Menikah Lagi

Oleh Sept

Rate 18 +

Hati Padma menjerit, ingin sekali ia marah. Melampiaskan seluruh emosi pada pria yang memegangi tangannya itu. Tapi, mulutnya terkunci rapat. Bibirnya keluh, kerongkongan Padma terasa kering, tidak ada satu suara pun yang lolos dari mulutnya. Yang tersisa hanya perih, rasa sakit dan tak berdaya. Guntur benar-benar sudah berhasil menyiksa batin dan raga Padma.

"Aku mau ke kamar mandi, Mas."

Sesaat kemudian kata itu lepas begitu saja dari bibir Padma yang masih terasa kebas. Bibir yang semula tipis itu, kini terlihat lebih berisi dan tebal. Tidak hanya itu, Guntur juga meninggalkan banyak bekas di sekitar area leher wanita itu. Begitu banyak cap kepemilikan yang ia ukir di leher jenjang Padma.

"Cepatlah!" ucap Guntur dengan mata yang masih separuh terpejam. Ia lantas melepaskan pegangan tangannya. Pria itu kemudian meraih bantal lalu meneruskan tidurnya.

Sedangkan Padma, wanitanya tersebut tanpa menoleh, meraih kain selimut. Ia balutkan selimut itu ke sekujur tubuhnya. Padma berjalan sembari menahan perih. Guntur melakukannya dengan kasar, membuat Padma harus meringis menahan perih saat berjalan.

***

Matahari sudah bersinar dengan cerah, cahayanya masuk menerobos jendela kamar Padma. Menerpa wajah Guntur yang masih tertidur. Ya, ia masih terlelap. Sedangkan Padma, wanita itu sudah bangun duluan.

Di dalam dapur, Padma sedang melakukan rutinitas seperti biasa. Ia sedang masak untuk sarapan, bila biasanya hanya untuk ia dan ibunya. Pagi ini ada Guntur, meski mendapat perlakuan tidak mengenakan semalam. Pria itu tetap suaminya. Padma tidak menyimpan benci, ia hanya sedikit merasa kecewa. Saat ia sibuk memasak, tiba-tiba sang ibu menyapanya.

"Tuan muda belum bangun?" Ibu menatap sekeliling.

"Masih tidur, Bu." Padma meneruskan masaknya sembari menjawab pertanyaan sang ibu.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Ibu sekali lagi. Ia bicara dengan pelan. Setengah berbisik, takut bila Tuan mudanya mendengar.

Ibu khawatir, karena semalam ia mendengar keributan di kamar sang putri. Ibu takut, Padma kenapa-kenapa. Reflek, Ibu memegang pundak Padma.

"Lihat ke mari, Pad!" titah Ibu.

"Padma nggak apa-apa, Bu." Seketika itu juga, Padma menaruh spatula yang semua ia pegang. Tangannya kini sibuk memegangi lehernya. Padma malu, ibunya nampak heran menatap bekas merah-merah di sekujur leher jenjangnya itu.

"Kamu alergi, Pad? Makan apa? Ibu kemarin kan nggak masak ikan laut?" tanya Ibu dengan wajah polosnya. Padma memang memiliki riwayat alergi. Terutama seafood. Tapi, seingat ibu, dari kemarin ia hanya masak oseng kangkung dan tahu tempe. Mana mungkin Padma alergi kangkung?

Dari situ, wajah Padma tambah merona. Bila ibu tahu, betapa malunya si Padma. Tidak mungkin jujur, wanita itu pun berbohong.

"Anu Bu ... alergi bedak." Padma berkelit. Ia mencoba mencari alasan selogis mungkin. Agar sang ibu tidak bertanya-tanya lebih jauh lagi.

"Oh ... ya sudah. Cepat obati. Biar gak menjalar ke mana-mana. Lihat! Itu sepertinya bibirmu juga kena. Mengapa jadi terlihat bengkak begitu?" Ibu mengernyitkan dahi. Mengamati wajah sang putri.

Padma langsung menelan ludah. Aduh, bagaimana menjelaskan pada sang ibu. Mana mungkin Padma cerita kalau itu adalah hasil perbuatan sang suami. Ah, akhirnya Padma kembali berkata bohong lagi.

"Iya, Bu. Sepertinya Padma salah beli cosmetic."

"Makanya, Pad. Jangan pakai aneh-aneh."

Padma hanya tersenyum miris, mendengar nasehat dari sang ibu.

"Ya sudah, Ibu mau ke pasar. Kamu nitip apa buat Tuan muda?"

"Nggak, Bu ... nggak usah."

Ibu pun berbalik, tidak mau siang-siang ke pasar. Nanti malah panas.

"Ibu berangkat ya, Pad."

"Emang ojeknya sudah datang, Bu?"

"Sudah."

Selepas ibu pergi, Padma kembali menyiapkan sarapan. Sebuah menu sederhana. Bukan menu wah nan mewah seperti biasanya Guntur makan. Ini karena di kulkas mereka hanya ada sayur-sayuran, tempe, tahu dan telur. Jarang sekali Padma masak menu daging atau ikan mahal seperti sang suami makan setiap harinya. Di rumahnya ini, Padma paling masak salmon sebulan sekali, kalau kebetulan Guntur datang. Begitulah hidup Padma. Meski suaminya memberikan banyak uang, ia lebih memilih hidup irit. Sederhana.

Pakaian yang ia kenakan pun jarang ganti. Sampai Guntur berkali-kali protes. Tapi, itulah Padma. Wanita sederhana yang mampu mencuri hati anak juragan ibunya. Yang menjadi awal mula petaka.

"Padma ...!"

Saat menyiapkan piring, tiba-tiba ada yang merengkuh pinggang Padma. Spontan Padma kaget, hampir saja ia menjatuhkan piring tersebut. Guntur ternyata sudah bangun, dan langsung ke dapur mencarinya.

"Sudah bangun?" tanya Padma dengan nada kaku.

"Hem."

"Mandi dulu, Mas. Sarapan sudah siap."

"Nanti ... nanti saja. Aku tidak lapar."

"Mau kopi?"

Guntur menggeleng. Tangannya semakin merengkuh pinggang Padma dengan erat.

"Mana ibu? Kok sepi?" bisik pria tersebut.

"Ke pasar."

"Apa sudah masaknya? Ayo ke kamar."

Seketika Padma kembali menelan ludah. Ada apa dengan suaminya itu? Mengapa semakin menjurus dan agresif?

Dari pada bertanya langsung, Padma memilih diam seribu bahasa. Ketika tangan Guntur menariknya ke kamar ia hanya menurut seperti orang bodoh saja.

KLEK

Guntur mengunci pintu kamarnya.

"Buka bajumu."

Mata Padma langsung terbelalak. Ia tersentak kaget mendengar perintah suaminya itu.

"Baju? ... untuk apa?" Kembali Padma menelan ludah.

"Jangan berpikir bukan-bukan, Pad!"

Bola mata Padma berputar, seolah ia sedang berpikir keras.

"Aku hanya ingin memeriksa tubuhmu!"

Padma menggeleng. "Padma nggak apa-apa."

"Jangan pernah membantah! Kamu tahu, kan? Aku tidak suka dibantah?"

Padma langsung duduk di tepi ranjang bersama suaminya. Perlahan ia membuka kancing bajunya. Guntur dapat melihat, betapa gemetarnya tangan wanita itu.

Pantas Padma takut membuka bajunya, begitu wanita itu tidak memakai apa-apa dan menanggalkan semua pakaian yang ia kenakan, terlihat beberapa bekas merah-merah dan ada yang membiru di sekujur tubuh Padma. Semalam, wanita itu seperti diterkam srigala lapar. Siapa lagi pelakunya?

"Apa aku yang melakukannya?" Guntur menatap sekaligus menuntut jawab. Obat yang semalam ia minum, membuat ia lupa-lupa ingat kejadian panas semalam. Memorinya belum terkumpul sempurna.

Sedangkan Padma, jangankan menjawab, Padma sudah tidak sanggup menatap mata pria itu. Ia memilih memalingkan muka.

"Jawab, Pad!"

Masih dengan kondisi memalingkan muka, Padma malah balik bertanya.

"Mengapa Mas Guntur menikah lagi?"

BERSAMBUNG

Fb Sept September

IG Sept_September2020 

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

bolang ae iku setan yang bikin badanmu merah...setannya kamu mas...ga punya hati iblis....nek ga setan alas...saklek..

2022-11-08

1

osinry 翔

osinry 翔

Dasar suami tak ada otak😠😠😠😠 nasip baik biniknya kuat klu tak dah meroyan

2022-11-08

0

Jasreena

Jasreena

knp g pergi jauh aja seeh ,☹️

2022-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!