Chapter 3 : Dating with Jonathan Kim

* Jessi? Ini gue Kim, besok loe ada waktu?

Sebuah pesan masuk di ponsel, segera ku hentikan aktifitasku scroll komentar di layar laptop. Setelah membaca pesan itu, spontan kucubit pipiku sendiri.

" Awwww. Sakittt." Ringisku.

Kembali kulihat layar ponsel untuk meyakinkan diri bahwa ini bukan mimpi. Jonathan Kim yang baru saja menjadi perbincangan hangat di layar laptopku saat ini mengirimkan pesan untukku? Ini nyata kan? Tapi tadi kucubit pipiku dan ternyata terasa sakit. Jadi ini memang bukan mimpi.

* Ini nomor Jessica Evelyna kan?

Kembali sebuah pesan datang di ponselku. Aku mulai berdiri dari kursi kebesaranku yang sudah kududuki sejak pagi tadi kemudian melompat-lompat sambil menari dengan terus melihat layar ponsel.

" Gilaaa ini beneran oppa J? Gue sampai lupa kalau gue mau di nikahin sama oppa. "

Aku tertawa-tawa sendiri layaknya orang gila, bersenandung sambil sedikit berteriak, tak sedikitpun layar ponsel terlepas dari tatapan mataku. Ku goyangkan kanan kiri mengikuti irama yang kubuat sendiri dengan mulutku.

" Lalalalala...... Inikah mimpi yang jadi nyata? Hohohoho... Waaaaaaaaa... "

Aku berputar-putar sampai akhirnya sosok yang berdiri di pintu kamar membuatku berhenti dan seketika aku merasa malu sendiri.

" Eh papa? Sejak kapan papa disitu?" Tanyaku sambil garuk-garuk kepala.

Yang di tanya malah tersenyum menggoda tanpa memberikan jawaban. Pandangannya mengitari seluruh sudut kamarku.

" Jadi yang kamu kejar-kejar, yang papa engga pernah di bolehin lihat kamarmu itu adalah anak sahabat papa kemarin? Jadi mimpinya akan menjadi nyata dong? " Ledek papa.

Ah aku baru ingat, sejak aku menjadi fans oppa J lima tahun lalu, aku memang tak pernah mengijinkan papa untuk masuk kamarku. Entahlah mungkin sebab malu atau aku tidak suka jika papa nanti tidak menyetujui keputusanku untuk menjadi fans seorang artis.

" Sssttt.... Tapi papa tutup mulut ya, malu dong kalau sampai Kim tahu."

Papa mengulum senyum mendengar kata-kataku.

" Jadi panggilan sayangnya Kim nih? Kok di sana tulisannya saranghae Oppa J. Biar beda dari yang lain ya? Spesial banget sih kedengerannya."

Aku jadi salah tingkah sendiri di goda papa.

" Ih papa apaan sih."

" Jadi kapan kira-kira first date nya?" Tanya papa.

Seketika aku teringat pesan Kim yang belum sempat ku balas.

" Astaga kelupaan bales pesan oppa." ujarku sambil menepuk dahi.

" Oppa? Katanya Kim. " Ledek papa sambil tertawa.

" Issshhh. Udah sana deh papa. Gara-gara papa aku jadi lupa bales pesan. Hush hush. " Usirku pada papa.

" Hemmm mentang-mentang mau ngedate papanya di usir. Kamu harusnya berterima kasih dong sama papa udah ngejodohin kamu sama Kim." Ujar papa meminta pengakuan.

" Iya iya bawel deh papa. Kamsahamnida uri appa. (* terima kasih papaku )" Jawabku dengan menyelipkan kalimat berbahasa Korea.

" Ciee yang mau nikah sama blasteran korea, bahasanya korea koreaan." Ledek papa padaku.

" Apaan sih? Udah sana-sana!" Usirku sekali lagi.

Papa meninggalkan ruanganku tanpa menutup pintu. Aku yang teringat sesuatu pun langsung berteriak.

" Inget pa jangan sampai keceplosan kalau aku fans nya dia ya."

" Engga janji." Teriak papa dari jauh.

Kembali aku berkutat pada ponselku yang sejak berbincang dengan papa tadi sudah kuletakkan di meja kerja. Aku tersenyum malu-malu kucing. Baru ditanya melalui pesan saja sudah segirang ini. Bagaimana nanti kalau aku dan Kim benar-benar berkencan ya?

* Eh iya Kim sorry tadi hp lagi dicharge. Besok? Besok gue free. Kenapa?

Aku geli sendiri membaca balasanku untuk Kim. Ya itu terdengar sok jual mahal sekali hahaha.

* Besok kita bisa mulai kencan pertamanya engga? Mumpung jadwal gue kosong.

* Boleh. Dimana?

* Gue jemput loe aja ya, bisa?

* Bisa. Jam berapa?

* Pagi aja ya? Soalnya agak jauh. Lagipula gue sekalian mau minta ijin sama om William karena takutnya kita nginep.

Hah? Nginep? Ini aku tidak salah dengar kan? Memang aku mau di ajak kemana sampai ada acara nginep-nginep?

Dan seperti tahu apa yang kupikirkan, Kim langsung mengirim pesan klarifikasi padaku.

* Jangan salah paham dulu. Gue mau ajak loe ke villa di bogor karena gue engga bisa ngajak ngedate loe di tempat terbuka. Tenang aja di sana ada yang jaga kok, jadi engga kita berdua aja. Gimana? Tapi kalau loe keberatan kita bisa ke tempat lain kok. Gue engga kepikiran tempat private yang lain kecuali villa appa di bogor. Sorry kalau bikin loe salah paham.

Aku tersenyum membaca penjelasannya. Dan dengan cepat kubalas pesan Kim.

* Iya gue engga salah paham kok.

...***...

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Kim sudah datang ke rumah untuk menjemputku. Kami sudah bersiap di depan rumah dengan papa yang mengantar kepergian kami dengan beberapa pesan.

" Kalian hati-hati ya. Jaga anak om Nathan. Jangan sampai kalian berdua berbuat macam-macam meskipun kalian memang akan segera menikah."

Papa memberikan wejangan untuk kami. Ya bagaimanapun ini adalah pertama kalinya aku dimintai ijin seorang laki-laki untuk pergi berkencan. Di samping itu laki-laki ini juga mengajakku menginap. Dilihat dari segi manapun seorang ayah pasti akan selalu khawatir dengan anak perempuannya, sekalipun dengan seorang lelaki pilihannya sendiri.

" Baik om." Jawab Kim tegas.

" Lagian berbuat macam-macam apa sih papa? Emang Jessi selama ini suka macam-macam? Lagian tolong ralat ya, belum tentu juga Jessi nerima perjodohan ini. Ini kan baru kencan pertama." Protesku.

" Halah kamu sok sok an jual mahal bilang belum tentu nerima padahal... "

Papa hampir keceplosan dan untungnya beliau langsung menyadarinya.

" Ya udah deh pa kita berangkat dulu ya. " Potongku cepat.

Untung saja spontanitasku bagus, coba kalau tidak? Papa bisa buat malu aku.

...***...

Sampailah kita di sebuah villa dengan pemandangan yang menakjubkan. Kulihat beberapa orang datang menyambut kami. Mereka membawakan barang-barang kami ke dalam.

Kim mengajakku ke balkon di lantai dua. Karena masih pagi dan cuaca juga cerah, pemandangan pegunungan di ujung pandangan kami terlihat sangat jelas. Pemandangan yang sangat indah. Kami menikmati pemandangan itu berdua. Bahkan dalam kehaluanku pun tidak pernah terlintas aku akan berduaan dengan seorang Jonathan Kim.

Aku memandanginya yang terlihat sedang fokus memandang pegunungan jauh di hadapannya.

Apakah aku benar-benar akan menikahinya? Dia terlihat lembut seperti oppa J yang selama ini kukenal. Tapi jika benar dia menikahiku hanya karena keinginan appa nya saja dan dia sama sekali tidak menyukaiku, akankah aku akan bahagia dalam pernikahan ini nanti?

" Lama-lama pipi gue bisa berlubang kali di tatap kaya gitu jess."

Aku terkejut mendengar penuturannya. Darimana dia tahu jika aku memandanginya sejak tadi? Jantungku bergejolak saat tiba-tiba dia menoleh ke arahku.

" Apa yang lagi loe pikirin? " Tanyanya kemudian.

Ditatap dan di tanya tiba-tiba seperti itu malah membuatku salah tingkah.

" Aa.. Mmm... Engga.. Engga mikirin apa-apa kok." Jawabku terbata-bata.

" Yeppeuda. (*cantik.)" Ucapnya tiba-tiba.

" Eoh?"

Dan kembali aku terkejut dengan pernyataannya. Aku menatapnya sembari bengong.

Apa dia bilang? Yeppeuda? Maksudnya aku yeppeuda?

" Pemandangannya cantik banget kan?" Jawabnya yang membuat khayalanku terhempas begitu saja.

Seketika aku menertawakan diriku sendiri yang untuk ke sekian kalinya terlalu percaya diri. Ternyata bukan aku yang di maksud cantik oleh Kim.

" Ah iya cantik banget pemandangannya." Jawabku sekenanya dengan senyum yang sedikit ku paksakan.

" Kim? Boleh gue tanya sesuatu?" tanyaku yang tiba-tiba terpikirkan sebuah pertanyaan dalam otakku.

Dia tersenyum sambil menganggukkan kepala.

" Tentang pernikahan ini, apakah kita bisa bahagia jika salah satu dari kita atau mungkin kita berdua tidak saling menyukai satu sama lain? Loe sendiri yang bilang kalau loe terpaksa nikah sama gue karena engga mungkin menolak appa loe kan? "

" Gue akan tetap menikah sama loe Jess." Jawabnya.

" Demi bokap loe kan maksudnya?" Aku menekankan pertanyaanku sekali lagi.

Kim sempat terdiam, mungkin yang kukatakan memang benar dan dia hanya sedang mencari jawaban yang tidak menyinggung hatiku.

" Tentang pertanyaan loe kemarin apakah gue punya pacar atau engga? Ya.. saat ini gue emang dalam posisi engga ada pacar, tapi gue mau jujur sama loe bahwa ada seseorang yang tinggal sudah sangat lama di hati gue, bahkan sampai detik ini gue masih mengagumi dia. Dia unik, dia bukan ingin gue lindungi malah dia ingin melindungi gue. Dan hal itulah yang membuatnya tinggal dan mendiami hampir setengah ruang hati gue."

Nyess. Tiba-tiba hatiku terasa perih. Moodku berantakan seketika itu juga tapi tidak mungkin ku tunjukkan itu di depan Kim kan? Dan aku juga bukan tipikal orang yang bisa menyembunyikan raut wajah. Pasti saat ini wajah sedihku tergambar jelas, dan Kim pasti bisa melihatnya.

" Tapi... " Lanjutnya yang langsung saja ku potong perkataannya.

" Sorry Kim, gue capek banget rasanya, gue istirahat dulu ya sebentar? "

Tanpa menunggu jawabannya aku langsung pergi meninggalkan Kim sendirian. Sekuat mungkin kutahan air mata agar jangan sampai terjatuh.

...___ to be continue ___...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!