Chapter 5 : Bertemu Orang Menyebalkan

Aku menggeliat malas sambil memegangi selimut yang membungkus tubuhku. Malam tadi sepertinya aku bermimpi indah. Kuraba nakas untuk mengambil ponsel. Kulihat jam menunjukkan pukul 8.10.

Aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka. Kubuka pintu kamar dan terkejut saat ku lihat seorang pria yang tidak kukenal tengah duduk menonton tv di sofa ruang tengah.

" Ss..ssiapa loe?" Tanyaku takut.

" Annyeong noona." Sapanya sambil tersenyum tengil.

Aku mundur perlahan sambil berteriak memanggil Kim.

" Kim... Kim... " Panggilku berulang kali.

" Jona hyung engga ada noona." Jawabnya.

" Ggg.. Gue tanya loe siapa?" Tanyaku lagi dengan perasaan takut yang belum hilang.

" Gue calon adik ipar loe."

" Jangan bohong." Bantahku tak percaya.

Setahuku Kim tidak punya saudara. Eh atau memang selama ini aku saja yang tidak tahu tentang itu? Jonathan Kim memang artis di Indonesia, tapi dia sendiri menerapkan sistem seperti dunia hiburan korea. Jadi dia tidak mengumbar segala kehidupan pribadinya termasuk tidak memperkenalkan anggota keluarga.

Tapi tentu saja tidak semudah itu aku mempercayai orang di depanku ini kan?

" Biii?" Ku panggil ART villa untuk berjaga-jaga barangkali yang ku lihat di hadapanku adalah seorang penjahat dan telah menyandera seluruh orang di villa ini.

" Ya mba."

Seseorang tergopoh menghampiriku. Aku lega saat melihat bibi dalam keadaan baik-baik saja. Aku yang tadinya memasang sikap waspada akhirnya mengendurkan pertahanan.

" Bibi engga kenapa- napa kan?"

" Bibi baik-baik saja kok mba, memang ada apa?" Tanyanya heran.

" Dia siapa bi?" Tanyaku menunjuk ke arah pria yang masih duduk sambil memandangi kami.

" Oh itu mas Aidan mba, adiknya Mas Jonathan." Jawab bibi.

" Tuh kan, gue udah bilang tadi kalau gue calon adik ipar loe tapi loe nya aja yang engga percaya." Sela pria itu.

" Terus Kim kemana bi?" Tanyaku lagi tanpa menggubris perkataan pria yang katanya calon adik iparku itu.

" Mas Jona pergi mba, katanya panggilan mendadak agensi."

Seketika aku terkejut mendengar jawaban bibi.

" Gue juga udah bilang kan noona kalau Jona hyung engga ada disini." Potongnya lagi.

Kulemparkan tatapan sinis pada pria yang bernama Aidan itu.

" Hei gue engga ngomong sama loe yah."

" Terus kenapa Kim engga bangunin aku bi?" Lanjutku.

" Tadi sudah di ketuk pintunya tapi mba nya engga bukain pintu jadi mas Jona bilang engga mau ganggu mba tidur."

" Hahahaha makanya noona tidurnya jangan kaya mayat sampai di ketuk pintunya engga kedengeran. Udah gitu anak gadis bangunnya siang banget lagi." Ledek Aidan padaku.

" Hiiisssssshh ( kesal ) loe diem aja yah! Gue engga butuh jawaban loe." Balasku sengit. Yang diketusin malah memasang ekspresi yang bagiku sangat menyebalkan.

" Terus aku pulangnya gimana dong bi? Nanti Kim balik ke sini lagi kan?" Aku masih mencecar bibi dengan pertanyaan.

" Udah bibi lanjutin kerja aja, noona biar Aidan yang urusin." Sela Aidan.

" Oke mas."

Eh eh kok bibi malah menuruti bocah ini sih? Tapi anehnya pandanganku malah hanya mengikuti kepergian bibi bukannya menahannya untuk menjawab pertanyaanku.

" Udah jangan ngeribetin bibi, dia lagi masak nanti malah gosong. Nanti loe biar gue yang anter. Gue disini juga karena hyung yang nyuruh gue buat anter loe pulang." Ucap pria bernama Aidan itu.

" Engga perlu, gue tunggu abang loe aja." Tolakku cepat.

" Hahahaha. Noona emang engga tahu kalau hyung udah mulai kerja engga bakalan bisa pulang cepat?"

" Sok tahu." Balasku yang kemudian merogoh ponsel di saku untuk menghubungi Kim.

Sekali...

Dua kali...

Tiga kali...

" Engga akan diangkat kalau kerjaannya belum kelar."

Aidan terus saja memberitahukan sesuatu yang membuatku kesal. Aku tidak memperdulikan perkataannya, ku coba beberapa kali lagi menghubungi Kim.

Delapan kali...

Sembilan kali....

Dan kali ke sepuluh akhirnya aku menyerah.

" Jangan manyun-manyun gitu, lagian udah di bilangin engga percayaan. Jadi noona mau pulang kapan nih?" Tanya bocah itu lagi.

" Ya udah kalau gitu tungguin gue mandi bentar abis itu langsung jalan." Jawabku cepat karena kesal panggilanku tak di angkat Kim.

Tak butuh waktu lama untukku bersiap akhirnya aku mengikuti Aidan untuk pulang. Karena ini hari minggu jalanan ke arah Jakarta macet di beberapa tempat.

Sudah sekitar 4 jam mobil hanya melaju pelan bahkan lebih pelan dari orang jalan kaki. Jujur saja aku sudah ingin merebahkan diri di kasur empukku dan bergunjing perihal oppa J di medsos.

Eh kok tiba-tiba saja aku melupakan kekesalanku pada Kim sih? Aku kan seharusnya masih marah padanya. Apa-apaan dia, baru saja tadi malam menerbangkanku ke langit, hari ini dia menjatuhkanku begitu saja dari atas. Sakitttt.

Kurasakan dadaku tiba-tiba sesak, ku pegangi sebentar dan ku turunkan lagi saat menyadari ada seseorang di sampingku.

Tiba-tiba saja orang disebelahku itu mengatakan sesuatu.

" Gue bukan tipikal orang yang bisa nahan laper, setuju engga setuju, kita harus makan dulu ya?" Ucapnya yang lebih berisi pemberitahuan di banding meminta persetujuan.

" Terserah loe aja." Jawabku sekenanya.

Dia menghentikan mobilnya di tempat makan pertama yang kami temui. Sepertinya bocah ini tidak pilih-pilih makanan.

Dia memilih beberapa macam makanan dan memilihkan juga untukku karena jujur saja moodku hari ini sedang kurang bagus jadi kurasa aku juga kurang berselera untuk makan.

" Noona? Boleh gue nanya sesuatu?"

" Sejak kapan loe harus nanya boleh apa engga? Dari tadi bukannya loe selalu ngomong apapun tanpa minta ijin?" Jawabku.

" Hahaha. Ya elah noona gitu aja ngambek."

" Gue duluan deh yang nanya, loe kelahiran tahun berapa? Gue engga nyaman terus-terusan dipanggil noona."

" Tahun 94."

" Kalau gitu panggil gue Jessica aja. Kita seumuran kok. Lagian gue juga belum nikah sama abang loe."

" Hahaha oke oke lah. Tapi gue bakal tetap panggil loe noona kalau ada hyung atau appa ya?" Ucapnya.

" Ya udah loe mau nanya apaan tadi?" Tanyaku memberikan kesempatan Aidan untuk bertanya.

" Ah engga jadi lah, makanan udah datang. Hahaha." Ucapnya berubah pikiran

" Dasar bocah freak!" kesalku.

" Loe jangan galak-galak sama gue, nanti bukannya nikah sama abang gue malah loe maunya nikah sama gue lagi." Godanya santai.

Jujur saja meskipun menyebalkan, bocah freak ini lucu juga. Paling tidak aku bisa melupakan sejenak kekesalanku pada Kim.

" Hei hellooo? Harusnya gue yang bilang hati-hati nanti loe malah jatuh cinta sama calon kakak ipar loe sendiri. Hahahaha." Balasku.

..." Dih engga bakalan, cewek pendek kaya loe bukan tipe gue."...

" Dasar bocil kurang ajar loe."

" Hahahaha. Gue jadi nanya deh kalau gitu. Loe kenapa mau dijodohin sama hyung? " Tanyanya tiba-tiba sambil mengunyah makanan yang separuh lebih sudah ludes dilahapnya sendirian.

" Anak kecil di larang kepo."

" Hei ralat yah, kita seumuran. Loe sendiri yang bilang." Protesnya.

" Hahaha oke oke adik kecil, anggap aja loe beruntung karena bisa dengar cerita cinta gue." Ucapku menyerah sambil meledeknya.

" Hahaha. Kalau gitu engga usah deh. Gue engga mau punya noona yang freak kaya loe." Aidan menjawab ledekanku.

" Sialan. Ada juga loe yang freak bocil." Protesku keras.

" Ya udah, ya udah.. Jadi gimana ceritanya?"

" Hmmpphh " Tiba-tiba saja aku menghela napas kasar dan seketika moodku berubah.

Ya benar seorang Jessica Evelyna memang moody sekali, dia bisa saja mengubah ekspresinya dalam hitungan detik. Ya itulah aku.

" Loe percaya engga kalau gue udah jatuh cinta sama abang loe dari 5 tahun yang lalu?"

" Percaya lah kalau misal loe adalah penggemar nya."

" Eoh, Majayo (* Ya benar). Gue penggemar berat abang loe."

" Aaa jinjja?" Ucap Aidan terlihat tidak percaya.

" He'em. Kenapa? Loe engga percaya? Gue bahkan punya akun fansite Jonathan Kim yang pengikutnya udah jutaan loh."

" Waaaahhh.. Jangan-jangan loe sasaeng nih."

" Sembarangan loe. Gue itu fans yang baik yah, gue cuma ngikutin jadwal resminya oppa J aja. Gue engga seobsesif itu untuk jadi sasaeng."

" Jadi loe nikah sama hyung bisa di bilang mewujudkan obsesi loe dong?"

" Hei loe engga bisa gitu aja ngeremehin perasaan gue ya, ini bukan obsesi, gue beneran jatuh cinta sama Jonathan."

" Loe baru juga 2 kali ketemu sama hyung masa iya loe anggap sama perasaan cinta loe sebagai penggemar sama dengan perasaan jatuh cinta loe yang sebenarnya?" Tanya Aidan meragukanku.

" Ah bocil. Loe tahu love at the first sight engga?"

" Tahu lah. Gue juga ngerasain."

" Hah?"

" Maksudnya gue juga pernah ngerasain."

" Ya itu, ternyata selain jatuh cinta dengan sosoknya yang fiksi buat gue selama 5 tahun, gue juga jatuh cinta sama sosok aslinya sejak pertama ketemu. Cuma masalahnya hyung loe itu cinta juga sama gue apa engga?" Seketika aku tertunduk lesu.

Aidan tidak merespon lagi. Dia membuka ponselnya dan entah apa yang dia lakukan dengan ponsel itu yang jelas sekarang kami sama-sama diam sampai selesai makan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan untuk mengantarku pulang.

...___ to be continue ___...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!