Suara jarum jam terus berdetak, begitupun dengan jantung Karina. Suhu udara terasa dingin, ditambah dengan suara-suara aneh yang sering Karina dengar.
Tap
Tap
Karina mendengar suara itu lagi. Suaranya terdengar jelas ditelinga Karina. Ia tidak berani membuka kedua matanya, sebab ia terlalu takut.
Deru nafas terdengar sangat dekat, hingga membuat bulu kuduk Karina berdiri. Rasanya tubuh Karina sangat kaku untuk digerakkan.
Saat membuka kedua matanya, tiba-tiba ada sesosok perempuan berambut panjang dan wajahnya dipenuhi darah.
Karina ingin berteriak, namun mulutnya sulit bergerak. Dalam hati ia terus berdoa dan meminta agar hantu itu pergi dari hadapannya.
Krining! Krining!
Suara alarm membangunkan Karina. Ia terus menarik dan menghembuskan nafasnya agar ia merasa tenang.
Mimpi tadi seperti nyata untuk Karina. Tetapi kalau dipikir-pikir itu tidak nyata, sebab di mimpi itu Karina masih berada di rumah yang berada di Bandung.
...****************...
Pukul 06.30 WIB
Karena belum sarapan, akhirnya Karina memutuskan untuk membeli makanan di kantin. Alasan ia tidak memasak karena ia takut dan masih terbayang-bayang wajah hantu dalam mimpinya.
Setelah selesai membeli makanan, ia kembali menuju kelasnya. Pada saat di kelas, orang-orang kembali menatap Karina dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Entah apa yang mereka lihat, tapi sepertinya Karina sadar bahwa orang-orang melihatnya karena mereka mengira bahwa Karina yang telah menyebabkan Tika bunuh diri.
Ketika Karina hendak duduk, ia melihat bunga berwarna putih. Ia tidak tahu nama bunga itu, tapi yang jelas bunganya sangat indah.
"Bunga dari siapa?" tanya Zevan sambil meletakkan tas nya.
"Aku gak tahu."
"Tunggu deh. Itu bukannya bunga buat orang yang meninggal ya?"
Spontan Karina menjatuhkan bunga itu. "Bunga buat orang yang meninggal?"
"Iya. Kalau gak salah namanya bunga Krisan."
"Kira-kira siapa yang kasih bunga ini ya?"
"Mungkin orang yang iseng kali."
Karina sedikit takut, karena katanya bunga ini untuk orag yang meninggal. Ia takut jika Tika membalas dendam dengan Karina, karena katanya waktu itu Karina dan Tika sempat bertengkar.
Namun Karina sama sekali tidak mengingat kejadian pertengkarannya bersama Tika.
Ting!
Terdapat satu pesan masuk, lalu Karina buru-buru membuka pesan tersebut. Pesan tersebut dari nomer telepon yang tidak dikenal dan juga pesan itu berupa video Karina dan Tika. Namun, video tersebut tidak memiliki suara sama sekali, jadi Karina tidak tahu apa isi percakapannya.
Mata Karina memandang ke segala arah, ia yakin bahwa salah satu orang yang berada di kelas lah yang mengirim video ini. Tapi tentu saja video tersebut asal mulanya dari murid SMA yang di Bandung.
"Zevan."
Zevan menengok kebelakang. "Ada apa?"
"Kamu tahu rumor aku dari siapa?"
"Aku udah bilang, kalau aku denger dari anak-anak kelas."
Karina bertanya kepada Zevan tentang siapa yang nyebarin rumor pertama kali, tetapi Zevan sama sekali tidak tahu siapa orangnya.
"Pasti yang nyebarin salah satu anak kelas ya?"
"Gak tahu. Tapi belum tentu juga anak kelas yang pertama kali nyebarin."
Karina sangat bingung dengan situasi ini. Ia jadi berpikir, apakah memang Karina penyebabnya?
"Udah santai aja, jangan dipikirin. Lagian rumor itu gak benar, kan?"
"Iya, rumornya emang gak benar."
...****************...
Pada saat istirahat di kantin, Karina merasa tidak nyaman. Orang-orang terus melihat kearah Karina dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.
"Zevan, aku duduk disebelah sana ya."
"Kenapa mau duduk disana?"
"Soalnya aku gak nyaman kalau duduk sama kamu, apalagi sekarang orang-orang lihat kearah kita."
"Santai aja. Wajar aja mereka lihat kearah kamu, karena kamu kan murid baru."
"Bukannya mereka lihat kearah aku karena rumor itu?"
"Enggak kok. Lagian bukannya rumor itu gak bener, kan?"
"Iya, rumornya emang gak bener. Tapi tetap aja aku jadi risih kalau dilihatin terus-menerus."
"Udah jangan dihiraukan."
Beberapa menit kemudian, Karina mendapatkan pesan dari nomer yang tadi mengirimkan video. Kali ini orang itu mengirimkan foto rumah yang ditempati Karina dan orang itu menuliskan pesan bahwa sekarang dia sedang berada didepan rumah Karina.
Seketika jantung Karina berdebar kencang, ia sangat takut jika orang itu sampai masuk kedalam rumah. Tetapi kalau dipikir-pikir, tidak mungkin juga dia masuk, sebab pasti ada saja satpam yang berkeliaran disekitar perumahan.
"Kenapa sih? kok kayak panik gitu," ujar Zevan.
"Zevan, aku boleh minta tolong gak?"
"Minta tolong apa?"
"Kamu bisa gak antar aku sampai ke rumah?"
"Bukannya kamu bawa kendaraan ya?"
"Iya sih, cuma aku agak takut."
"Takut kenapa?"
Karina menunjukkan foto yang dikirim oleh orang itu kepada Zevan. "Soalnya ada orang yang memantau rumah aku."
"Mantan kamu ya?"
"Kayaknya sih bukan, soalnya dia sama sekali gak tahu rumah aku yang sekarang."
"Karina ya?" tanya seseorang.
"Iya."
"Tadi kamu disuruh ke ruang guru."
"Ada apa ya?"
"Aku gak tahu. Tapi lebih baik kesana aja dulu," ujar orang itu, lalu ia segera pergi.
"Zevan, aku pergi dulu ya," ujar Karina, lalu ia pergi menuju ruang guru.
Ketika dipertengahan jalan, tiba-tiba seseorang menarik tangan Karina dan orang itu membawa Karina ke suatu tempat.
"Kamu-"
"Aku kan udah bilang, kamu jangan dekat-dekat dengan Zevan," ujar seorang perempuan yang waktu kemarin bertemu dengan Karina.
"Emangnya kenapa sih? lagipula Zevan baik kok sama aku."
Orang itu terus menyuruh agar Karina tidak mendekati Zevan.
Perempuan itu terdiam sejenak. "Karena dia udah bikin seseorang bunuh diri."
Karina terdiam sejenak karena mendengar ucapan perempuan itu. "Kamu gak bohong, kan?"
"Enggak. Buktinya saat kamu sama Zevan, orang-orang lihat kearah kamu, kan?"
Memang sih saat Karina pindah, orang-orang terus memperhatikannya. Tetapi Karina tidak percaya kalau Zevan sudah membuat orang lain bunuh diri.
"Aku kira mereka lihat kearah aku karena rumor tentang aku."
"Rumor tentang apa?"
"Rumor yang sama seperti Zevan."
"Jadi kamu pindah kesini karena rumor itu?"
"Bukan! aku pindah kesini karena orang tua pingin aku mandiri."
Krining! Krining!
"Udah bel. Kalau gitu aku ke kelas dulu ya"
"Iya."
Kemudian, Karina buru-buru pergi menuju kelasnya.
Sesampainya di kelas, ia duduk di kursinya sambil melihat kearah Zevan yang sedang memainkan ponselnya.
Ketika Zevan menengok kebelakang, spontan Karina mengalihkan pandangannya.
"Karina." panggil Zevan.
Karina kembali melihat kearah Zevan. "Iya, ada apa?"
"Jadi gak?"
"Maksudnya?"
"Tadi kamu minta tolong supaya aku antar kamu ke rumah."
"Hmm...gak jadi deh. Nanti aku minta tolong aja ke satpam yang suka jaga."
Tiba-tiba Zevan tersenyum kearah Karina dan itu membuat Karina sedikit takut dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments