Episode 5

Sekarang, Karina dan Zevan sedang berada di kantin. Tadinya Karina ingin menolak ajakan Zevan, karena sepertinya banyak perempuan yang menyukai Zevan. Tetapi karena Zevan memaksa, akhirnya Karina mengiyakan ajakannya.

"Kenapa diam aja?"

"Gak apa-apa. Aku cuma agak canggung aja."

"Canggung kenapa?"

"Kita kan cewek sama cowok, takutnya orang-orang mengira kalau kita pacaran."

"Emang kalau orang mengira kita pacaran, kamu jadi risih?"

Karina berterus-terang kepada Zevan bahwa dirinya memang sedikit risih ketika bersama Zevan.

"Ya udah mulai besok kita jangan bareng-bareng lagi."

"Kok gitu sih."

"Katanya tadi risih."

"Iya sih, tapi masalahnya aku gak ada teman. Aku cuma punya satu teman disini dan itu kamu."

Lalu, Zevan menyuruh Karina agar bergaul dengan yang lain, tetapi Karina menolak karena ia sangat malu.

"Jangan malu. Kalau ingin berteman, kamu harus lebih dulu menyapa mereka."

Karina melihat kearah circle pertemanan teman sekelasnya. Ingin rasanya Karina bergabung dengan mereka, tapi ia takut jika mereka akan canggung dengan Karina.

"Ayo cepet kesana!" suruh Zevan.

"Kemana?"

"Kamu mau berteman sama mereka, kan?"

"Iya sih."

"Ya udah cepet!"

Karina melangkahkan kakinya menuju teman sekelasnya. Saat melangkah, sesekali ia melihat kearah Zevan.

"Hai," sapa Karina, lalu teman-temannya menyapanya kembali.

"Aku boleh gabung disini gak?"

"Boleh, duduk aja."

Karina melirik kearah Zevan dan memberi isyarat bahwa dirinya akan duduk bersama teman-teman cewek sekelasnya.

"Oh iya, aku boleh tahu nama kalian gak?"

"Ya boleh dong."

Akhirnya ketiga teman sekelasnya memperkenalkan dirinya masing-masing, begitupun dengan Karina. Meskipun teman-temannya pasti sudah tahu, namun Karina masih ingin memberitahu namanya.

Mereka mengobrol tentang hal-hal yang random dan kadang mereka bertanya tentang kegiatan Karina saat bersekolah di Bandung.

Sesekali Karina melihat kearah Zevan, lalu Zevan tersenyum saat Karina melihat kearahnya. Disatu sisi Karina heran, mengapa Zevan tidak bergabung dengan teman sekelasnya.

Apakah dia bermusuhan dengan teman sekelas?

Entahlah, Karina juga tidak tahu. Mungkin saja Zevan cuma ingin menghabiskan waktu sendiri.

...****************...

Selesai dari kantin, Karina pergi menuju toilet. Ia sudah tidak kuat ingin buang air kecil. Disepanjang perjalanan menuju toilet, ia merasakan hawa dingin yang membuatnya merinding.

Ia melihat kesekitar, tetapi hanya ada sedikit orang disekitar sini, mungkin juga orang-orang yang lainnya sedang berada di kantin ataupun dikelas.

Melihat wajah orang disekitar, membuat Karina semakin takut, sebab wajah mereka begitu pucat. Maka dari itu, Karina terus mempercepat langkahnya menuju toilet.

Sesampainya di toilet, untung saja ada tiga orang yang sedang berdandan, jadi Karina tidak merasa takut.

"Anak baru ya?"

"Iya," ujar Karina sambil tersenyum, setelah itu ia segera masuk kedalam toilet dan mengunci toilet yang ia pakai.

Tok! Tok! Tok!

"Iya, sebentar," ujar Karina sambil buru-buru memakai roknya.

Pada saat membuka pintu, tubuh Karina membeku. Ia melihat sesosok perempuan berambut panjang yang membelakanginya.

Karina hanya bisa menutup matanya dan tanpa sadar ia meneteskan air matanya.

Tiba-tiba terlintas dipikiran Karina saat dirinya dan Tika bertengkar. Karina ingat tentang alasan mengapa dirinya dan Tika bertengkar.

"Karina!" panggil seseorang sambil menepuk pundak Karina.

Perlahan Karina membuka matanya dan ia melihat beberapa orang yang sedang melihat kearah Karina.

Dengan cepat Zevan membawa Karina keluar, karena tidak enak juga jika dirinya berada di toilet cewek.

"Kamu kenapa?"

"Tadi aku lihat hantu."

"Itu halusinasi kamu aja kali."

"Enggak! aku emang lihat hantu."

"Memang sih toiletnya angker, tapi belum pernah tuh ada orang yang lihat hantu langsung."

"Tapi ini beneran, Van."

"Udah sekarang lebih baik kita ke kelas aja, daripada bahas tentang makhluk halus."

...****************...

Akibat kejadian tadi Karina tidak bisa fokus belajar, ia terus terbayang dengan sosok perempuan tadi. Ia yakin bahwa itu arwah Tika yang ingin meminta permintaan maaf dari Karina.

Memang benar bahwa waktu itu Karina dan Tika bertengkar dan penyebab mereka bertengkar adalah Aril. Kemungkinan juga Tika bunuh diri karena Karina tidak memaafkan perbuatan Tika yang telah menjadi selingkuhan Aril.

Karina dan Tika memang sangat dekat, bahkan ketika Karina curhat tentang permasalahannya dengan Aril, Tika selalu membantu memberikan solusi.

Tapi ketika itu, Karina juga tidak tahu kenapa Tika mengkhianatinya dan memilih menjadi selingkuhan Aril. Padahal Karina sendiri sudah menganggap Tika sebagai sahabatnya sendiri.

Brugh!

Seseorang melempar spidol kearah Karina, tetapi untung saja spidol itu mendarat di meja. "Perhatikan!" teriak guru dengan ekspresi yang kesal.

"Maaf, Pak," ujar Karina sambil mengambil spidol itu, lalu ia mengambil dan mengembalikan spidol itu kepada guru itu.

"Coba kerjakan soal yang ada dipapan tulis!" perintah guru.

Karina menatap papan tulis yang ada didepannya. Lalu, ia mengerjakan soal tersebut dengan sangat cepat.

"Udah, Pak."

Guru tersebut merasa heran dengan Karina. Bagaimana tidak, baru kali ini ada murid yang terlihat tidak bisa mengerjakan soal, tetapi waktu disuruh dia bisa mengerjakannya.

"Pak, ada yang salah ya?"

"Cepat duduk!" suruh guru, lalu Karina kembali duduk dikursinya.

Krining! Krining!

"Karena sudah bel pulang, silahkan bereskan barang-barang kalian," ujar guru.

Semuanya membereskan alat-alat tulisnya kedalam tas masing-masing. Setelah itu, mereka berdoa sebelum pulang ke rumah masing-masing.

...****************...

Ketika sampai di parkiran, Karina terus mencari kunci mobilnya didalam tas, namun tidak ditemukan juga.

"Yah! gimana dong," keluh Karina.

"Cari kunci mobil ya?" tanya Zevan yang tiba-tiba muncul.

"Kok kamu bisa tahu," heran Karina.

Zevan memberikan kunci mobil kepada Karina. "Tadi kuncinya jatuh waktu di kelas."

"Makasih banyak ya."

"Iya sama-sama."

"Oh iya! kapan-kapan kita jalan-jalan yuk!"

"Jalan-jalan?"

"Iya, soalnya aku pingin tahu tempat-tempat yang bagus didaerah sini."

Zevan hanya terdiam. Baru kali ini ia diajak jalan-jalan oleh seorang wanita.

"Gimana? mau gak?"

"Ya udah."

"Mau kapan?"

"Terserah kamu aja."

"Gimana kalau nanti malam? kamu bisa gak?"

"Malam ya? hmm...gimana nanti aja ya, takutnya aku sibuk kalau malam."

"Ya udah deh lain kali aja."

Setelah lama berbincang-bincang, akhirnya Karina pulang menuju rumahnya.

Sepanjang perjalanan, Karina heran pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa seorang Karina yang biasanya cuek, kini tiba-tiba mengajak cowok jalan-jalan.

Karina yakin bahwa saat ini Zevan akan ilfeel kepada Karina. Ya walaupun Zevan tahu bahwa Karina tidak menyukainya, tapi tetap saja Zevan akan mengira bahwa Karina sangat agresif.

"Bodoh banget sih. Harusnya tadi aku gak bicara kayak gitu sama Zevan. Nanti gimana coba kalau dia tiba-tiba baper sama aku," batin Karina.

Tak lama Karina tersenyum. "Tapi gak apa-apa sih. Kalau dilihat-lihat Zevan ganteng juga orangnya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!