Saat Imah tersenyum pada pemuda itu, pemuda tersebut hampir lupa jika ia sedang memegang piring makanan. Dan hampir terlepas dari pegangannya.
Pemuda itu belum pernah melihat gadis seperti Imah, begitu cantik dan mempesona.
Ada sesuatu yang menarik pada diri Imah.
Berada didekatnya, serasa berdiri di dekat suatu magnet yang dapat menarik seluruh perhatiannya.
Dalam sekejap ia membuang muka, menurunkan pandangannya tetapi tidak berusaha menjauh dari Imah.
Ia menyadari bahwa ia tak bisa bergerak sama sekali, seolah ia terpaku ditempat ia berdiri. Zack mematung tanpa tahu apa yang harus di perbuatnya.
Sesaat kemudian, ia kembali menatap Imah.
" Kelihatannya itu tak cukup untuk makan malam untuk pria seperti mu. " kata Imah sambil tersenyum pada pemuda itu.
Gadis itu tidak malu-malu, membuat pemuda itu senang dan tersenyum.
Pemuda itu merupakan sosok yang pendiam, sulit baginya untuk menyapa terlebih dahulu, sebagai orang yang dewasa, ia pria yang jarang bicara.
" Aku sudah makan sebelum datang kesini. " jawabnya.
Ia memang tidak mengambil makanan berat, hanya beberapa potong kue dan puding serta irisan buah.
Semua itu sudah cukup baginya.
Imah melihat pria itu memang sangat langsing meskipun mengenakan stelan jas, jas itu tidak melekat pada tubuhnya sebagaimana mestinya.
" Hmm.. Bolehkah bila kita berkenalan..?
Nama ku Zakaria, teman-teman biasa memanggilku Zack! " Zack mengulurkan tangannya dan mengajak Imah untuk berkenalan.
" Aku Fatimah, keluarga dan teman-teman memanggilku dengan Imah! " balas Imah sambil mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Zack.
" Kau kelihatan tidak nyaman berada disini. " kata Imah pada Zack.
Ia mengatakannya sambil tersenyum lembut dan dengan sikap yang sopan.
Zack tersenyum sambil mengagumi Imah.
" Bagaimana kau bisa menebak..? " tanya Zack.
" Kau seperti ingin menyembunyikan piring mu di suatu tempat, dan kau ingin lari.
Apakah kau tidak menyukai acara ini? "
Tanya Imah balik.
Ia memulai percakapan dengan lancar, sementara teman Imah yang tadi mengobrol dengannya disapa temannya yang lain dan mulai menjauh dari Imah.
Zack dan Imah merasa berdiri berdua saja ditengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang disekitar mereka.
Mereka seolah-olah melupakan orang lain dan hanya berdiri berdua.
" Ya, memang.. Atau setidaknya aku memang berfikir seperti itu.
Aku belum pernah menghadiri acara seperti ini." Zack menjawab pertanyaan Imah.
" Aku juga belum pernah, dan baru kali ini mengikuti acara ini karena kedua orang tuaku yang membawaku kesini. " kata Imah jujur.
Hal itu bukan karena tidak ada kesempatan bagi Imah untuk mengikuti acara seperti ini, tapi karena usianya yang masih belia maka kedua orang tuanya tidak mengajak serta Imah, tapi mereka membawa kedua saudara Imah yang lebih tua.
Zack tak mungkin tahu semua itu, Imah kelihatan begitu santai dan matang, orang akan menduga bila Imah berusia sekitar dua puluh tahun atau lebih.
" Indah sekali, bukan? Kata Imah, sambil menatap ke sekeliling dan kembali menatap Zack.
Zack hanya tersenyum.
Memang indah, tapi ia tidak menganggapnya begitu.
Sejak ia tiba disana, ia hanya memikirkan bahwa banyak sekali orang disana, betapa penuh sesak.
Lebih banyak hal lain yang ingin dilakukannya.
Saat ia menatap Imah, ia tidak yakin apakah acara ini merupakan tindakan membuang-buang waktu seperti anggapan awalnya.
Acara amal seperti ini terasa begitu membosankan menurut Zack.
Menurutnya, ia bisa beramal dimana saja dan kapan saja.
Banyak orang-orang diluar sana yang membutuhkan uluran tangan secara langsung tanpa menunggu acara amal seperti ini.
Menurutnya, acara amal ini hanya cocok untuk mereka-mereka yang punya bisnis dan usaha yang besar serta para pejabat, karena di acara ini bisa menaikkan gengsi mereka.
Di acara seperti ini, mereka juga bisa bertemu kolega dan membicarakan masalah bisnis, bahkan masalah perjodohan bagi anak-anak mereka untuk lebih mengembangkan dan memajukan bisnis.
" Memang indah! " kata Zack.
Imah memperhatikan warna mata Zack, hampir sama dengan warna matanya, kecoklatan.
" Dan begitu juga dengan mu. " kata Zack tiba-tiba.
Zack langsung memuji, dan cara ia menatap Imah membuat kata-kata nya jauh lebih bermakna dari pada semua kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak pemuda yang menyukainya.
Tapi, meskipun para pemuda itu jauh lebih muda dari Zack, mereka jauh lebih pintar bergaul daripada Zack.
" Matamu, indah sekali! " kata Zack terpesona.
Mata Imah memang terlihat begitu jernih, lebar, hidup, dan terlihat berani.
Kelihatannya gadis itu tidak takut terhadap apapun.
Dalam hal ini, mereka punya kesamaan, tapi dengan cara yang berbeda.
Setidaknya, acara ini adalah salah satu sedikit hal yang menakutkan Zack.
Ia lebih suka menyendiri.
Ia baru berada disana lebih kurang setengah jam sebelum bertemu Imah.
Ia merasa sudah bosan dan ingin segera pergi.
Ia tengah menunggu teman yang mengajaknya kesana, kapan mereka akan meninggalkan tempat itu.
" Kau ingin makan? " tanya Zack ringkas tanpa basa basi.
Ia memang tidak suka berbasa-basi, ia hanya mengatakan sesuatu yang dirasa perlu.
Ia melihat Imah yang belum mengambil piring.
Saat Imah mengangguk, Zack memberinya sebuah piring.
Imah hanya mengambil sedikit sayuran dan sepotong kecil ayam.
Ia merasa tidak lapar.
Tanpa berkata apapun, Zack membawakan piring gadis itu, dan mereka berjalan kesalahan satu meja yang disediakan, tempat orang lain yang juga sedang makan, Zack mengajak Imah duduk dikursi yang masih kosong.
Mereka duduk dengan diam, saat Zack mengangkat garpu nya, ia menatap Imah sambil bertanya dalam hati, mengapa Imah mendekatinya.
Apapun alasannya, malam itu menjadi malam yang indah bagi Zack, begitupun dengan Imah.
Kau kenal banyak orang disini? " tanya Zack tanpa memandang mereka, hanya memandang Imah.
Imah hanya mengaduk-aduk makanannya, ia tersenyum pada Zack.
" Hanya beberapa orang saja. Orang tuaku lebih banyak mengenal mereka. " jelas Imah terkejut, karena ia merasa canggung saat bersama Zack.
Itu tidak biasa terjadi padanya, tapi rasanya seolah setiap kata yang diucapkannya bermakna, dan seolah Zack mendengarkan setiap perubahan nada suaranya.
Berada didekat Zack terasa begitu nyaman tidak seperti saat berada bersama pemuda lainnya, ada sesuatu yang luar biasa pada diri Zack yang membuat Imah merasa betah untuk berlama-lama duduk dan berbincang bersamanya.
" Apakah kedua orang tuamu ada di sini malam ini? " Zack kelihatan tertarik untuk mengenal kedua orang tua Imah.
" Ya! Di suatu tempat, aku sudah beberapa saat tidak melihat mereka, saat aku bertemu dengan sahabat dan teman-temanku dan aku mengobrol dengan mereka, dan meninggalkan orang tuaku yang sedang berbincang dengan koleganya.
Imah tahu, ibunya senang sekali duduk bersama sahabat- sahabatnya didekat pojok dan menghabiskan malam dan ayah Imah akan selalu mendampinginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
semangat thor
2023-03-18
1
@🎻ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻
terpesona pada pandangan pertamakan
2023-01-23
0
@Risa Virgo Always Beautiful
keren ceritanya semangat jadi penasaran kelanjutan ceritanya
2023-01-23
0