"Aku tahu tempat menghibur diri yang asik," ucap Vinno sembari mendekati Cassie dan langsung merangkul bahu remaja itu.
Cassie bergeser sedikit sambil melepaskan rangkulan Vinno . Namun Vinno merangkulnya lagi dan mengajaknya dengan ajakan halus.
"Kita sama Cassie, aku juga sedang memiliki masalah keluarga, mereka ingin bercerai,"
Vinno memancing Cassie, ia hanya menebak saja dengan apa yang dialami gadis itu. Karena dirinya sempat melihat nama penelepon dilayar kaca tersebut adalah Mamanya.
Ada rasa tidak enak, jika menolak ajakan Vinno yang juga sedang sedih dan butuh seseorang. Sama seperti dirinya. Akhirnya Cassie pun tidak melepaskan rangkulan itu dan menganggapnya rangkulan seorang teman baik.
Wangi aroma parfum Vinno bukan kaleng-kaleng. Cassie tahu benar ini parfum senilai 5 jutaan, karena aromanya mirip seperti wangi parfum papanya jika ingin menemui klien penting.
Dilihat dari merek mobil yang dibawa Vinno adalah Lexus 570, harganya bisa mencapai 3 milyar lebih. Dari wangi parfum dan penampilan pakaiannya yang bermerek No KW, menandakan jika Vinno adalah anak konglomelarat eh salah maksudnya Author adalah konglomerat.
Cassie menepikan mobil lalu meninggalkannya dijalanan itu. Kemudian Ia pergi dengan mobil yang dikendarai Vinno.
Sangat nyaman, dan dari dalam mobil tidak terdengar suara luar. Mobil itu memiliki kedap suara.
"Memangnya kamu mau bawa aku kemana?" Cassie memulai perbincangan.
Ia bertanya karena sedikit penasaran. Pasalnya Cassie adalah anak rumahan yang jarang nongkrong.
"Kalau dikasih tahu ga surprise dong," ujar Vinno
"Eits kita kok jadi aku kamu ya hehehe, biar lebih akrab Lo Gue aja kali ya," Timpalnya lagi sembari mulai menjalankan mobilnya.
"Ah iya habisnya aku eh gue gak tahu umur Lo, takutnya Lo lebih tua dari Gue,"
"Haha emangnya tampang gue boros ya?"
Cassie menggeleng pelan sambil tersenyum.
"Gue tebak nih ya, kita seumuran pasti 17 atau 18an kan?" terka Vinno yang asal-asalan.
"Wah tebakan Lo bener, ya gue 17 tapi bentar lagi 18. Kalau Lo?"
"Sebentar lagi dong?"
Dan mereka berbicara apa saja. Perbincangan mereka semakin menarik dan keduanya saling tertawa. Kali ini Cassie merasa sedikit lebih nyaman dibanding saat pertama kali bertemu.
Sementara dilain tempat, kedua orang tua Cassie bertengkar lagi dan saling menyalahkan soal kepergian Cassie ditengah malam itu.
"Ini semua gara-gara kamu pah!"
"Aku? Ngomong sama tangan! Liat diri kamu di cermin sebelum kamu menyalahkan orang lain. Menurut kamu, semuanya aku yang salah kan?" ujar Rio tak mau disalahkan
Dina sudah muak dengan adu mulut yang tiada henti, tenggorokannya sakit dan yang lebih sakit adalah hatinya yang telah dikhianati.
Suasana hening, tak ada percakapan dari keduanya. Lalu terdengar suara seseorang menangis.
"Sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengannya?" Dina berbicara dengan nada suara yang lebih lembut dan pelan.
"Masih dibahas lagi? Sampai lebaran monyet pun kau akan terus mengungkit hal ini?"
"Aku hanya ingin tahu, apa benar karena kamu kesepian? Atau kamu telah tertarik dengannya sehingga berbagai macam alasan kamu tuduhkan ke aku," Dina masih berbicara dengan konotasi yang lembut
Rio terdiam, perkataan Dina tidak bisa ia elak. Rio sebenarnya telah lama menaruh hati pada seorang perempuan di bar. Pertemuan mereka saat salah satu klien mengadakan party di sebuah club malam.
Pertemuan kedua, saat mereka tak sengaja bertemu di bioskop. Dan pertemuan ketiga Rio mulai bermain tangan menggandeng tangan wanita itu, merangkulnya. Pertemuan ke empat sang wanita mulai mencium pipinya dan dari situlah Rio menanggapi jika sang wanita juga terpikat padanya. Dan hubungan itu berlanjut dengan hanya sebatas ciuman bibir.
Pertemuan ke lima, Rio sangat stress dengan pekerjaannya. Ia pun pergi ke bar. Wanita bar itu hanya menemani Rio mengobrol, mengobati kesendiriannya. Siapa sangka mabuknya Rio malah membuat hubungan itu semakin terjerat.
Tak bisa dipungkiri, Rio telah jatuh cinta untuk kedua kalinya dengan wanita lain yang lebih muda dari Dina, yang lebih langsing dari Dina dan lebih dari segalanya. Lambat lain hatinya untuk Dina berkurang dan hanya menyisakan kekesalan. Sehingga setiap bertemu mereka selalu adu mulut.
Rio tidak menjawab pertanyaan Dina, ia memilih bungkam agar tidak terjadi perdebatan.
"Besok aku akan urus perceraian kita. Masalah Cassie ku serahkan padamu. Aku tetap menafkahinya hingga Cassie menikah nanti. Aku pergi," ucap Rio dan berlalu begitu saja
Tangisan Dina semakin menjadi setelah kepergian Rio. Rupanya disatu sisi Rio buru-buru meninggalkan Dina karena ia juga menangis.
Dua puluh lima tahun hidup bersama Dina, banyak kenangan yang terangkum didalamnya. Berharap Dina akan menjadi yang terakhir untuknya, tetapi siapa sangka. Pelakor lebih memikatnya.
Kembali ke Cassie.
Vinno menghentikan mobilnya di depan hotel bintang lima. Pikiran negatif mulai berdatangan dari pikiran Cassie.
"Hotel? Mau ngapain?" tanya Cassie blak-blakan
"Haha kita ga ngapa-ngapain. Temanku mengadakan party di lounge barnya. Yuk," ajak Vinno sembari turun dari mobilnya.
Cassie masuk dengan ragu, tetapi Vinno menggandeng tangannya dan menariknya semakin kedalam.
Suara Jedag-jedug musik Dj dan permainan lampu warna-warni memeriahkan pesta itu.
"Sora, happy birthday beb," ujar Vinno dengan berteriak sembari cipika cipiki.
"Beb? Dia pacar Lo?" tanya Cassie
"Apa? Suara Lo gak kedengeran," Vinno mendekatkan telinganya ke arah Cassie dan wanita itu bertanya
"Dia pacar Lo?" ulang Cassie
"Bukan, dia temen gue," Vinno lalu mengenalkan Cassie pada temannya itu.
"Hai, gue Sora," mengulurkan tangan
"Cassie," Cassie membalas ukuran tangan Sora
"Pacar Lo Vin?" tanya Sora kemudian
"Iya,"
"Wuih dapat lagi bro?" salah satu teman prianya menghampiri mereka, Vinno langsung menyenggol lengan teman prianya itu dengan sikut.
"Dia Bram,"
"Hai cantik, gue Bramantyo. Bisa dipanggil Bram, Tyo atau Mas hehe," teriak Bram
"Hemm Cassie," Cassie mengenalkan dirinya lalu tersenyum
"Masuk aja gaes, nikmati semuanya gratis," ujar Sora sembari sedikit menggerakkan bahu dan tubuhnya mengikuti musik
"Ok beb," ujar Vinno pada Sora
"Yuk kesana," sambil menggandeng tangan Cassie.
Jujur ini pertama kalinya aku ke tempat ini. Rasanya sangat amat tidak nyaman. Apa aku pergi aja ya dari sini, batin Cassie
"Kenapa diem, ayok dance. Jangan kaku gitu. Kita disini buat ngilangin stress," ujar Vinno
Cassie membalasnya dengan senyum kecil penuh keragu-raguan. Sedikit demi sedikit bahunya mulai bergerak naik turun. Diikuti pinggul dan kakinya, sangat kaku karena Cassie tidak bisa berjoget.
Di arena tengah tempatnya lebih gelap dibanding yang lain, hanya lampu kerlap-kerlip yang meneranginya. Lama kelamaan Cassie sedikit pening. Ia pun memundurkan diri dari arena tengah.
Cassie berdiri di meja bar dan seorang bartender bertanya padanya, "Mau minum apa?"
Semua gratis, karena tempat itu telah disewa Sora.
"Yang enak," kata Cassie
Tak butuh waktu lama di bartender lalu memberinya minuman dari gelas yang memiliki lekukan di tubuh gelasnya, tidak lurus dari bawah sampai atas seperti gelas biasa.
Cassie mengambil gelas itu dan meminumnya, namun belum sampai ia meminumnya, sebuah tangan menyentuh bahunya.
"Jangan langsung diminum, tapi nikmati aroma aslinya dulu. Karena Lo baru pertama kali nyobain wiski ini kan?" ujar seseorang yang tak lain adalah Bram.
"Oh, harus dicium aromanya dulu?" Cassie melakukannya, ia mulai mencium aroma Wiski yang lama kelamaan terasa kuat.
"Cium aroma wiski dengan perlahan, dan biarkan aromanya memenuhi seluruh otak," ucap Bram lagi
Setelah itu Cassie mulai meminumnya.
Wanita itu terbatuk-batuk karena rasa alkohol yang terasa sangat menyengat di tenggorokannya juga ada rasa panas ketika masuk di tubuhnya.
"Haha baru pertama kali ya? sebaiknya Lo tambahin air dikit aja dan es, seperti ini," ucap Bram mengambil air putih menuangkan setetes sendok makan dan memasukkan beberapa es yang tersedia dalam wadah ember kecil dekat meja bar.
"Setelah itu minum baru di minum," timpalnya lagi
"Benar, rasanya tidak sekuat yang pertama," Cassie meletakkan gelasnya kembali dan dia enggan meminumnya lagi.
"Lo tau gak sebenarnya cara minum whisky itu unik. Dia harus memakai gelas model Sherry copita seperti ini. Bagian tengah yang membesar akan 'mengumpulkan' alkohol. Sedangkan di leher gelas itu akan membuat alkohol makin terkonsentrasi. Lalu bagian bibirnya yang melebar akan menguapkan alkohol. Tujuannya, agar aroma alkohol yang kuat ini tak langsung menyentuh hidung." ujar Bram
Cassie mulai tertarik dengan obrolan ini. Jadi tidak sembarang gelas yang dipakai. Aturan gelas ini menjadi penting, khususnya saat ingin melakukan nosing dan testing wiski.
"Memangnya kalau pakai gelas lurus apa efeknya?" tanya Cassie
"Efeknya akan merusak kenikmatan aroma Wiski karena aroma alkohol dari wiski ini akan berkumpul di leher botol, sehingga aroma alkohol akan terlalu kuat di hidung," jelas Bram
"Kok gak di minum lagi?" tanya Bram
"Udah cukup,"
"Nyesel loh ga dihabisin, mumpung gratis," bisik Bram yang juga meneguk gelas whiskynya.
Akhirnya Cassie menurut juga, ia habiskan satu gelas berisi Whisky, tak berapa lama ia merasa pening dan berat lalu ia menjatuhkan kepalanya di meja bar.
.
.
.
Keesokannya harinya, Cassie terbangun karena sinar matahari yang memapar wajahnya.
Saat ia membuka matanya, tubuhnya berada disebuah ranjang dengan berselimut putih dan tanpa sehelai kain.
Ia terperanjat kaget lalu melihat seseorang yang berada disampingnya. Cassie mengenal orang itu, meskipun saat itu ia melihatnya dalam cahaya gelap.
"Bram," gumam Cassie
Dan konflik pun di mulai dari sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Hanachi
atau istilah lainnya adalah kabin senyap.
2024-06-04
0
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
kok Bram duh..... duh udah di apain anak perawan orang
2023-09-23
0
🍾⃝ͩֆᷞиͧσᷠωͣflower♕🆒
duh kayaknya ini awal cassie terjebak pergaulan yg salah
2023-04-09
0