Episode 4.

Berita tentang Raisa yang menginap di keluarga David, telah sampai di telinga Baron.

Warga kota mengabarkan kalau tunangan Baron sudah di rebut oleh David. Mereka menantikan tindakan dari Baron, mengingat David adalah musuh besarnya.

David dikenal sebagai pria yang kejam oleh warga kota. Dia juga disebut sebagai pembunuh berdarah dingin, karena tega membunuh istrinya sendiri. David memergoki

Vivian sedang bermesraan dengan Baron di rumah kosong belakang kebun nya.

Saat itu, David yang kehilangan akal, langsung mencekik leher istrinya, hingga tak bernyawa.

Polisi yang menangani kasus tersebut, akhirnya membebaskan David karena dia dapat menjelaskan keberadaan nya waktu itu di luar rumah.

Sejak berita itu mencuat, banyak orang yang menjauhi keluarga David. Makanya, keluarganya tak pernah keluar dari perkebunan. Kedua anak kembar mereka pun tak luput dari hujatan di sekolah. Kadang mereka di sebut sebagai anak seorang pembunuh. Jadi mereka sering risih, kalau harus pergi keluar rumah.

Baron tampaknya belum bereaksi melawan David, meski dia telah menawan tunangan nya di rumahnya. Dia hanya mengurus Feri dan adiknya untuk menjemput Raisa kembali dari sana.

Sepanjang hari ini, Raisa hanya tidur di kamarnya. Entah kenapa kali ini tubuhnya terasa sangat lemas. Dia tak bernafsu untuk makan ataupun berjalan keluar dari kamar.

Bi Ima mengetuk pintu kamarnya. Makan malam sudah siap, dan semua orang sedang menunggunya. Raisa keluar dan mengikuti bi Ima ke meja makan. Dia duduk di dekat David dan nyonya Hilda.

Bi Ima menyajikan makanan di atas piring Raisa. Tapi gadis itu sama sekali tidak memakan nya. Dia hanya mengaduk-aduk dan memainkan piring nya saja.

"Kenapa kau tak makan,, apa makanan ini kurang enak??".

"Tidak,, hanya saja aku sedang tak ingin makan".

"Kau tidak sopan Raisa, bukankah bi Ima sudah capek memasak untuk kita??".

"Ayo cepat, habiskan makan mu".

"Robby, jangan banyak bicara, selesaikan makan mu dan cepat belajar bersamaku".

"Biarkan saja gadis itu mengurus dirinya sendiri".

Kedua anak kembar David saling berdebat mengomentari sikap Raisa. Terlihat kalau Romi lebih banyak bicara, sedangkan Robbi lebih bijaksana. David hanya terdiam menyaksikan tingkah mereka bertiga. Dia masih tetap menyelesaikan makan nya dengan tenang.

"Maafkan aku, sepertinya aku tidak ingin makan".

"Kepalaku pusing sekali,, aku ingin kembali ke kamar".

"Kau harus makan,, setidaknya perut mu jangan sampai kosong".

"Bi Ima, buatkan susu dan roti bakar untuknya dan antar ke kamarnya".

"Pastikan makanan itu masuk ke perutnya.

Semua orang terkejut melihat David begitu memperhatikan Raisa. Biasanya dia tidak pernah berbicara sebanyak itu. Waktunya hanya untuk bekerja dan tidur. Bahkan anak-anak nya pun, Hilda yang mengurus nya.

"Baik tuan David,, saya akan segera menyiapkan nya".

Bi Ima kelihatan tergesa-gesa menuju ke dapur. Baru kali ini tuan nya kembali memberinya perintah, setelah sekian lama dia berhenti menjadi manusia. Tampaknya kehadiran Raisa sangat berpengaruh kepada majikan nya tersebut.

Raisa kembali naik ke atas untuk tidur. Kakinya sudah tidak kuat melangkah. Badannya sangat lemas dan kepalanya juga pusing. Dia naik ke atas tempat tidur dan menarik selimutnya.

"Apa aku bilang David, kembalikan saja dia pada tunangan nya".

"Kalau sampai disini dia sakit, kita sendiri yang akan repot".

"Belum lagi omongan miring di luar sana, tentang kau yang tak enak di telinga".

"Ma, mulai sekarang Raisa urusan ku".

"Tugas mama hanya menjaga anak-anak".

"Jadi,, mama tak perlu repot-repot untuk mengajari ku tentang cara bersikap".

"Kau memang selalu seperti ini,, tak mau mendengar perkataan orang lain".

"Lalu apa yang ku dapat dengan mendengarkan mereka".

"Tidak ada kan,, sudah lah ma, soal Raisa

aku yang akan menentukan nasibnya".

Nyonya Hilda naik ke atas dengan wajah marah. Anaknya ini sangat keras kepala. Apalagi sejak istrinya meninggal kan dirinya.

Dia hanya terlihat seperti robot yang bernyawa. Hidupnya hanya tentang kantor, tak sedikitpun perduli pada anak-anaknya atau pada Hilda, ibunya.

Bi Ima membawa turun roti bakar dan susu yang sudah dingin. Raisa bahkan tidak menyentuhnya sama sekali. Dia sudah terlelap tidur di bawah selimut.

"Apa gadis itu meminum susu nya".

"Tidak sama sekali tuan, nona Raisa sudah tidur".

"Besok pagi kau periksa dia, pastikan gadis itu makan dengan benar".

"Baik tuan".

David lantas masuk ke dalam kamarnya untuk tidur. Entah kenapa kali ini dia sepertinya tertarik dengan gadis tersebut. Ada sesuatu dalam dirinya yang seolah membuatnya merasa nyaman. Tentunya selain bisa membalas dendam kepada Baron.

Pagi-pagi sekali, keluarga David kedatangan tamu. Mereka adalah ayah tiri dan bibi dari Raisa. Keduanya datang untuk membawa Raisa kembali ke rumah Baron.

David sendiri yang menemui ayah tiri Raisa. Dia berbincang di bawah bersama Hilda. Mereka menunggu bi Ima memanggil Raisa di kamarnya.

"Kami minta maaf kalau kehadiran Raisa menyusahkan keluarga ini".

"Setalah sampai di rumah nanti, aku akan

langsung memberinya pelajaran".

"O,,ya...dengan mencambuknya,, kurasa itu bukan hukuman, tapi kekejaman".

"David, jaga bicara mu,, kau tak berhak ikut campur rumah tangga orang".

"Aku tak ikut campur ma,, hanya mengatakan keadilan saja".

Bi Ima datang dengan membawa Raisa. Gadis itu kelihatan sedang tidak enak badan. Dia menolak untuk kembali bersama ayah tirinya.

Ketika Feri memaksa hendak membawanya, David berdiri dan menghalanginya.

"Nona Raisa sudah bilang akan tinggal di sini untuk sementara".

"Jadi, ku minta, kalian hormati keputusan nya".

"Tapi dia harus pulang bersama kami, ini bukan rumahnya".

"Tapi aku ingin tinggal di sini Feri, tentu saja kalau tuan David dan nyonya Hilda mengijinkan".

"Kami mengijinkan nona Raisa, kau boleh tinggal selama kau mau".

"Dan tuan,, tolong tinggalkan rumah ku sekarang juga".

Feri tak punya pilihan lain, selain pergi dari rumah David. Tidak mungkin melawan tubuhnya yang kekar. Yang ada Feri pasti babak belur, di hajar olehnya. Dengan menahan marah Feri dan adiknya pergi dari rumah David dengan tangan hampa.

Raisa masih berada di ruang tamu. Dia mengucapkan terima kasih pada David dan nyonya Hilda karena mengijinkan nya tinggal.

David menyuruh bi Ima untuk menyiapkan sarapan, sementara Raisa masih berdiri di ruang tamu. Pandangan matanya kosong, dan kepalanya terasa berputar-putar. Raisa seperti tidak menginjak tanah, ketika sesaat kemudian dirinya pingsan.

David berlari ke ruang tamu dan mendapati Raisa sudah rebah di lantai. Laki-laki itu segera membawanya ke tempat tidur, serta menyuruh bi Ima untuk memanggil dokter.

David kelihatan sangat cemas melihat kondisi Raisa. Bahkan nyonya Hilda sendiri heran dengan sikap anak laki-lakinya tersebut. Tak biasanya David bereaksi seperti ini. Terlebih pada orang asing yang baru di kenal nya.

Dokter yang memeriksa Raisa mengatakan kalau dia mengalami demam dan memberikan obat kepadanya.Dia berpesan agar Raisa teratur meminumnya agar cepat sembuh. Sampai dokter pergi, Raisa masih tergolek lemah di ranjangnya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!