Cassie menjatuhkan dirinya dari atas pagar di balkon lantai tiga. Dia memejamkan matanya, rupanya dia takut juga, namun nasi telah menjadi bubur. Dia terlalu gegabah dan terlanjur terjun.
Seseorang menangkapnya, Cassie membuka matanya yang terpejam rapat.
"Bram,"
Detak jantung Cassie seperti mau copot, ia takut jika dirinya cacat atau yang lebih parahnya dia bisa mati. Tetapi Bram menangkapnya dengan sigap.
Untung saja berat Cassie hanya 45kg sehingga Bram tidak kesusahan membopongnya.
Kedua mata mereka saling berpandangan, tapi tak lama Bram tersadar. Ia lalu menurunkan Cassie dari gendongannya.
"Thanks," ucap Cassie sedikit malu
"Cassie, jangan seperti itu lagi. Sayang sama jiwa kamu," ucap sang Papa menghampiri putrinya.
"Cassie sayang, mama takut kalau kamu jatuh benaran, jangan diulang yah?" ucap Dina sembari memeluk Cassie
"Iya benar kata Papa dan Mama Lo. Untung aja gue bisa tangkep Lo," seru Bramantyo
"Habisnya aku sebel,"
"Hemm begini saja, kita masuk ada yang mau papa bicarakan baik-baik," ucap Rio
Namun sebelum mereka masuk, Rio mengamati Bram dari atas kebawah dan balik lagi dari bawah keatas.
Visual Bramantyo Sumber Instagram Hero Fiennes Tiffin @Hero_tf
"Saya seperti pernah ketemu kamu?" ujar Rio
"Masak sih om, kayaknya kita belum pernah ketemu,"
"Kamu anak Wibi kan? Wibi Wicaksono, pengusaha terkaya ke tiga di Jakarta.
"Hmm betul, om tahu dari mana?"
"Haha ya tahu lah, dia kan teman saya main golf," ujar Rio
"Eh ayo masuk," ajak Rio
"Gimana sih bapak ini, kan sudah diusir Nyonya kok malah bawa tamu kedalam," gumam Mbak Markonah, asisten rumah tangga Nyonya Dina.
"Sstt kowe ngomonge ojo banter-banter, rak penak Karo tuan," balas Pak Ateng berbisik, sopir pribadi Rio
(Sstt kamu ngomongnya jangan keras-keras, gak enak sama tuan)
Dan ternyata ucapan Mbak Markonah terdengar oleh sang majikan. Lebih tepatnya mantan majikan. Rio pun merasa sungkan untuk mengajak Bram kedalam.
"Terimakasih atas tawarannya. Tapi maaf saya ada urusan lain om, lain kali saja," ucap Bram
"Cass, nomer kamu belum lengkap," ujar Bram sambil memberikan ponselnya pada Cassie.
"Oh iyakah, perasaan udah. Yaudah gue tulis lagi,"
Bram pun pamit pulang setelah mendapatkan nomer telepon Cassie. Terlihat wajah senang dari Bram. Sementara sang Papa yang melihatnya merasa senang karena Cassie bisa dekat dengan Bram.
"Dia pacar kamu?"
"Untuk apa papa tanya-tanya, Aku masih marah sama Papa, sama Mama juga," seru Cassie kemudian pergi masuk kedalam rumah.
"Loh kamu kalau marah sama Papa kamu lah, tanya tuh sama dia, kenapa sampe selingkuh," ujar Dina
"Mulai lagi, jangan perpanjang masalah lagi. Kamu sudah tahu alasan aku kan?"
"Tapi anak kamu belum tahu,"
"Makannya aku mau bicara sama dia, kita bertiga," jawab Rio
"Cassie, tunggu sebentar. Kita bicarakan hal ini sambil duduk dan dengan pikiran dingin," Rio mengikuti Cassie ke dalam
"Kasih es batu aja Pah kalo mau dingin," jawab Cassie yang sikapnya masih seperti anak kecil. Ya wajar saja umurnya masih 17 tahun dan sebentar lagi menginjak 18 tahun
"Cassie, tolong bersikap dewasa. Papa ingin mengakhiri hubungan ini dengan baik-baik. Walaupun sebenarnya papa ga ingin perceraian ini, karena Mama mu terus memancing emosi Papa,"
"Oh jadi semua salahku?"
