersalaman kedua wali murid itu pun pergi meninggalkan ruangan. Tinggallah dua tersangka beserta guru dan temannya.
" Selamat untuk kalian berdua." Ucap pak Dedy.
" Terima kasih Pak." Sahut Abhi.
" Selamat Abhi, Sevia, akhirnya kalian berdua akan menikah, insting saya ternyata tepat selama ini, jika kalian memang berjodoh" Ujar pak Desfian.
" Semoga kalian berbahagia dan lancar sampai ke pelaminan." Ucap pak Desfian membuat Sevia memutar bola matanya malas.
" Amin terima kasih Pak." Sahut Abhi.
Abhi, Sevia, Hana dan pak Desfian keluar dari ruangan kepala sekolah.
Abhi menarik tangan Sevia hingga sejajar dengan langkahnya.
" Kau sudah lihat kan bagaimana aku membalikkan keadaan? Bukan aku yang kalah Se tapi kamu, aku ingatkan jangan pernah berbuat macam macam lagi sama aku, atau kau akan menanggung akibatnya." Lirih Abi berjalan mendahului mereka.
" Gue nggak takut sama lo, Abhi... sek." Teriak Sevia membuat Hana menutup kedua telinganya.
" Kurangi sikap aroganmu Sevia, sebentar lagi kau akan menikah, jadi mulai sekarang belajarlah menjadi istri yang lembut." Ucap pak Desfian.
Sevia pergi begitu saja dengan kesal. Pak Desfian menggelengkan kepalanya.
" Sevia tunggu!" Ucap Hana menghentikan langkah Sevia.
" Abhi bilang apa sama lo?" Tanya Hana.
" Dia menjebak gue." Sahut Sevia.
" Apa? Bagaimana bisa?" Tanya Hana.
" Sudah lah Han tidak perlu di bahas lagi, gue pusing mau pulang aja." Ucap Sevia.
" Ok hati hati." Sahut Hana menatap kepergian Sevia.
Hana kembali ke dalam kelasnya. Melihat Hana sendirian membuat Abhi bertanya tanya.
" Han, Sevia mana?" Tanya Abhi.
" Dia pulang, katanya kepalanya pusing." Ketus Hana kembali ke kursinya.
" Sebenarnya aku tidak menginginkan seperti ini Se, tapi kau sendiri yang memberikanku kesempatan ini, dan aku tidak akan melewatkan kesempatan yang sudah ada di depan mata, sampai jumpa nanti malam calon istriku." Batin Abhi tersenyum bahagia.
Di rumah Sevia, nyonya Nadira sedang menyiapkan makanan untuk makan malam nanti.
" Ma, tumben Mama masak sebanyak ini? Buat apa Ma?" Tanya Sevia menatap berbagai hidangan di meja makan.
" Apa kau lupa kalau nanti malam keluarga Abhi akan datang melamarmu?" Bukannya menjawab nyonya Nadira malah balik bertanya.
" Apa Mama juga menyetujui pernikahan ini?" Tanya Sevia.
" Kenapa tidak? Mama sangat bahagia mendengarnya sayang, apalagi setelah papamu menyelidiki silsilah keluarganya, dia pria yang baik dan tegas, sangat cocok untuk menjadi imammu." Sahut nyonya Nadira.
" Hah semuanya di luar ekspektasi ku... Hancur sudah semua rencana yang aku susun selama ini." Gumam Sevia meninggalkan mamanya.
" Kau mau kemana?" Tanya nyonya Nadira.
" Aku mau ke kamar, jangan suruh aku untuk membantu Mama di dapur karena aku tidak mau, aku mau istirahat." Sahut Sevia.
" Baiklah, calon pengantin memang harus banyak istirahat, jangan lupa nanti malam dandan yang cantik supaya calon suamimu tergila gila kepadamu." Canda nyonya Nadira.
" Aish." Sevia menggelengkan kepalanya.
Sevia berjalan menuju kamarnya. Perasaannya saat ini sangat kesal karena tidak ada orang yang mendukungnya. Semuanya mendukung keputusan Abhi untuk menikahinya.
" Gue harus memikirkan rencana lain supaya pernikahan ini tidak pernah terjadi, dan gue masih tetap sekolah, Abhi... Kali ini lo harus bekerja sama sama gue, dan mendukung rencana gue." Monolog Sevia.
Kira kira apa ya rencana Sevia?
Jangan lupa like koment vote dan hadiahnya ya buat author...
Terima kasih untuk readers yang selalu mensuport author...
Semoga sukses selalu...
Miss U All....
Tbc..,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
💗vanilla💗🎶
emg si abhinya suka
2023-11-06
1
sella surya amanda
lanjut
2022-10-06
1
Iqlima Al Jazira
next thor
2022-10-05
1