Episode 5.

Sudah tiga hari Raisa berada di tempat tidur.

Obat yang di berikan oleh dokter bahkan sudah habis, namun Raisa tak kunjung membaik. Bi Ima sudah mengurusnya atas perintah dari David. Tapi kali ini, dia sangat cemas melihat Raisa mengigau.

Bi Ima bergegas memanggil nyonya Hilda untuk memberitahukan keadaan Raisa. Keduanya masuk ke dalam kamar dan langsung memeriksanya. Seluruh badan nya panas, dan tubuhnya menggigil. Raisa juga tampak mengigau karena demamnya terlalu tinggi.

Hilda segera keluar kamar dan memanggil David.Dia menceritakan keadaan Raisa padanya. David segera berlari menuju kamar Raisa untuk melihat kondisi nya.

"Dia terkena demam berdarah, mama ingat kan, Romi juga pernah mengalaminya".

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang".

"Gadis ini bisa meninggal David".

"Bi Ima,,tolong ambilkan es batu dan kain untuk mengompres".

"Aku sendiri yang akan mengurusnya".

"Tapi David, sangar tidak pantas kalau kau yang merawatnya".

"Lalu,, kita akan membiarkan nya meninggal".

"Tenang saja ma, aku rasa kita tak perlu menceritakan yang sebenarnya pada gadis ini".

"Untuk saat ini, yang terpenting dia selamat".

David menggulung lengan nya dan menaruh es di ketiak Raisa serta di kening nya. Seorang pun tak di ijinkan nya masuk, agar tidak tertular. David sendiri yang siang malam merawatnya. Bahkan ketika Raisa mengigau, berteriak meminta tolong, David langsung memeluknya dengan erat, sampai Raisa tertidur pulas.

Sering, tengah malam David terbangun mendapati Raisa berteriak kesakitan. Dia akan menenangkan nya, dan berjaga di sampingnya. Setelah di rawat selama satu minggu, Raisa berangsur-angsur membaik.

Dia sudah bisa duduk di tempat tidur, walaupun belum kuat berdiri. Ima selalu melayani dan menemaninya. Pulang dari kerja, David selalu menyempatkan diri untuk menengok ke kamarnya.

Seperti pagi ini, David mengunjungi kamar Raisa. Gadis itu terlihat sedang bosan berbaring di kamar.

"Kau ingin turun ke bawah,,aku bisa membantu mu".

"Tidak apa tuan, aku bisa sendiri".

Raisa mencoba berdiri. Namun, entah kenapa seluruh tulang nya lemas tak bisa di gerakkan. Dia hampir saja terjatuh di lantai.

Untung, tangan kekar David menangkap tubuhnya dan menggendong nya ke bawah.

"Anda tak perlu seperti ini, aku jadi malu".

"Santai saja, buat diri mu nya".

Mau tak mau, Raisa akhirnya melingkarkan tangan nya ke leher David. Sepanjang jalan, Raisa mencuri pandang pada David. Tampak ketampanan wajahnya dari dekat. Walaupun sudah berumur, David masih kelihatan sangat muda.

David membawa Raisa ke halaman depan, agar dia bisa menikmati sinar matahari. Dia meninggalkan nya di kursi teras bersama dengan Hilda. David sendiri langsung masuk ke ruang kerjanya.

"Kau sudah terlihat jauh lebih baik Raisa".

"Berkat anda nyonya,,saya berterimakasih karena anda telah merawat saya selama sakit".

"Aku tidak melakukan apapun,,David yang mengurus mu saat kau tak sadarkan diri".

"Jadi,,, selama ini.....pantas saja, aku seperti ".

"Seperti apa maksud mu??".

"Ah...tidak nyonya, lupakan saja".

"Raisa,, kenapa kau tetap ingin tinggal di sini".

"Akan lebih baik kalau kau kembali kepada tunangan mu bukan??".

"Kalau nyonya keberatan saya di sini, setelah saya sembuh saya akan pergi nyonya".

"Tapi, saya tidak mau menikah dengan Baron".

"Bukan begitu Raisa,, tapi sangat tidak pantas kalau kau tinggal bersama dengan seorang duda".

"Harga diri dan kehormatan mu akan akan hilang di luar sana".

"Saya tidak perduli nyonya, asal kan saya tidak menikah dengan Baron, itu sudah cukup".

"Rupanya kau punya nyali juga,, apa kau tidak mendengar tentang anak ku di luar sana".

"Maksud nyonya, saya tidak mengerti??".

"Apa kau tidak penasaran dengan ibu dari Romi dan Robbi".

"Maaf nyonya,, walaupun saya penasaran, tapi itu bukan urusan saya".

"Baiklah...urus diri mu dengan baik, supaya kau lekas sehat".

Hilda masuk ke dalam untuk bersiap-siap. Hari ini ada acara dengan teman-teman nya di luar. Sementara itu, dari kejauhan tampak si kembar baru saja kembali dari berjalan-jalan.

Mereka menghampiri Raisa dan menyapanya.

"Apa kau sudah sehat sekarang??".

"Ya,, seperti yang kau lihat,, aku sudah jauh lebih baik".

"Tampaknya ayah mengurus mu dengan baik, buktinya kau bisa sembuh lebih cepat".

"Ya,, aku berterima kasih kepadanya untuk hal ini".

"Biasanya ayah ku tak suka dengan orang asing, tapi nampaknya dengan mu berbeda".

"Mungkin ayah menginginkan dia untuk menjadi teman tidur nya, iya kan Robbi??".

"Kalian sungguh tak sopan,,asal kalian tahu, aku gadis baik-baik".

"Itu sebelum kau tinggal di sini,, tapi sekarang, semua orang sudah menyebut mu sebagai simpanan ayah ku".

"Dan itu berarti,tak akan ada lagi pemuda yang mau menikahi mu".

"Jaga bicara kalian,,Raisa adalah tamu di sini, perlakukan dia dengan baik".

"Tapi ayah,,kami hanya mengatakan yang sebenarnya".

"Kalian pergilah,,jangan pernah mengganggu Raisa lagi".

"Masuk,,,dan bersihkan diri kalian".

Romi dan Robbi kesal sekali saat tiba-tiba ayah nya muncul dan memarahi mereka.Dan itu terjadi di depan Raisa. Mereka tentu sangat malau karena masih dianggap anak kecil. Padahal usia mereka sudah hampir 17 tahun.

"Kau jangan dengarkan omongan anak nakal itu".

"Kau boleh tinggal di sini sesuka hatimu".

"Tidak akan ada yang melarang dan membicarakan mu".

"Tidak tuan,, aku harus tahu diri,, sungguh tidak pantas memang, kalau aku terus berada di sini".

"Tuan,, bolehkah aku minta tolong sekali lagi".

"Katakan, apa yang kau ingin kan".

"Tolong kirimkan surat ini,, sepupu ku di Yogya akan segera menjemput ku begitu surat nya sampai".

"Baiklah,, aku akan menolong mu".

David menerima surat yang di sodorkan oleh Raisa. Dia menaruh di sakunya, dan membantu Raisa kembali ke kamarnya.

Sampai di perpustakaan, David menaruh surat tersebut di laci. Dia bertekad untuk tidak mengirimkan nya. Setidaknya sampai urusan nya dengan Baron selesai.

David kemudian keluar dari rumah nya menuju ke kafe. Dia sudah ada janji dengan sahabatnya Mirza. Mereka akan membicarakan kesepakatan bisnis yang akan dijalankan.

Sampai di kafe, suasana sudah sangat ramai.

Mirza duduk di pojokan sendirian menantikan kedatangan David.Dia berjalan menghampiri sahabat nya tersebut.

"Wajah mu kelihatan ceria, apa gosip di luar sana benar adanya??".

"Apa maksud mu, gosip apa yang kau bicarakan?".

"Kau mengambil tunangan Baron untuk dijadikan simpanan mu?".

"Itu hanya gosip,, dan gadis itu tidak bersedia

di nikahi oleh lelaki busuk macam Baron".

"Jadi, aku mengijinkan nya tinggal di rumah ku".

"Kabar nya gadis itu sangat cantik,,apa kau sudah menyentuh nya??".

"Pertanyaan macam apa itu Mirza,,ayolah.....

dia gadis terhormat".

"Aku bukan orang yang suka memanfaatkan kesempatan".

Tengah asyik berbincang dengan sahabatnya, rupanya Baron juga datang ke kafe bersama saudaranya. Bisa dipastikan kalau laki-laki tersebut hanya berniat untuk minum-minum saja. Dia menatap sinis kepada David. Setelah itu, mereka duduk di sebelahnya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!