"Kalian memang ga bisa akur ya Ma, Pa. Coba deh kalian inget saat pertama kali jatuh cinta, saat aku lahir dari dunia ini. Betapa bahagianya kalian kan? Atau jangan-jangan aku gak brojol dari perut Mama sehingga moment bahagia itu ga ada," ucap Cassie yang kemudian duduk di kursi ruang keluarga.
Papa dan Mamanya ikut duduk, mereka mulai berbicara dengan tenang setelah Cassie menyuruh mereka mengingat moment kapan mereka jatuh cinta dan saling menyayangi.
"Manusia ga ada yang sempurna, Papa akui, papa salah. Papa Khilaf. Dan untuk kamu Dina. Kamu cinta pertama aku, setelah perpisahan ini aku harap kita masih bisa berkomunikasi,"
Dina masih terlihat kesal. Apalagi saat ia membayangkan kejadian yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Rio dan si pelakor berciuman bibir di dalam mobil yang terparkir di depan kafe. Dan kebetulan Dina sedang menyebrang jalan menuju kafe tersebut. Tertangkap basah lah aksi mereka berdua. Perang adu mulut pun dilanjutkan di rumahnya.
"Aku gak janji ya masih bisa berkomunikasi sama kamu atau gak. Yang jelas, aku ingin hak asuh anak ada di tanganku," ujar Dina
"Ya gak bisa dong, aku Papanya. Penghasilanku lebih besar dari kamu. Dan yang paling penting aku gak akan ninggalin Cassie berminggu-minggu, Aku bisa mengusahakan diriku tetap dirumah, mengawasi perkembangannya," ucap sang Papa
Memang benar, selama ini meski Dina sering keluar negri, tetapi penghasilan Rio lebih besar darinya dan dia bisa mengawasi Cassie di sore dan malam harinya.
"Tapi aku ibunya, Aku juga merawat dia, aku selalu menjaga agar dia makan makanan sehat, memantau perkembangan belajarnya walau dari jarak jauh. Aku juga merawat dia kalau dia sakit," Dina tak mau kalah.
"Belah aku aja Ma, Pa aku rela kok," ujar Cassie
"Begini saja, Cassie kamu mau tinggal sama Papa atau Mama?" tanya sang Papa
"Sama Mama saja ya Cassie,"
"Kalau aku disuruh milih tinggal dengan Papa atau Mama, aku akan lebih memilih untuk tidak dilahirkan. Kenapa sih harus ada pertanyaan pilih mana? Aku ga bisa milih Ma...Pa...," ucap Cassie yang mulai menitikkan air mana
"Aku sayang kalian, aku gak mau kalian berpisah dan terus berdebat," tangisan Cassie semakin menjadi.
Dina kemudian memeluk Cassie, begitu juga dengan Rio. Tak ada yang bisa memecahkan tali darah.
"Papa mengerti Nak, baiklah begini saja. Kalau kamu mau, kamu bisa tinggal dengan Papa kalau Mamamu sedang ke luar kota atau keluar Negri, bagaimana?" ujar Rio
"Hemm begitu juga bisa Mas, Cassie akan tinggal dengan ku dan jika aku keluar kota atau keluar Negri. Dia bisa tinggal dengan mu," balas Dina
"Cassie Mama juga sayang kamu. Mama kerja bukan berarti Mama gak sayang kamu. Tapi, Mama mencari uang untuk masa depan anak dan cucu Mama kelak. Karena dunia ini kejam Nak, selagi posisi Mama sedang naik, Mama ga ingin membuang kesempatan itu," timpalnya lagi sembari mengelus rambut Cassie.
"Jadi, kalian benar-benar akan berpisah? Tidak bisa rujuk lagi?" tanya Cassie
Keduanya menggelengkan kepala
"Kita berdua harus sama-sama menikah lagi jika mau rujuk dan itu gak mudah Cassie,"
"Oke, kalau begitu Cassie ada satu permintaan,"
"Apa itu nak?" tanya Papa
"Lulus SMA nanti, Aku mau melanjutkan sekolah keluar negri," ucap Cassie yang sebenarnya dia ingin melarikan diri dari rumah.
Karena setiap mengingat rumahnya, dia terus mengingat pertengkaran yang sering terjadi. Tidak ada keharmonisan didalamnya. Semuanya telah sirna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Hanachi
padahal penghasilan suaminya aja kan dah berlebih.
2024-06-05
0
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
pilih tinggl sama aku aja casie
2023-09-23
1
Drew 1
dikira telor ceplok apa... enak aja dibelah 😏
2022-12-28
2