Episode 2.

"Ayo,, bangun.....dasar gadis pemalas!!!!".

"Cepat mandi dan kenakan pakaian yang bagus,,, aku tunggu kau di luar".

"Aku tak mau Feri,,, kau saja yang pergi ke sana, aku tak mau menikah dengan Baron".

"Kau mau aku cambuk lagi,,hah.....!!!".

"Jangan menguji kesabaran ku Raisa,, ku tunggu kau di bawah".

Raisa masih berdiam diri di atas tempat tidurnya. Luka cambukan di tubuhnya menyisakan rasa perih dan ngilu. Apalagi kalau Feri nanti mencambuknya lagi,, bisa-bisa Raisa langsung mati di buatnya. Dia tak bisa melawan. Mau tak mau, Raisa harus segera berpakaian, atau Feri akan melaksanakan ancaman nya.

"Anak itu sungguh membuat kesabaran ku hilang".

"Aku harus menyeretnya keluar sekarang juga".

"Tunggu Feri,, biar aku saja yang memanggilnya".

"Kau tunggu di sini saja, mungkin Raisa sedang berpakaian".

Bibi Nancy berdiri dan berjalan ke kamar Raisa. Dia adalah adik perempuan Feri. Dia seorang janda, suaminya meninggal karena kecelakaan. Dia tinggal sendiri di rumah suaminya karena belum punya anak.

Feri memintanya untuk menemani Raisa di rumah Baron sampai hari pernikahan tiba. Rencananya Baron akan menggelar pesta yang meriah nanti. Dan tidak mungkin bagi ibu Raisa menemani anaknya karena kondisi kesehatan nya.

"Kau masih belum siap Raisa ???".

"Cepatlah berpakaian, atau nanti kakak ku kemari dan memukul mu".

"Kau jangan takut, aku yang akan menemani mu di rumah Baron nanti".

"Tapi bibi, aku tak mau menikah dengan Baron".

"Tolonglah aku bibi, bilang pada Feri untuk mengurungkan niatnya itu".

"Untuk urusan ini, aku tak bisa membantu mu".

"Kakak ku itu sangat keras,, bisa-bisa nyawamu melayang kalau kau tak mau menuruti keinginan nya".

"Ayolah Raisa, tak ada salahnya kau menikah, kau hanya harus diam dan memenuhi kebutuhan suami mu, dan kau akan jadi ratu".

Bibi Nancy membantu Raisa bersiap dan mengemasi pakaian nya. Dia kemudian membawa Raisa ke ruang tamu. Mereka segera berangkat ke rumah Baron untuk acara pernikahan. Walaupun Sepanjang jalan Raisa tak berhenti menangis, hati Baron tetap tidak tersentuh. Demi harta, dia rela menjual anak tirinya sendiri.

Mobil Feri memasuki pelataran rumah besar kediaman Baron. Mereka segera turun dari mobil. Pria paruh baya itu menyambut Raisa, dengan tatapan bak serigala yang lapar. Raisa sendiri bersembunyi di belakang tubuh bibinya, saat mereka masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu, Baron duduk di samping Raisa. Dia diam saja tak memperdulikan lelaki tersebut sama sekali. Sementara yang lain nya bercakap-cakap, rupanya tangan Baron asyik menjelajahi bagian belakang tubuh Raisa. Dia juga meremas pantat gadis itu sambil mengedipkan mata nakal ke arahnya.

"Baiklah.....sampai akad nikah lusa, kalian menginap di sini saja".

"Aku sudah siapkan kamar bagi kalian bertiga".

"Dan khusus untuk mu Raisa, kamar mu ada di sebelah kamar ku".

"Dengan begitu, kita bisa lebih cepat akrab satu sama lain".

"Kalian boleh beristirahat dulu,, biar aku yang antar Raisa ke kamar nya".

"Bagaimana kalau aku tidur dengan bibi saja".

"Jadi kamar ku bisa untuk saudara mu yang lain".

"Pelajaran untuk mu Raisa,,aku tak suka di bantah".

"Bawa tas mu dan ikuti aku sekarang".

Raisa masih terdiam di tempatnya. Sementara Feri sudah memasang raut wajah yang kesal. Sampai akhirnya bibi Nancy yang akhirnya membujuk Raisa. Dia melangkah mengikuti pria yang sebentar lagi akan jadi suaminya itu.

Baron memutar kunci kamar yang akan di tinggali Raisa sementara sebelum mereka

menikah nanti. Raisa membawa tas nya masuk ke dalam kamar yang super mewah. Tempat tidur berukuran king size, sofa serta lemari es kecil ada di dalamnya.

Baron duduk di ranjang sambil memperhatikan Raisa yang tengah menaruh tas nya. Pria itu memandang Risa dengan tatapan lapar. Perutnya yang gendut dengan wajah gelap, membuat Raisa takut kepadanya.

"Duduklah kemari, aku ingin berbicara dengan mu".

"Sebaiknya anda pergi tuan, tak enak kalau ada yang melihat nanti".

"Memangnya kenapa, ini rumah ku dan sebentar lagi kau akan jadi istri ku".

"Jadi, aku bebas melakukan apa pun di sini".

"Cepat kemari, sekarang juga....!!!".

Raisa memandang wajah Baron. Seringai nya terlihat sangat menjijikan. Dia enggan untuk mendekat ke padanya.

Baron sudah terlihat marah. Dia mendekati Raisa dan mengungkungnya di tembok dengan kedua lengan besarnya. Tangan kasarnya menyapu wajah Raisa.

"Kau terlihat sangat cantik!!".

"Tak salah kalau aku menerima mu jadi istri ku".

Dengan gerakan kasar, Baron mendekat kan mulutnya ke bibir Raisa. Laki-laki itu memaksa untuk menciumnya. Raisa ingin berontak, tetapi badan Baron jauh lebih besar.

Dia pasrah ketika lidah Baron menjelajahi bibir nya dengan gerakan kasar. Sementara tangan Baron yang lain bergerilya di payudara Raisa.

Gadis itu tak hilang akal. Dia segera menendang perut Baron dan mendorongnya ke belakang. Raisa kemudian mencoba berlari ke luar kamar, namun pintunya sudah dikunci dari dalam. Dia berteriak minta tolong, sampai bibinya datang mengetuk pintu nya.

"Dasar gadis bodoh,,,benar-benar tak tahu di untung !!!".

"Persiapkan diri mu,, nanti malam aku akan datang kembali ke kamar mu".

"Kita akan bersenang-senang,,, dan ku pastikan, malam ini tidak akan ada yang bisa menyelamatkan mu".

"Malam ini kau akan jadi milik ku".

Baron melangkah ke luar dan membuka kunci pintu kamar Raisa. Bibi Nancy segera menghampiri keponakan nya yang terduduk lemas sambil menangis. Dia segera memeluk keponakan nya dengan erat.

"Bawa aku pergi dari sini bibi,, aku takut sekali".

"Laki-laki itu sungguh menjijikkan".

"Tingkah lakunya seperti binatang,, aku tak mau jadi istrinya".

"Tolong bibi,, selamat kan aku,, ku mohon!!".

"Tenang lah Raisa,, kau akan terbiasa nanti".

"Dia akan jadi suami mu, jadi wajar kalau dia ingin mengenal mu".

"Ini hanya soal waktu,, lambat Laun kau pasti mencintai nya".

"Tidak bibi,,aku tak akan pernah jatuh cinta pada nya".

"Aku benci melihatnya,, sangat sangat membencinya".

Bibi Nancy masih berusaha menenangkan Raisa. Dia sangat mengerti perasaan keponakan nya. Namun, dia juga tak bisa berbuat banyak. Feri akan menghukumnya kalau sampai Nancy berani menolongnya.

Melihat perlakuan Baron, tekad Raisa sudah bulat. Dia akan meninggalkan rumah ini secepatnya. Raisa tidak mau hanya menjadi pelampiasan nafsu lelaki tersebut. Kalau bibinya tidak mau menolongnya, dia sendiri yang akan melakukan nya.

Setelah makan malam, Raisa langsung kembali ke kamarnya. Yang lain masih berkumpul di ruang makan untuk berbincang-bincang. Raisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk diam-diam pergi dari rumah Baron. Dia meninggalkan barang-barang nya

agar tidak ada yang curiga.

Raisa berjalan mengendap-endap di taman belakang. Ada pintu kecil yang terhubung ke sungai. Dalam kegelapan malam, dia mencoba membuka pintu dan langsung meloncat ke dalam sungai. Air yang dingin membuat tubuhnya menggigil, namun dia berusaha lari menyusuri tepian sungai agar Baron tidak menemukan nya. Entah lah,, di mana sungai ini akan bermuara. Yang jelas, saat ini hanya itu yang bisa di lakukan oleh Raisa.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!