Bab 2

Oleh Sept

Rate 18 +

"Ma ...!"

Padma terlihat gelisah ketika mertuanya tiba-tiba muncul begitu saja dan menyuruhnya meninggalkan Guntur, suaminya. Apalagi ia dilempar dengan segepok uang. Sebagai kompensasi untuk mau pergi dari sisi sang suami.

Nyonya Gumilang langsung melotot tajam menatap Padma. Ia menyentak menantunya itu dengan sinis, setelah itu membuang muka, ia tidak suka Padma memanggil dirinya dengan sebutan mama. Lancang sekali anak itu, pikir nyonya Gumilang. Meskipun Padma adalah menantunya, akan tetapi nyonya Gumilang tidak pernah menganggap Padma adalah sang menantu. Padma hanya orang asing, kaum rendahan yang sengaja menjerat anaknya demi harta. Nyonya Gumilang yakin, Padma hanya ingin status dari keluarga mereka.

"Aku rasa uang ini sangat cukup, ambil dan tinggalkan kota ini. Segera tinggalkan Guntur!" sentak nyonya Gumilang sekali lagi.

"Ma ...!" bibir Padma sudah bergetar, wanita tersebut mau menanyakan perihal anaknya. Tapi, lidahnya keluh. Ia hanya bisa menangis dalam diam. Wanita di depannya sudah mengambil anak yang baru ia lahirkan, sekarang memintanya pergi meninggalkan sang suami. Padma tambah dilema. Apa orang miskin sepertinya tidak patut bahagia dan memiliki pernikahan seperti orang di luar sana?

Mama mertua nya terlalu berkuasa, ia ingat sekali, bagaimana Nyonya itu memfitnah sang ibu mencuri di rumah Nyonya Gumilang tersebut. Wanita itu sengaja menjebak ibunya dan mengirimnya ke penjara. Beruntung bagi Padma karena memiliki pria yang mencintai dengan tulus tanpa melihat status. Strata sosial bagi Guntur bukanlah penghalang bagi cintanya. Guntur selalu ada saat Padma dalam masalah, sebuah masalah dari ibu pria tersebut tentunya.

"Apa ancamanku tidak membuatmu takut, Padma?" tanya Nyonya Gumilang dengan sinis.

"Maaf, Ma ... Maafkan Padma. Padma akan pergi dari hidup Mas Guntur. Tapi ... berikan bayi Padma terlebih dahulu." Wanita yang terlihat putus asa itu mencoba mengiba. Barangkali hati sang mama mertua akan melunak. Karena mereka sama-sama seorang wanita dan seorang ibu juga.

Plakkk

Bunyi tamparan terdengar begitu keras. Menyisakan bekas merah di pipi Padma. Panas dan perih, tapi tak seberapa. Itu masih belum sebanding dengan luka hati wanita tersebut. Hanya karena miskin, ia diusir dan bayinya diambil.

"Lancang sekali bicaramu! Kamu siapa? Lihat statusmu! Tidak tahu di untung, bukannya terima kasih. Jangan harap kamu bisa memiliki anak itu, mulai sekarang dia bukan anakmu!" sentak Nyonya Gumilang tanpa perasaan.

Wanita tua dan arrogant tersebut tidak peduli pada tangis Padma yang terdengar menyayat hati, baginya Padma hanya benalu yang perlu ia babat habis. Menjauhkan Padma dari putranya, itu adalah misi nyonya Gumilang ke mari. Menghilangkan Padma dari sisi Guntur. Agar bisa menikahkan Guntur dengan wanita lain. Wanita dari kalangan atas, wanita bermartabat. Seorang wanita yang sederajat dengan keluarga Gumilang. Tidak seperti Padma, hanya anak babu yang tidak ada nilainya di mata wanita sombong tersebut. Yang ia lihat hanya harta dan tahta. Nyonya Gumilang benar-benar gila hormat.

KLEK

Tiba-tiba pintu terbuka, seseorang masuk dengan pandangan aneh. Guntur melangkah masuk mendekati sang mama.

"Ma," sapa Guntur yang masih merasa aneh dengan tujuan sang mama yang tiba-tiba menjenguk Padma.

Guntur menatap curiga pada sang Mama. Mengapa wanita yang sangat membenci Padma itu datang ke rumah sakit lagi? Apa mamanya mau menerima Padma setelah melihat anak mereka? Apa pintu hati mama yang terkunci itu mulai terbuka? Guntur berjibaku dengan pikirannya. Menerka-nerka tujuan kedatangan sang Mama.

"Mama pulang dulu, Mama hanya ingin melihat Padma."

Tanpa menoleh pada Padma, Nyonya Gumilang langsung keluar. Ia melewati Guntur tanpa suara. Wajahnya dingin tanpa ekspresi.

Setelah nyonya Gumilang pergi meninggalkan ruang perawatan Padma, Guntur langsung menghampiri istrinya. Pria itu menarik kursi dan duduk di sebelah ranjang.

"Apa yang mama katakan?" Guntur langsung mengintrogasi sang istri. Ia ingin tahu, apa saja yang dikatakan oleh mamanya kepada Padma.

Sedangkan Padma, wanita itu hanya menggeleng kepalanya dengan pelan, kemudian memilih membetulkan posisi tidurnya dan tangannya menarik selimut. Hatinya kalut, Padma hanya ingin tidur. Berharap jika nanti bangun, ini hanyalah sebuah mimpi buruk.

Guntur yang tidak tahu bahwa istrinya habis ditampar, ia lantas membelai rambut Padma. Mengecup kening wanita tersebut dengan kasih sayang. Tidak menyadari, bahwa wanitanya memiliki hati yang sudah luluh lantah akibat sang mama. Hati Padma sudah tidak terbentuk lagi, sudah hancur berkeping-keping menjadi puing-puing.

Esok harinya.

Langit di pusat kota nampak gelap, mendung terlihat menggantung. Sepertinya alam pun mengerti suasana hati Padma saat ini. Wanita itu merenung sambil menatap langit gelap lewat jendela di depannya. Wajahnya dipenuhi riak sendu, menggambarkan hati yang masih memendam rindu yang menggebu. Padma begitu ingin melihat buah hatinya. Tapi, Guntur masih belum ada tanda-tanda mengabulkan inginnya.

"Nanti Ibu akan ke sini, Pad."

Suara Guntur mengusik lamunan Padma. Wanita itu menoleh sekilas ke sumber suara, kemudian kembali menatap kosong ke jendela.

"Pad!" panggil Guntur.

Padma menoleh lagi. Tapi tidak menyahut, bibirnya masih terkunci rapat. Wajahnya nampak semakin pucat, sepertinya Padma tidak ada gairah dalam menjalani hidup ini. Ia terlihat tidak bersemangat.

"Setelah pulang dari sini, sebaiknya kita membawa ibu untuk tinggal bersama. Bagaimana menurutmu?"

Guntur mencoba merayu Padma, ia pikir bisa menghibur Padma dengan mendatangkan ibu dari istrinya tersebut.

"Bagaimana dengan anakku?" Padma malah tak menanggapi pertanyaan sang suami, ia malah memiliki pertanyaan lain yang juga butuh jawaban.

"Dia sehat, sangat sehat."

Padma memejamkan mata dalam-dalam, dadanya terasa sesak. Bulir bening memaksa keluar dari sudut matanya.

"Aku ingin melihatnya!" Wanita itu terisak, menangis sampai sesenggukan. Padma mau bayinya. Ia hanya ingin bayinya.

"Jangan begini, Padma ... Aku sudah banyak berkobar. Biarkan bayi itu tinggal bersama mama. Toh, itu adalah nenek kandungnya."

"Aku ibunya ... aku ibunya Mas, aku bahkan belum sempat memberinya ASI. Mengapa kalian kejam sekali padaku? Apa karena aku miskin, maka tidak pantas menjadi seorang ibu?"

"Berpikirlah yang terbuka, Pad. Ini demi masa depannya. Tunggu sampai Mama mau menerimamu."

Mendengar ucapan Guntur, Padma sudah tidak bisa lagi berkata-kata. Guntur mungkin matanya sudah tertutup. Mau sampai kapan pun, Nyonya Gumilang pasti tidak akan menerima menantu seperti Padma.

Menunggu restu hanya akan mengiris hati, karena mertua nya bahkan sudah mengusirnya kemarin. Artinya, tidak ada pintu untuk Padma masuk dalam keluarga itu.

"Sampai kapan?" Padma mengusap pipinya yang sudah basah.

"Bersabarlah, Padma!"

"Sampai kapan?" tuntut Padma.

"Ayolah Padma, bukannya kamu sudah tahu sejak awal, bahwa mama tidak merestui hubungan kita? Harusnya kamu lebih sabar, jangan egois."

Padma meremas kain sprei yang ia duduki, hatinya sakit mendengar tuduhan dari sang suami. Egois? Ingin hidup bersama bayinya apa itu dikatakan egois? Guntur benar-benar sudah mirip seperti ibunya. Selalu menyakiti hati Padma sampai relung hati paling dalam dengan semua ucapan uangang sudah dilontarkan.

"Pad ... mengertilah! Ini semua demi hubungan kita," ucap Guntur sembari memegangi kedua pundak Padma.

Padma kembali menangis, melihat itu, Guntur langsung memeluk istrinya tersebut.

"Kita tunggu sampai mama mau menerimamu, bersabarlah sedikit lagi, Padma!" bisik Guntur di telinga Padma. Bukannya tenang, Padma malah semakin sesenggukan. Sebab ia tahu, hal itu sangat tidak mungkin.

Satu tahun kemudian.

Kediaman keluarga besar Gumilang, terlihat tenda yang megah terbentang di halaman rumah tersebut.

Di depan pagar, Padma sedang mengintip. Ia ingin melihat putrinya dari jauh. Bila beruntung, ia akan bisa melihat anaknya dari luar pagar.

Tapi, pagi ini tidak seperti biasanya. Suasana kediaman keluarga Gumilang sungguh berbeda. Sepertinya ada acara besar di sana.

Padma yang berpakaian sedikit rapi kala itu, ikut membaur bersama pada tamu yang datang. Rasa penasaran, membuat Padma terus melangkah masuk ke dalam.

"Mas Guntur!" pekik Padma dari jauh ketika melihat suaminya duduk di depan penghulu.

Padma tidak menyangka, ia akan menyaksikan sang suami menikah lagi.

Bersambung.

Fb Sept September

IG Sept_September2020 

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

dr awal udh tau jd ya ngapain ditangisin, nikmatin aja tiap rasa sakitnya toh itu pilihanmu sndiri kn Pad....

2024-02-08

0

RahaYulia

RahaYulia

ah masalah itu muncul jg akarnya gara2 kmu, lb milih cinta drpd ibumu. makanya ibumu dibikin susah, g sadar diri

2024-02-08

0

Sakura Habibul Jannah

Sakura Habibul Jannah

sungguh kejam nya, mertua,mna suaminya gk pnya pndrian lagi

2023-05-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!