Krisan Putih
Tap
Tap
Tap
Terdengar langkah kaki seseorang dari luar.
Karina mencoba untuk melihat melalui jendela kamarnya, tetapi ia tidak melihat siapapun diluar. Ia sedikit takut, sebab ia hanya tinggal sendiri di rumah.
Orang tua Karina tinggal di Bandung, sedangkan Karina tinggal di Sukabumi. Orang tua Karina sengaja membiarkan anaknya tinggal sendirian, sebab mereka ingin agar Karina menjadi anak yang mandiri.
Tetapi kedua orang tuanya tentu saja sering memberikan uang bulanan kepada Karina, sebab Karina masih anak sekolah.
Awalnya Karina tidak ingin bersekolah dikota ini, sebab ia tidak mengenal siapapun. Tapi karena orang tuanya memberikan mobil, akhirnya ia setuju dengan keinginan orang tuanya.
Karina sudah satu hari sekolah dikota ini. Tapi saat dirinya pindah ke sekolah Nusa Indah, ia merasakan ada kejanggalan. Biasanya saat ada murid baru, anak-anak kelas langsung menghampiri dan berkenalan dengan murid baru.
Tetapi beda dengan Karina, teman-teman sekelasnya seperti tidak suka dengan Karina. Bahkan saat di kelas, tidak ada satu orangpun yang ingin berteman dengan Karina.
Anehnya lagi, saat ada orang yang melihat kearah Karina, orang itu langsung menatap sinis. Padahal Karina tersenyum kepadanya, tapi orang itu bersikap seperti itu kepada Karina.
Awalnya Karina berpikir bahwa dirinya akan mendapatkan teman setidaknya satu, tapi kenyataannya tidak ada yang mau berteman dengan Karina.
...****************...
Keesokan paginya, Karina berangkat ke sekolah dengan mengendarai mobil. Sebenarnya Karina sedikit tidak percaya diri, karena siswa dan siswi yang lain menggunakan motor.
Tetapi karena orang tua Karina sudah membelikan mobil, mau tidak mau Karina harus berangkat dengan mengendarai mobil.
Ngomong-ngomong soal teman sekelas, Karina rasa mereka tidak suka dengan Karina mungkin karena Karina mengendarai mobil. Mungkin juga mereka mengira bahwa Karina sombong, makanya mereka sinis kepada Karina.
Tak lama, Karina sampai dikelasnya. Lagi-lagi teman sekelasnya memandangi Karina. Ia heran mengapa semuanya bersikap seperti itu, padahal Karina terus tersenyum kepada mereka, namun mereka tetap saja tidak membalas senyuman Karina.
"Karina."
Spontan Karina menoleh kearah seseorang yang memanggilnya. Ia sangat bersyukur karena ada yang menyapanya.
"Iya, ada apa?"
"Ini kursi aku. Kursi kamu yang ada dibelakang," jelas seorang lelaki yang cukup tampan.
"Oh maaf."
Dengan cepat, Karina pindah ke kursi belakang. Tadinya ia mengira bahwa orang itu akan mengajak Karina kenalan, tapi nyatanya dia malah memberitahu Karina bahwa tempat duduknya ada dibelakang.
"Apa aku ajak kenalan duluan aja ya," pikir Karina.
Karina menepuk pundak lelaki yang tadi. Lalu lelaki tadi menengok kebelakang. "Ada apa?"
"Boleh kenalan gak?"
"Boleh. Aku Zevan."
"Aku Karina."
"Aku udah tahu."
Karina memang bodoh, sudah tahu Zevan mengetahui namanya. Tapi dia masih memperkenalkan dirinya.
"Aku boleh tanya sesuatu gak sama kamu?"
"Boleh. Mau tanya apa?"
"Emang ada yang aneh ya dari aku?"
Zevan melihat Karina dari atas sampai bawah. "Gak ada yang aneh kok."
"Terus orang-orang kenapa lihatin aku dan kayak gak sama aku?"
"Itu cuma pikiran kamu aja kali."
"Kayaknya orang-orang gak ada yang mau berteman sama aku deh."
"Kata siapa? Aku mau kok berteman sama kamu."
...****************...
Ketika memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi, tiba-tiba Karina merasakan hal yang aneh.
Ia merasa seperti ada seseorang yang sedang berdiri dibelakang. Padahal dibelakang tidak ada siapapun.
Bulu kuduk berdiri, mungkin karena Karina terlalu takut. Ditambah lagi bangku dibelakangnya kosong dan itu membuat Karina semakin takut.
"Pak!"
Spontan semuanya menoleh kearah Karina. Padahal Karina hanya memanggil guru, namun teman sekelasnya juga menoleh kearah Karina.
"Ada apa?"
"Boleh ijin ke toilet gak?"
"Boleh, silahkan."
Karina pergi keluar dan ia mencari toilet. Sejujurnya ia tidak tahu letak toiletnya, namun jika ada seseorang yang bertemu dengannya, ia akan bertanya kepada orang itu.
Kebetulan sekali ada orang yang sedang menyapu dedaunan. Lalu Karina menghampiri orang itu. "Permisi, pak. Kalau toilet disebelah mana?"
"Disebelah sana," tunjuknya.
Tidak lupa Karina berterima kasih kepada orang itu. Kemudian, ia buru-buru pergi ke toilet.
Saat masuk toilet, suasananya sangat menyeramkan. Biasanya di sekolah lama Karina, pasti ada satu atau dua orang yang berada di toilet saat jam pelajaran. Tapi ini tidak ada seorangpun yang buang air kecil atau besar.
Meskipun takut, tetapi Karina mencoba memberanikan dirinya untuk membuang air kecil.
Sesudah itu, ia mencuci tangannya. Pada saat mencuci tangan, tiba-tiba terdengar jelas ditelinga Karina bahwa ada perempuan yang sedang menangis.
Ia melihat ke toilet-toilet yang dibelakangnya, namun toilet itu terbuka dan sudah jelas tidak ada orang. Jika ada orang, mungkin toilet itu tertutup rapat.
Tiba-tiba seseorang menyentuh pundak Karina hingga membuat tubuhnya mematung.
"Lagi ngapain?" tanya seseorang. Spontan Karina menoleh kebelakang karena ia tahu bahwa orang itu adalah manusia.
"Tadi ada suara orang yang nangis, makanya aku cek semua toilet."
"Maklum kalau dengar suara aneh, soalnya toiletnya emang agak angker."
"Hah! serius?"
"Iya, tapi semua orang udah biasa kok. Jadi semuanya gak takut sama sekali."
Karina buru-buru keluar dari toilet itu tanpa berpamitan kepada perempuan itu. Saking buru-burunya, ia sampai menabrak seseorang.
Aww!
"Maaf, aku gak sengaja."
"Iya, gak apa-apa," ujar orang itu sambil tersenyum.
"Ya udah kalau gitu aku pergi dulu ya."
"Tunggu!" cegah orang itu.
Karina mengerutkan keningnya, ia bingung kenapa perempuan itu mencegahnya. "Ada apa?"
"Kamu anak baru?"
"Iya."
"Kelas berapa?"
"Kelas XII IPS 1."
"Aku saranin jangan dekat-dekat sama Zevan," ujarnya, lalu ia buru-buru pergi.
Zevan?
Bukannya itu nama lelaki tadi yang berkenalan denganku. Tapi kenapa perempuan itu menyuruhku untuk menjauhinya?
Entahlah, daripada memikirkan hal itu, lebih baik aku segera pergi menuju kelas.
Setibanya di kelas, ternyata pelajaran sudah selesai, karena memang tadi waktu Karina ijin ke toilet itu mata pelajarannya hampir selesai.
"Mau istirahat bareng gak?" tanya Zevan tiba-tiba.
"Gak usah. Aku istirahat sendiri aja."
"Emang gak bosen istirahat sendiri?"
"Bosen sih, cuma aku gak mau aja kalau nanti ada yang marah."
"Siapa yang marah?"
"Pacar kamu lah."
Zevan menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki pacar, karena sekarang dia tidak ingin membuka hati dulu.
"Tapi tadi ada cewek yang nyuruh aku buat ngejauh dari kamu. Aku kira dia pacar kamu."
"Siapa ceweknya?"
"Aku gak tahu, kan aku murid baru. Jadi aku gak kenal sama murid-murid SMA Nusa Indah."
"Ya udah ayo ke kantin. Nanti kalau ada cewek itu, kamu kasih tahu aku."
Karina jadi penasaran tentang perempuan itu. Kenapa juga perempuan itu melarang Karina untuk menjauhi Zevan. Padahal Zevan sendiri bilang bahwa dia tidak memiliki pacar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments