Hari ini terpaksa aku mengikuti papa untuk bertemu putra sahabatnya karena kalau sampai aku menolak, semua fasilitas mewah dari papa akan di cabut. Jahat sekali kan papaku?
Tapi tak apalah karena papa juga janji kalau seandainya aku tetap tidak menyukai putra teman papa itu dalam tiga kali kencan yang disiapkan sama papa, aku boleh menolak perjodohan itu. Ya setidaknya aku tidak harus kehilangan fasilitas kan? Walaupun tentunya aku akan rugi waktu karena aku jadi tidak bisa update berita tentang oppa J.
Kami memasuki restoran yang kupikir berbeda dari biasanya. Aku menoleh kanan dan kiri, hanya ada lalu lalang pelayan.
" Pa? Ini bukannya resto viral itu kan?" Tanyaku pada papa sedikit berbisik.
" Iya." Jawab papa singkat.
" Kok sepi?"
" Anak teman papa booking satu resto ini, dia maunya private."
" Hah? Jinjja? I mean... really?" Ralatku karena papa tak mungkin mengerti bahasa korea.
" Emang dia kerja apa pa sampe maunya private?" Tanyaku penasaran.
" Issshhh kamu nih banyak banget pertanyaan yah, nanti kamu kenalan sendiri aja deh."
Aku mencebik mendengar jawaban papa.
Kulihat seseorang dengan name tag manager menghampiri kami dan mengantarkan kami ke sebuah ruangan yang cukup luas, seperti vip room.
Aku dan papa duduk menunggu yang katanya anak teman papa itu.
Sekitar lima menit berlalu, belum juga ada tanda-tanda orang itu akan datang.
" Huh baru juga mau kenalan sudah telat-telatan gini." Gerutuku dalam hati.
Sambil menunggu, kukeluarkan ponsel untuk mengecek komentar dari foto oppa J yang semalam ku unggah. Ku lihat like nya sudah mencapai 15 ribuan. Ku baca satu persatu komentar di postingan itu.
" Wah jepretan honey J engga pernah gagal nih."
" Ganteng banget ayangku."
" Suamiku yang baru pulang dari kerja. Saranghae yeobo."
" Tumben engga ada foto yang eye contact min?"
" Honey J engga ke notice emangnya?"
Aku lantas kesal sendiri membaca komentar terakhir. Ah andai saja kemarin aku tidak bodoh menurunkan kamera, pasti aku akan dapat foto senyumannya.
Saking konsentrasinya aku pada komentar dimedsos, aku sampai terlonjak saat papa menyenggol lenganku. Ponselku pun ikut terjatuh.
Aku langsung menunduk mengambil ponsel sambil mengomel.
" Papa apa-apaan sih? Hp aku jadi jatuh tahu."
Saat aku berdiri seketika aku merasa berada di antara mimpi atau kenyataan. Mataku tak beralih dari seseorang yang berdiri di hadapanku saat ini. Bahkan aku tak sanggup untuk mengedipkan mataku.
Papa sekali lagi menyenggol lenganku.
" Jessi?" Kali ini papa memanggil namaku.
" Eoh? " Jawabku tanpa mengalihkan sedikitpun pandangan dari pria di depanku.
" Hai Jess? Annyeong? " Sapanya dengan tersenyum sangat manis. Dan jujur saja aku sampai tidak mempercayai penglihatanku sendiri.
Benarkah pria di hadapanku ini adalah Oppa J?
" JESSI?" Panggil papa sambil menekankan suaranya.
Akupun akhirnya tersadar.
" Eh iya pa?"
" Kemarin aja di suruh ketemu engga mau, begitu lihat orangnya papa panggil aja sampai engga dengar saking terpesonanya."
Ah papa kenapa bicara seperti itu sih? memalukan sekali.
" Papa apaan sih. " Jawabku sedikit kesal.
" Ayo duduk nathan!" Ucap papa pada pria di depanku.
Tapi tunggu kenapa Nathan? Dia bukan Jonathan Kim memangnya?
" Om masih ingat saja panggilan kecilku."
" Tentu dong. Kamu kecil itu menggemaskan, om selalu suka sama kamu dari dulu. Eh pas appa kamu becanda ingin menjodohkan kamu sama Jessi, ya jelas om setuju lah. Hahaha."
Mereka berbincang entah apa karena aku tidak fokus dengan pembicaraannya. Aku sibuk memandangi wajah pria di depanku yang mirip dengan oppa J, atau bahkan malah memang oppa J? Yang jelas dia benar-benar tampan. Bahkan aku sendiri tak percaya apakah benar yang ada di hadapanku saat ini adalah orang yang mirip biasku?
" Ini seriusan gue di jodohin sama orang yang mirip Jonathan Kim? Kok bisa sih papa kenal sama dia?" Batinku.
" Kenalin Jess dia Jonathan Kim anak teman papa."
Jonathan Kim? Jadi ini memang benar oppa J? Beneran? Waaaahhh karma baik apa yang aku terima sehingga bisa di jodohkan dengan Oppa J, idolaku sendiri?
" Jadi gimana jess? Mau kan kalau menikah sama Jonathan? " Tanya papa tiba-tiba.
Aku yang sedari tadi tidak fokus pada pembicaraan hanya menjawab apa yang ada di pikiranku saat ini.
" Mau dong pa kalau sama dia."
Kulihat oppa J tersenyum geli, ku alihkan pandanganku pada papa dan ekspresinya pun sama.
" Heiiii sumpah yah, gue ngomong apa barusan?" Aku merutuki diri sendiri.
Kupejamkan mata kemudian menunduk malu dengan jawaban yang tanpa tedeng aling-aling itu.
" Haduuuhhh muka mau ditaruh dimanaaaa? Ya Tuhan, gue maluuuu." Batinku.
" Ya udah kalian ngobrol dulu aja ya, om angkat telepon sebentar."
Papa tiba-tiba saja pergi meninggalkan kita berdua. Aku yang sedari tadi kikuk atas tragedi jawaban asal-asalan itu benar-benar tidak bisa memulai obrolan. Padahal aku adalah tipikal orang yang banyak omong dan bisa mencairkan suasana. Tapi kali ini sepertinya Jessica cosplay jadi batu.
" Ekhem ( berdehem ) Loe serius mau di jodohin sama gue?" Tanyanya tiba-tiba.
Tapi syukurlah setidaknya kita tidak harus seperti orang bisu yang saling diam.
" Bukannya seharusnya gue yang nanya ya oppa?"
" Jangan panggil oppa ya? Kesannya kaya loe fans gue."
" Lah apa loe kata? Gue emang fans loe baaaang. Loe aja yang engga tahu, gue bahkan hari-hari ngikutin jadwal loe. Nguber loe kemana aja demi dapet foto loe, gue yang tiap hari ngehalu buat jadi pasangan loe dan sekarang loe nanya gue serius apa engga nikah sama loe? Besok juga gue jabanin. Tapi gue engga mungkin dong seterus terang itu? Hehehe." Jawabku yang hanya kuucapkan dalam hati.
" Terus gue harus panggil apa? Kim?" Nah kalau ini jawabanku yang mengeluarkan suara hehe.
Dia mengulum senyum dan itu bikin aku meleleh.
" Kim? Itu lebih baik. Karena baru loe yang panggil itu."
Gue meleyoottt baaaang, please jangan senyum manis gitu. Sekuat mungkin aku menahan agar jangan terlihat kebucinanku yang sudah mendarah daging ini.
" Jadi?" tanyanya lagi.
" Eoh? Jadi apa?" Tanyaku kebingungan dan kulihat oppa J menghela napas.
" Oh itu. Yaa.. Yaa gimana, kan tadi gue yang nanya emang loe mau nikah sama gue? Secara loe kan serbuk berlian sedangkan gue cuman serbuk marimas."
Dia tertawa mendengar candaanku. Melihatnya tertawa seperti ini membuatku semakin terpesona olehnya.
" Wah daebak moment ini harusnya bisa gue bagiin sama fans yang lain, tapi... Ini moment gue pribadi. Sorry ya gengs. "
" Loe lucu ya Jess. Maksud gue loe emang engga ada cowok gitu sampai mau di jodohin sama bokap loe?"
" Ya loe sendiri gimana? Kenapa mau di jodohin sama gue padahal loe bisa dapetin cewek model apa aja."
" Gue engga pernah dan engga bisa nolak keinginan bokap."
Seketika moodku berubah mendengar jawaban oppa J.
" Jadi loe ngelakuin ini terpaksa?"
Kulihat dia salah tingkah. Ya Jessica Evelyna? Makanya jangan ge er dulu, seharusnya loe sadar diri! Seorang oppa J mau nikah sama loe itu udah hal yang mustahil terjadi.
" Mianhae. Makanya gue nanya sama loe apa loe serius mau nikah sama gue? Sejujurnya bokap gue engga mau kalau sampai perjodohan ini gagal. Mau gimanapun loe harus nikah sama gue tapi gue minta maaf sebelumnya karena profesi gue ini loe engga bisa gue akuin terang-terangan." Jelasnya.
Degh.
Aku sangat paham tentang ini semua. Di dunia kami para fans apalagi fans fanatik yang melihat idolanya menikah pasti banyak yang akan tidak terima dengan itu. Aku sendiri pernah berpikir akan membully pasangan oppa J kalau dia ternyata tidak sesuai ekspektasi atau tidak memenuhi kriteria untuk pantas jadi pendamping oppa.
Tapi... Ternyata ini terjadi di diriku sendiri. Aku harus bagaimana? Haruskah aku melepaskan oppa padahal ini impianku?Atau tetap bertahan dalam segala konsekuensi? Dan bisa jadi pria ini juga berbeda dengan Jonathan Kim yang kukenal.
" Jess?" Panggil oppa J yang tanpa sadar ternyata memegang tanganku yang berada di atas meja.
" Eoh? "
Spontan mataku mengarah pada tangan besar yang menyentuh tanganku. Aku menariknya. Yaa.. Kalau dalam situasi normal aku pasti bisa kejang-kejang sampai pingsan tapi ini aku malah spontan menarik tanganku dari genggamannya? Tidak bisa di percaya.
" Sorry, gue panggil, loe malah bengong. "
" Ah ya. Kita jalanin dulu aja gimana? Papa bilang mau aturin tiga kali kencan buat kita dan setelahnya gue boleh mutusin apakah akan menerima perjodohan ini atau engga. Semoga ucapan gue ini engga nyinggung loe ya opaa. Eh.. I mean Kim."
Dia hanya menganggukkan kepala tanda setuju.
Aku membuka ponselku yang beberapa saat lalu berbunyi. Ternyata ada pesan dari papa.
" Sorry Kim papa kirim pesan beliau mau ke proyek karena ada masalah jadi beliau minta maaf karena engga bisa nemenin. Dan.. Apa sebaiknya gue juga pulang yah? Kayanya engga nyaman cuma berdua gini."
Akupun berdiri dan berpamitan pergi. Baru akan melangkah, tanganku sudah di pegangnya. Awalnya dia diam, lalu dia memandangku dengan tatapan yang membuat jantungku kembali berdegup kencang.
" Sorry kalau gue akan terkesan memaksa Jess tapi... "
" Tapi?" Tanyaku penasaran.
" Gue engga bisa mengecewakan appa. Gue memang harus nikahin loe." Sambungnya.
Shittt. Jantungku bisa meledak kalau begini. Apa kamu sadar dengan yang barusan kamu ucapkan oppa? Please jangan bikin aku meleyot kaya gini.
Aku memaksakan diri untuk tersenyum manis sebagai jawaban atas pernyataannya. Entah ini pernyataan cinta atau sebuah lamaran atau malah sebuah jebakan untuk hidupku selanjutnya?
...___ to be continue ___...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments